Kabar Gembira, Perusahaan Farmasi China Siap Produksi Massal Vaksin Covid-19
Dia memegang sebuah tabung bertuliskan, "coronavac," vaksin eksperimen melawan virus corona yang telah menyerang dunia.
Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, BEIJING -- Seorang peneliti yang memakai jas putih laboratorium di Beijing memegang sebuah harapan besar di jari-jarinya.
Dia memegang sebuah tabung bertuliskan, "coronavac," vaksin eksperimen melawan virus corona yang telah menyerang dunia.
Sinovac Biotech, yang melakukan satu dari empat uji klinis di China, telah mengklaim adanya kemajuan besar dalam penelitian mereka.
Baca: Senin Depan Bareskrim Panggil Said Didu, Brigjen Argo: Kami Imbau agar Kooperatif
Bahkan dalam percobaan pada monyet, hasilnya sangat menjanjikan. Sementara percobaan kepada manusia baru saja dimulai.
Perusahaan mengatakan siap untuk memproduksi 100 juta dosis per tahun untuk memerangi virus, yang muncul di China pada akhir tahun lalu, sebelum menyebar di seluruh dunia dan menewaskan lebih dari 220 ribu orang.
Ribuan dosis vaksin, yang didasarkan pada patogen tidak aktif, sudah diproduksi dan dikemas dalam wadah putih dan oranye bertuliskan "Coronavac. "
Sementara obat mekanisme panjang sebelum disetujui untuk diedarkan.
Baca: 705 Pesepeda Motor Terjaring Razia Larangan Mudik, Semuanya Diminta Putar Balik ke Jakarta
Perusahaan harus menunjukkan dapat menghasilkan atau memproduksi dalam skala besar dan menyerahkan nomor produksi kepada otoritas untuk diasasi.
Organisasi Kesehatan Dunia WHO) memperingatkan pengembangan vaksin bisa memakan waktu 12 sampai 18 bulan.
Baca: Ribuan Mahasiswa Kalbar Disebut Tak Jujur Isi Data Penerima Bantuan Covid-19 Per Bulan Rp 600 Ribu
Dan Sinovac tidak tahu kapan vaksin ini bisa mulai dipasarkan.
"Ini pertanyaan semua orang yang bertanya pada diri masing-masing," ujar Direktur Manajemen Merek Sinovac Liu Peicheng kepada AFP.
Senovac yang terdaftar di bursa Nasdaq itu, sudah memiliki pengalaman dalam memproduksi massal obat untuk melawan virus di dunia.
Baca: Protokol Penanganan Covid-19 RS di Ambon, Pasien dengan Gejala Serupa Langsung Masuk Isolasi IGD
Mereka adalah perusahaan farmasi pertama yang memasarkan vaksin H1N1, atau flu babi, pada 2009 lalu.
Lebih dari 100 laboratorium di seluruh dunia sedang berjuang untuk menemukan vaksin untuk Covid-19.
Namun hanya tujuh, termasuk Sinovac, yang saat ini sedang melakukan uji klinis, menurut London School of Hygiene and Tropical Medicine.
Sinovac telah menerbitkan hasil yang menunjukkan, vaksin mereka mampu melindugi monyet dari infeksi virus ini.
Temuan ini masih belum ditinjau oleh komunitas ilmiah global.
Perusahaan ini telah melakukan percobaan pada manusia, pemberian serum pada 144 sukarelawan pada April lalu, di Provinsi Jiangsu Timur.
Sinovac, yang memiliki 1.000 karyawan, berharap dapat melihat hasil dari produknya pada akhir Juni mendatang, setelah dua tahap uji klinis.
Kemudian perusahaan akan melanjutkan ke fase ketiga dari percobaan, yang akan menentukan apakah vaksin ini akan efektif bagi para pembawa virus.
Baca: Iuran BP Jamsostek yang Dibayar Perusahaan Dipangkas 90 Persen
Tapi Sinovac menghadapi masalah untuk fase tiga. Karena kini terlalu sedikit jumlah kasus positif di China. Sehingga tidak akan memiliki cukup sukrelawan untuk dilakukan uji coba.
Hanya sekitar 600 orang masih dalam perawatan di rumah sakit China dan beberapa kasus baru dilaporkan setiap hari.
Ini berarti, Sinovac mungkin harus mencari sukarelawan dari luar China.
"Saat ini kita sedang berbicara dengan beberapa negara di Eropa dan di Asia, " kata Direktur Hubungan internasional Sinovac, Meng Weining.
Biasanya ribuan orang akan dibutuhkan untuk tahap tiga uji coba vaksin, menurut Meng.
Baca: Harry dan Meghan Markle akan Rilis Foto Terbaru Archie di Ulang Tahun Pertamanya
"Tapi itu tidak mudah untuk mendapatkan sejumlah itu di negara manapun," Jelas Meng.
Meskipun sukses di tahap berikutnya, Sinovac tidak akan mampu memproduksi vaksin yang cukup untuk mengobati seluruh populasi dunia.
Tapi Meng mengatakan, perusahaan siap untuk berkolaborasi dengan mitra asing ,yang sudah membeli vaksin flu dan hepatitis dari mereka.
"Kami bekerja siang dan malam, kami memiliki tiga kelompok kerja atau Shift, selama 24 Jam, sehingga kami tidak membuang-buang waktu semenitpun untuk pengembangan vaksin, " kata Meng. (AFP)