Presiden Taiwan Berbagi Strategi Negaranya yang Berhasil Atasi Wabah Corona
Presiden Taiwan, Tsai Ing Wen berbagi strategi negaranya yang berhasil dalam mengatasi wabah Corona.
Penulis: Citra Agusta Putri Anastasia
Editor: Sri Juliati
TRIBUNNEWS.COM - China adalah negara di mana kasus pertama Covid-19 berasal.
Negara ini menduduki peringkat kesembilan dengan kasus Covid-19 tertinggi di dunia, per Selasa (21/4/2020).
Terdapat 82.758 kasus di sana.
Sebanyak 4.632 orang menjadi korban wabah Corona.
Baca: Taiwan Diakui Secara Global Miliki Respon Terbaik dalam Tangani Virus Corona
Baca: Belajar dari Taiwan dalam Mengatasi Wabah Corona, Ini 4 Poin Kuncinya
Berbeda halnya dengan Taiwan.
Taiwan hanya memiliki 422 kasus sejak Januari lalu.
Korban meninggal pun hanya enam orang.
Padahal, jika melihat letak geografis, Taiwan hanya berjarak sekitar 1.242 mil dari daratan China.
Negara ini bahkan mendapat pengakuan global, termasuk WHO, atas respons terbaik yang dilakukan dalam menangani wabah Corona.
Lantas, apakah strategi Taiwan?
Presiden Taiwan, Tsai Ing-wen, berbagi cerita mengenai strategi negaranya dalam mencegah wabah Corona.
Dilansir Time, Tsai menyebut, keberhasilan Taiwan dalam mengatasi wabah bukanlah suatu kebetulan.
Kombinasi upaya oleh para profesional medis, pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat telah melindungi pertahanan negara.
"Pelajaran menyakitkan dari wabah SARS 2003 silam telah membuat Taiwan terpuruk dengan hilangnya puluhan nyawa."
"Pengalaman tersebut membuat pemerintah dan masyarakat bersiaga sejak dini," tutur Tsai.
Baca: WHO Peringatkan Tes Antibodi Tidak Menjamin Imunitas atas Virus Corona
Perang melawan virus Corona di Taiwan dimulai pada Desember 2019.
Ketika isu penyakit pernapasan yang menulari mulai muncul di China, pemerintah Taiwan mulai memantau penumpang yang datang dari Wuhan.
Pada Januari, Tsai dan jajarannya mendirikan Pusat Komando Epidemi Sentral untuk menangani tindakan pencegahan.
"Kami menerapkan pembatasan perjalanan dan menetapkan protokol karantina untuk pelancong yang berisiko tinggi," ujar Tsai.
Kasus pertama di Taiwan pun terjadi pada 21 Januari 2020.
Segera setelah itu, pemerintah melakukan upaya investigasi yang ketat untuk melacak riwayat perjalanan dan kontak pada setiap pasien.
Isolasi dan pemutusan rantai penularan sebelum wabah membesar juga dilakukan lebih dini.
"Selain upaya tak kenal lelah dari petugas medis yang dipelopori oleh Menteri Kesehatan, Chen Shih-chung, warga negara kami yang berpengetahuan luas juga telah melakukan upaya mereka sendiri," kata Tsai.
Gerai bisnis swasta, waralaba, dan apartemen telah memulai pemantauan suhu tubuh.
Langkah-langkah disinfeksi turut melengkapi upaya pemerintah di ruang publik.
Panic buying pun tidak berlaku di Taiwan.
Untuk mengantisipasi kemungkinan pembelian barang secara massal, pemerintah memantau lonjakan komoditas pasar dan mengambil alih produksi dan distribusi masker medis.
Bekerja sama dengan perusahaan alat-alat mesin dan pemasok medis, Kementerian Ekonomi mengoordinasikan jalur produksi tambahan untuk masker bedah dan melipatgandakan kapasitas produksi.
Didukung oleh para pakar teknologi, apotek, dan toko serba ada, Taiwan merancang sebuah sistem untuk mendistribusikan masker yang telah dijatah.
"Di sini, masker tersedia dan terjangkau dengan mudah untuk rumah sakit maupun masyarakat umum."
"Upaya bersama pemerintah dan mitra perusahaan swasta yang kami anggap sebagai 'Tim Taiwan' juga memungkinkan kami untuk menyumbang pasokan ke negara-negara yang terkena dampak serius," jelas Presiden Taiwan.
Taiwan memiliki satu sistem perawatan kesehatan yang berkualitas di dunia.
Sistem medis di sana memiliki kemampuan penelitian yang kuat.
Selain itu, informasi juga dibagikan secara transparan dan aktif dengan badan publik dan internasional.
"Memang, Taiwan telah efektif dalam menangani virus Corona di dalam negeri. Namun, di tingkat global, Covid-19 adalah bencana kemanusiaan yang membutuhkan upaya bersama dari semua negara."
"Meskipun Taiwan dikecualikan dari WHO dan PBB, kami tetap berkeinginan dan mampu memanfaatkan kekuatan kami di bidang manufaktur, kedokteran, dan teknologi untuk bekerja dengan dunia," papar Tsai.
Tsai menegaskan, saatnya jaringan global harus mengesampingkan perbedaan dan bekerja sama untuk kepentingan umat manusia.
Pertarungan melawan Covid-19 membutuhkan upaya kolektif dari pihak di seluruh dunia.
Presiden Taiwan itu mengatakan, Taiwan sudah tidak asing dengan kesulitan.
Sebab, ketahanan negara berasal dari persatuan untuk mengatasi rintangan.
"Yang dapat Taiwan bagikan kepada dunia adalah kapasitas manusia untuk mengatasi tantangan bersama yang tidak terbatas. Taiwan dapat membantu mengatasi wabah ini," tutup Tsai.
(Tribunnews.com/Citra Agusta Putri Anastasia)