Sutradara Livi Zheng Ceritakan Kondisi Hollywood, Walk of Fame Sepi Turis
Sutradara Indonesia Livi Zheng yang tinggal di Hollywood, Los Angeles, Amerika Serikat berbagi cerita suasana lockdown di sana.
Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Muhammad Renald Shiftanto
TRIBUNNEWS.COM - Sutradara Indonesia Livi Zheng yang tinggal di Hollywood, Los Angeles, Amerika Serikat berbagi cerita suasana lockdown di sana.
Melalui sebuah vlog, Livi bercerita kawasan Hollywood yang biasanya ramai pengunjung kini seketika sepi.
Tepatnya di Walk of Fame, dimana tempat nama-nama tokoh Hollywood dipajang di sana.
"Saya sekarang ada di Walk of Fame Hollywood, di sini biasanya dipenuhi turis-turis dari seluruh penjuru dunia, tetapi semenjak pandemi corona menjadi sangat sepi," kata Livi melansir Kompas TV.
Baca: Di Tengah Serbuan Corona, Amerika Dakwa Presiden Venezuela Terlibat Perdagangan Narkoba
Baca: Kasus Covid-19 di Amerika Serikat Capai 85.000 Lampaui China dan Italia, WHO Pernah Perkirakan
Lengangnya salah satu pusat keramaian Amerika ini tidak lepas dari kebijakan Presiden Donald Trump.
Belakangan Trump memutuskan mengunci atau lockdown beberapa kota besar di Amerika Serikat untuk memutus rantai penyebaran virus corona.
"Di Amerika sekitar dua mingu lalu perusahaan-perusahaan besar di sini seperti Google menyarankan pegawainya untuk kerja dari rumah."
Kebijakan ini juga didukung oleh otoritas daerah California dan Los Angeles yang membatasi aktivitas para warganya.
Sejumlah aktivitas yang diizinkan antara lain mencari bantuan medis atau ke rumah sakit, ke apotek dan belanja kebutuhan rumah tangga.
"Jumat kemarin Gubernur California dan Los Angeles mengharuskan warga California untuk tidak meninggalkan rumah."
Pada vlog tersebut, terlihat hanya satu dua orang yang sedang berjalan di tengah sepinya pusat kota.
Sutradara ini juga bercerita tentang kegiatannya selama lockdown.
"Rumah saya di Los Angeles saya jadikan studio, jadi semenjak Gubernur California dan Wali kota Los Angeles tidak memperbolehkan warga setempat keluar rumah saya mengajak beberapa kru untuk tinggal di studio."
Baca: Update Corona 27 Maret 2020: Amerika Jadi Negara dengan Jumlah Infeksi Terbanyak, Kalahkan China
Baca: Singgung Covid-19 di Indonesia, Amerika Imbau Keluarga Kedutaan AS Berusia di Bawah 21 Dipulangkan
Menurut Livi, dirinya masih melakukan kegiatan dan pekerjaannya dengan lancar.
Kendati demikian dia harus menunda kegiatan syuting di luar ruangan.
"Lalu kami juga sedang mengedit beberapa layar lebar dan beberapa iklan."
"Daerah studio kami yang biasanya ramai menjadi sepi, Los Angeles juga sepi," ungkap Livi.
Amerika Serikat saat ini tengah menghadapi situasi yang sulit akibat pandemi virus corona.
Bahkan kini pada Jumat (27/3/2020) Amerika mencatat 85.604 kasus Covid-19.
Menurut catatan The Base Lab, angka ini sudah melampaui jumlah China dan Italia.
Sehingga kini negeri paman sam mengantongi kasus corona terbanyak di dunia.
Sementara itu jumlah kematiannya sebanyak 1301 dengan besar pasien sembuh 1868 orang.
Cerita Perawat Amerika Hadapi Lonjakan Pasien Corona
Di New York, penyumbang separuh lebih kasus corona di AS, para staf rumah sakit yang kelelahan mulai putus asa menghadapi virus ini.
Demi menampung korban meninggal, New York Bellevue Hospital Center menciptakan kamar mayat darurat menggunakan tenda dan truk berpendingin.
Sementara itu di Elmhurst Hospital Center di Queens, 13 pasien meninggal karena virus asal China ini dalam waktu 24 jam.
Menurut laporan CNN, ada seorang staf rumah sakit yang menuturkan kelelahannya menangani pasien Covid-19 pada akun media sosialnya.
"Aku belum tidur karena pikiranku tidak mau berhenti. Aku menangis di kamar mandi saat istirahat, ketika aku melepas APD dari diriku yang berkeringat, menutupi lekukan di wajahku."
"Aku menangis sepanjang perjalanan pulang," curhat perawat itu.
Perawat yang tidak disebutkan namanya ini menggambarkan kondisi pasien corona yang selalu batuk, berkeringat, demam dan ada ekspresi ketakutan di wajah mereka.
"Saya menangis untuk orang-orang yang meninggal. Saya menangis karena kami mengintubasi 5 pasien dalam waktu 10 menit dan saya ketakutan."
"Saya menangis untuk rekan kerja saya, karena kami tahu ini akan menjadi lebih buruk dan saya sudah merasa seperti itu dan kami sudah pada titik terbawah kami," ungkapnya.
Dia mengaku juga prihatin dan sedih dengan para keluarga pasien yang tidak bisa mengunjungi.
Sebab sekali seseorang terjangkit Covid-19, maka selama perawatan tidak diisinkan siapapun menjenguknya.
(Tribunnews.com/Ika Nur Cahyani)