100 Awak Positif Covid-19, Kapten Kapal Induk AS: Para Pelaut Kami Tak Harus Mati Seperti Ini
Di surat bertanggal 30 Maret, dia menerangkan bahwa wabah virus corona di kapalnya "tengah berlangsung dan mengalami peningkatan"
Editor: Imanuel Nicolas Manafe
TRIBUNNEWS.COM - Ratusan awak Kapal Induk Amerika Serikat, Theodore Reoosevelt dikabarkan positif terinfeksi virus corona atau Covid-19.
Saat ini, kapal tersebut berlabuh di Guam.
Baca: Slogan Youre Never Walk Alone Milik Liverpool jadi Ikatan Pemersatu Perangi Corona
Melihat kondisi awak kapalnya, kapten kapal induk kelas Nimitz itu kemudian meminta bantuan darurat.
"Kami tidak sedang berada dalam perang. Para pelaut kami tak harus mati seperti ini," ujar Kapten Crozier dalam suratnya kepada Pentagon seperti dilansir dari Kompas.com, Rabu (1/4/2020).
Dilansir BBC Selasa (31/3/2020), Kapten Crozier merekomendasikan agar mayoritas dari 4.000 awak kapal induk Theodore Roosevelt dikarantina.
Namun dalam suratnya, Crozier menerangkan dengan hampir kru tinggal di ruangan sempit, mengisolasi mereka yang sakit menjadi mustahil.
Di surat bertanggal 30 Maret, dia menerangkan bahwa wabah virus corona di kapalnya "tengah berlangsung dan mengalami peningkatan".
Dia mengatakan bahwa aksi cepat harus dilakukan, yakni mengeluarkan mayoritas awak dari kapal Theodore Roosevelt, dan mengarantina mereka selama dua pekan.
Tidak dijelaskan berapa banyak kru yang terpapar.
Berdasarkan pemberitaan San Francisco Chronicle, ada 100 awak kapal induk yang terinfeksi.
Kepada Reuters, juru bicara Angkatan Laut AS menyatakan mereka bergerak cepat untuk memastikan keselamatan dan kesehatan kru kapal.
Di Negeri "Uncle Sam", korban meninggal mencapai 4.055, dengan mereka yang terinfeksi wabah bernama Covid-19 ini mendekati 190.000 kasus.
Berdasarkan data yang dipaparkan Universitas John Hopkins, AS menjadi negara dengan angka infeksi tertinggi di dunia.
Negara Bagian New York menjadi wilayah yang paling parah terdampak, dengan Gubernur Andrew Cuomo memperingatkan puncaknya masih akan datang.
Baca: Respon Keputusan Pemerintah, karyawan Daihatsu Bergantian ke Pabrik dan Persingkat Waktu Produksi
"Kita masih berjalan menuju puncak. Pertarungan sesungguhnya akan terjadi di puncak tersebut," kata Cuomo dalam konferensi pers.
Rumah sakit darurat segera dibangun di Central Park dan wilayah lain di New York untuk membantu meringankan sistem kesehatan setempat.
Donald Trump mulai menganggap corona virus ganas
Jumlah pasien yang meninggal dunia akibat virus corona atau Covid-19 di Amerika Serikat (AS) cukup besar.
Berdasarkan data terakhir yang dirilis oleh Universitas Johns Hopkins, korban meninggal dunia tembus di angka 4.000 kasus.
Baca: Sering Digunakan Saat Work From Home, Sri Mulyani Kejar Pajak Zoom
Pemerintah Amerika Serikat (AS) pun mulai serius menyikapi pandemi yang telah menyerang hampir banyak negara di Dunia ini.
Melansir Kompas.com, Presiden AS Donald Trump mengatakan pada Selasa (31/3/2020) bahwa risiko dari virus corona secara tegas lebih buruk daripada flu biasa.
Pernyataan Trump tersebut seperti "menjilat ludah sendiri".
Padahal, pada konferensi pers berita harian virus corona sebelumnya di Gedung Putih, Trump yang melansir ucapan "banyak orang" mengatakan bahwa negara harus membiarkan laju virus corona, seperti layaknya flu musiman.
"Biarlah, jangan lakukan apa pun, anggap itu (virus corona) sebagai flu," kata orang-orang itu menurut Trump.
Namun, kini Trump mengatakan, "Itu bukan flu. Itu (virus corona) ganas."
Pernyataan Trump jelas kontras dengan banyak hal baru-baru ini ketika dia membuat argumen sendiri terkait wabah virus corona.
Pasalnya, sebelumnya dia kerap membandingkan virus corona dengan penyebaran flu tahunan.
Trump juga tampaknya mempertanyakan kebutuhan atau perlunya penutupan akses perekonomian melalui social distancing dan larangan wisata.
Pada 9 Maret lalu, misalnya, Trump mencatat 10.000 orang Amerika tewas karena flu biasa setiap tahunnya.
Dalam kicauannya di Twitter dia menulis, "Tidak ada yang ditutup. Hidup dan perekonomian terus berjalan," ujarnya.
Dia juga pernah berargumen dalam wawancaranya bersama Fox News pada pekan lalu.
"Kami tidak pernah menutup negara karena flu," ujar Trump yang merujuk pada angka kematian rata-rata per tahun karena flu sebanyak 36.000 orang.
Namun, kini semua itu berbeda.
Perkataan yang Trump ucapkan sekarang adalah kebalikan dari yang sebelumnya dia lontarkan di hadapan publik terkait wabah virus corona.
Pada Selasa (31/3/2020), Trump mengatakan, tanpa jarak sosial, proyeksi kematian akibat Covid-19 di AS bisa mencapai 2,2 juta orang.
"Jika kita tidak melakukan apa-apa, jika terus melanjutkan kehidupan ini, Anda akan melihat orang-orang mati di dalam pesawat terbang, di lobi hotel, Anda akan lihat banyak orang mati di mana-mana," ujarnya.
Wabah virus corona sejauh ini telah menewaskan 865 orang di AS dalam waktu 24 jam sampai Selasa (31/3/2020) malam, berdasarkan laporan resmi Universitas Johns Hopkins.
Baca: Kebutuhan Meningkat di Tengah Wabah Virus Corona, Kemenperin Dorong Produsen APD Genjot Produksi
Angka kematian dalam waktu 24 jam itu menjadikan total kematian di AS sebanyak 3.008 jiwa.
Sebanyak 188.172 kasus infeksi juga dikonfirmasi positif di AS. Ini merupakan angka infeksi tertinggi di dunia, melebihi China, Italia, dan Spanyol.
Sebagian artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul: 100 Awak Kapal Induk Theodore Roosevelt Terkena Virus Corona, Kaptennya Minta Bantuan