Presiden Xi: Vaksin Covid-19 Milik China Bisa Diakses Semua Negara
China berjanji akan memberikan 2 miliar dolar AS selama dua tahun, bekerja dengan PBB untuk mendirikan respon kemanusiaan global.
Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Johnson Simanjuntak
Dia berbicara setelah CEO Sanofi Paul Hudson mengatakan kepada Bloomberg News pada Rabu (13/5/2020), "Pemerintah AS memiliki hak pertama untuk melakukan pemesanan terbesar."
Baca: 21 Polda Tangani 125 Narapidana Asimilasi Kembali Berulah
Karena AS telah membantu mendanai penelitian vaksin tersebut.
Pernyataan Hudson langsung berbuah kemarahan dari Pemerintah Perancis.
Perancis mengecam keras kebijakan Sanofi yang memprioritaskan vaksin virus Corona untuk AS.
"Bagi kami, itu tidak dapat diterima, jika mereka memberikan akses istimewa ke negara ini dan itu hanya karena alasan keuangan," ujar Wakil Menteri Keuangan Prancis, Agnes Pannier-Runacher, Kamis (15/5/2020).
Baca: Laporkan Andre Taulany & Rina Nose Atas Dugaan Pelecehan Marga Latuconsina, Ruswan: Tak Ada Maaf!
Sanofi bekerjasama dengan perusahaan farmasi Inggris, GlaxoSmithKline dalam pengembangan vaksin Covid-19.
Kemitaraan antara Sanofi dan GlaxoSmithKline didanai oleh Biomedical Advanced Research and Development Authority, bagian dari Kementerian Kesehatan AS.
Lebih dari 90 vaksin saat ini sedang dikembangkan secara global. Delapan diantaranya tengah memasuki tahap uji klinis.
Tetapi para ahli mengatakan proses bisa memakan waktu bertahun-tahun dan mungkin tidak dapat ditemukan sama sekali.
Presiden AS Donald Trump pada Kamis (15/5/2020) yakin akan ada vaksin Covid-19 pada akhir tahun.
"Saya pikir kita akan memiliki vaksin pada akhir tahun dan saya juga telah memikirkan distribusinya karena kami telah mengarahkan militer," katanya kepada wartawan di Gedung Putih.(RFI/Channel News Asia/Reuters/Aljazeera/FOX News/BBC)