Teheran Siap Bertukar Tahanan dengan AS, Juru Bicara Pemerintah Iran: Tanpa Prasyarat
Juru Bicara Pemerintah Iran Ali Rabiei mengatakan Teheran siap untuk pertukaran tahanan penuh dengan Amerika Serikat.
Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Tiara Shelavie
TRIBUNNEWS.COM - Juru Bicara Pemerintah Iran Ali Rabiei mengatakan Teheran siap untuk pertukaran tahanan penuh dengan AS.
"Kami siap membahas masalah ini tanpa prasyarat apa pu, tetapi AS belum menanggapi," kata Ali Rabiei yang dikutip Al Jazeera dari Khabar Online, Minggu (10/5/2020).
"Kami berharap ketika wabah penyakit Covid-19 mengancam kehidupan warga Iran di penjara AS, pemerintah AS pada akhirnya lebih memilih kehidupan daripada politik," ungkapnya.
Lebih lanjut, Rabiei mengatakan Teheran menganggap Washington bertanggung jawab atas kesehatan para tahanan Iran.
"Tampaknya AS memiliki lebih banyak kesiapan untuk mengakhiri situasi," tambahnya.
Baca: Parlemen Irak Tunjuk Mantan Kepala Intelijen jadi Perdana Menteri Baru
Baca: Imigrasi Tolak 2 Warga Ukraina dan 1 Irak, Total 242 WNA Dilarang Masuk ke Indonesia
Rabiei tidak merinci hal tersebut tetapi media Iran dalam beberapa bulan terakhir mengatakan ada beberapa warga Iran dalam tahanan AS.
Termasuk Sirous Asgari, seorang profesor universitas berusia 60 tahun.
Secara terpisah, seorang pejabat senior AS, yang tidak berwenang membahas masalah ini di depan umum angkat bicara dengan syarat anonim.
"Tidak ada tawaran dan tidak ada tawaran pembicaraan langsung," kata pejabat itu.
Pekan lalu, para pejabat AS mengatakan mereka membuat kemajuan dalam upaya untuk mengamankan pembebasan Michael White, seorang veteran Angkatan Laut yang ditahan di Iran.
Tetapi mereka juga menolak saran Iran bahwa pertukaran sedang dilakukan.
Profesor Iran Terinfeksi Virus Corona di Penjara
Secara terpisah, Hillary Mann Leverett, CEO dari think-tank Stratega dan mantan diplomat AS, mencatat profesor Iran yang dipenjara di AS telah terinfeksi virus.
"Tidak ada mekanisme yang dibuat baginya untuk mendapatkan perawatan medis," katanya.
"Dia benar-benar dalam kondisi yang mengerikan," tambahnya.
"Dia telah dibebaskan dan tidak ada alasan mengapa Amerika Serikat perlu menahannya," jelasnya kepada Al Jazeera.
Baca: Viral Video YouTuber Ferdian Paleka Di-bully di Penjara, Begini Respon Orang Tua
Baca: Baru Bebas Dari Penjara, Pemuda Ini Kembali Melakukan Aksi Begal
Lebih jauh, ia mengatakan, White telah dibebaskan dari penjara karena cuti medis tetapi belum diizinkan meninggalkan Iran.
"Pandemi Covid-19 adalah hal terpenting yang terjadi di sini,"
"Tetapi saya akan mengatakan ada lebih banyak indikasi di sini di Washington bahwa mungkin ada beberapa pemanasan dalam hubungan itu," kata Mann Leverett.
Sebagai catatan, Leverett mencatat keputusan AS untuk menghapus rudal Patriot dari Arab Saudi.
Cuitan Twitter dari pemimpin tertinggi Iran menyarankan negosiasi adalah hal yang baik untuk dilakukan.
"Jadi ada beberapa spekulasi di sini bahwa ada lebih banyak yang terjadi di balik layar," terangnya.
"Tapi saya belum melihat bukti nyata tentang itu," katanya.
Lebih lanjut, AS memiliki lebih banyak infeksi virus corona dan kematian di negara mana pun di dunia.
Dengan setidaknya satu tahanan ditahan dalam tahanan imigrasi yang sekarat minggu lalu.
Sementara itu, Iran memiliki wabah paling mematikan yang tercatat di Timur Tengah.
Sejauh ini untuk sementara membebaskan sekitar 85.000 orang dari penjara dalam tindakan darurat.
Kerja Sama yang Jarang Terjadi
Sebelumnya, dalam tindakan kerja sama yang jarang terjadi, kedua negara menukar tahanan pada akhir 2019.
Lebih lanjut, mahasiswa pascasarjana AS Xiyue Wang, ditahan selama tiga tahun dengan tuduhan mata-mata, dan memenjarakan peneliti sel induk Iran Massoud Soleimani, dituduh melanggar sanksi.
Untuk diketahui, pertukaran pada bulan Desember tahun lalu difasilitasi oleh pemerintah Swiss.
"Tidak perlu bagi negara ketiga untuk menengahi antara Iran dan Amerika untuk pertukaran tahanan," kata Rabiei pada hari Minggu, menurut Khabar Online.
Ketegangan AS-Iran
Lebih jauh, ketegangan AS-Iran telah meningkat sejak 2018 ketika Presiden AS Donald Trump keluar dari kesepakatan nuklir penting yang dinegosiasikan antara Teheran dan kekuatan dunia.
Sejak itu, Washington telah meningkatkan sanksi ekonomi terhadap Teheran sebagai bagian dari kampanye "tekanan maksimum".
Kampanye tersebut bertujuan memaksa para pejabat Iran untuk kembali ke meja perundingan untuk membahas perjanjian baru yang juga mencakup program rudal balistik negara itu.
Langkah-langkah keuangan yang menghukum telah melumpuhkan ekonomi Iran, memicu protes nasional pada November tahun lalu.
Tetapi Presiden Iran Hassan Rouhani telah mengesampingkan pembicaraan baru dengan Washington sampai Trump mencabut sanksi.
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)