Demo di AS: Lempar Bom Molotov ke 4 Polisi, Wanita 27 Tahun Didakwa 4 Tuduhan Percobaan Pembunuhan
Demo Kematian George Floyd, Wanita 27 Tahun Didakwa 4 Tuduhan Percobaan Pembunuhan setelah Lempar Bom Molotov ke Empat Polisi NYPD
Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: bunga pradipta p
Sebelumnya diberitakan, George Floyd adalah pria Afika-Amerika berumur 46 tahun yang tewas karena lehernya diinjak seorang petugas polisi di Minneapolis, Minnesota, AS, Senin (25/5/2020).
Pembunuhan George Floyd oleh Derek Chauvin yang kini telah dipecat dari kepolisian itu memunculkan gelombang protes di puluhan kota di AS.
Melihat banyak kericuhan terjadi dalam demo bela George Floyd, Linskey teringat peristiwa penembakan remaja kulit hitam, Michael Brown pada 2014 lalu.
Pihaknya mendapati ada percakapan yang mencurigakan di Twitter dan diduga sebagai pihak teroris.
"Ketika saya di Ferguson untuk (Departemen Kehakiman) bersama dengan jajaran pemerintah Obama setelah penembakan Brown," ungkap Linskey.
"Kami melihat ada beberapa grup teroris dan organisasi di Pakistan dan wilayah lain yang membuat akun Twitter palsu dan rekayasa.
"(Akun Twitter) berkomunikasi dua arah, seolah mengasingkan satu sama lain dan muncul ke publik," sambungnya.
Sementara itu, menanggapi pembunuhan George Floyd oleh Derek Chauvin, Linskey mengaku benci melihat peristiwa rasisme itu.
Linskey menilai, tak ada orang yang tidak benci dengan peristiwa kejam itu.
Baca: Ribuan Orang di London dan Jerman Bergabung dengan AS Memprotes Kematian George Floyd
Baca: Istri Derek Chauvin, Polisi yang Sebabkan Kematian George Floyd Minta Cerai
Ia pun setuju dengan antirasisme yang digaungkan oleh peserta demo.
"Tak ada pihak lain di sini (selain pendukung George Floyd)."
"Polisi setuju dengan para demonstran bahwa ini keterlaluan, polisi (Derek Chauvin) harus dimintai pertanggungjawaban," tegasnya.
Meski demikian, Linskey mengimbau masyarakat untuk waspada karena adanya penumpang gelap dalam demo.
"Tapi sekarang ada orang-orang yang membajak kemarahan warga, yang seharusnya sah-sah saja karena masalah rasisme dalam masyarakat," ujar Linskey.
"Dan mereka menggunakannya (demo) untuk melakukan kekerasan demi tujuan mereka sendiri," imbuhnya.
Linskey meminta para pendemo untuk tidak mudah terhasut orang lain yang mengatasnamakan diri mereka sebagai pembela George Floyd.
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani/Ifa Nabila)