Harga Minyak Anjlok Lagi Bikin Panik Pasar, RI Terancam Defisit Rp 12,2 Triliun
Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Juni ditutup anjlok 24 persen menjadi 19,33 dolar AS per barel, terendah sejak Februari 2002.
Editor: Dewi Agustina
"Matematika-nya cukup sederhana. Produksi minyak saat ini sekitar 90 juta barel per hari, tetapi permintaan hanya 75 juta barel per hari," kata Gregory Leo, Kepala Investasi dan Kepala Manajemen Kekayaan Global di IDB Bank.
Terancam Defisit
Di Texas, regulator minyak dan gas menolak untuk memaksa produsen mengurangi produksi minyak.
Texas Railroad Commission, yang mengatur perusahaan energi di negara bagian itu, telah mempertimbangkan melakukan intervensi di pasar untuk pertama kalinya dalam hampir 50 tahun.
"Dunia akan kehabisan ruang untuk menyimpan minyak pada minggu kedua Mei," kata Edward Moya, analis pasar senior di OANDA di New York.
Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan memperkirakan harga minyak dunia yang terus mengalami penurunan bisa menambah defisit anggaran hingga Rp 12,2 triliun.
Keterangan BKF yang diterima di Jakarta, Rabu, menyatakan proyeksi itu terjadi apabila harga ICP (Indonesia crude price/harga minyak mentah Indonesia) minyak lebih rendah dari asumsi harga ICP minyak yang ditetapkan dalam Perpres Nomor 54 Tahun 2020.
"Perubahan ICP akan berdampak terhadap APBN mengingat baseline asumsi harga ICP dalam Perpres 54/2020 adalah 38 dolar AS per barel untuk harga rata-rata sepanjang 2020," sebut keterangan pers tersebut.
Dengan demikian, jika harga minyak dunia terus mengalami penurunan sehingga ICP menjadi 30,9 dolar AS per barel rata-rata setahun, defisit diperkirakan bertambah Rp 12,2 triliun.
Pemerintah terus melakukan pemantauan untuk melakukan kebijakan antisipatif termasuk pengendalian defisit, di antaranya melalui evaluasi atas belanja nonproduktif.
Harga ICP sekarang ini masih sedikit di atas harga minyak Brent.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.