Dewan Keamanan PBB Bertemu Bahas Ancaman Pandemi Corona Bagi Perdamaian Dunia
Dewan Keamanan PBB bertemu untuk pertama kalinya pada Kamis (9/4/2020) untuk membahas pandemi virus corona atau (Covid-19).
Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, NEW YORK - Dewan Keamanan PBB bertemu untuk pertama kalinya pada Kamis (9/4/2020) untuk membahas pandemi virus corona atau (Covid-19).
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres secara pribadi memberi penjelasan tentang pertemuan Dewan Keamanan PBB tentang penyakit tersebut, yang sejauh ini telah menginfeksi sekitar 1.500.000 orang dan menewaskan 90.000, di lebih dari 200 negara dan wilayah.
"Pandemi juga menimbulkan ancaman yang signifikan terhadap pemeliharaan perdamaian dan keamanan internasional-berpotensi menyebabkan meningkatnya kerusuhan sosial dan kekerasan yang akan sangat melemahkan kemampuan kita untuk melawan penyakit ini," ujar Guterres kepada Dewan.
"Keterlibatan Dewan Keamanan akan sangat penting untuk mengurangi dampak perdamaian dan keamanan dari pandemi COVID-19, "katanya.
Sebagian besar diplomat dunia menyalahkan Dewan Keamanan tidak bertindak atas pandemi di Amerika Serikat dan China.
Beijing enggan Dewan Keamanan PBB terlibat.
Sementara Washington bersikeras, setiap tindakan Dewan mengacu pada asal-usul virus, di China.
Virus Corona, yang menyebabkan penyakit pernapasan COVID-19, pertama kali muncul di kota Wuhan Cina akhir tahun lalu.
"Itu adalah diskusi yang salah untuk kita miliki sekarang tentang penamaan virus. Itu Covis-19... dan itu adalah ancaman bagi perdamaian dan keamanan internasional dan Dewan Keamanan harus menyatakan diri di atasnya sebelumnya, "kata seorang diplomat senior Eropa, yang enggan namanya disebut.
Duta besar China di PBB Zhang Jun mengatakan kepada Dewan Keamanan pada Kamis (9/4/2020), ia harus menolak tindakan stigmatisasi dan politisasi.
Presiden AS Donald Trump, yang melabelkjan Covid-19 sebagai "virus China," bulan lalu mengatakan Beijing harus bertindak lebih cepat untuk memperingatkan dunia.
"Untuk mengatasi tantangan global ini, solidaritas, kerjasama, saling mendukung dan membantu adalah yang kita butuhkan," kata Zhang.
Dalam beberapa pekan terakhir, para anggota Dewan telah menegosiasikan dua draf resolusi. Lima kekuatan veto, Amerika Serikat, China, Perancis, Rusia dan Inggris telah membahas draf yang dibuat Perancis.
Sisanya 10 anggota telah mendiskusikan konsep Tunisia.
"Mata dunia berada pada masing-masing draf dari kita yang ada di Dewan ini, dan kita harus bertindak untuk menyelamatkan nyawa," tegas Duta besar AS untuk PBB Kelly Craft, kepada Dewan pada hari Kamis.
"Cara paling efektif untuk mengatasi pandemi ini adalah melalui pengumpulan data yang akurat, berbasis ilmu pengetahuan dan analisis asal-usul, karakteristik, dan penyebaran virus," katanya.
Sebuah resolusi membutuhkan sembilan suara yang mendukung dan tidak ada veto untuk diadopsi.
Dewan Keamanan telah membahas masalah kesehatan masyarakat global di masa lalu, mengadopsi Resolusi di 2000 dan 2011 untuk HIV/AIDS dan pada krisis Ebola di Afrika Barat pada 2014, ketika menyatakan wabah ancaman terhadap perdamaian dan keamanan internasional.
Guterres mengatakan kepada Dewan Keamanan bahwa, "wabah virus corona ini adalah pertarungan dari generasi dan raison d'etre dari Perserikatan Bangsa-bangsa itu sendiri." (Reuters)