Empat Polisi Tertembak, Demo di Amerika Kian Sulit Teratasi
Demonstran membakar sebuah mal di Los Angeles, menjarah toko-toko di New York City, dan bentrok dengan polisi di St Louis, Missouri
Editor: Malvyandie Haryadi
TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON - Empat petugas kepolisian St. Louis, Amerika serikat (AS), tertembak pada Senin (1/6/2020) malam waktu setempat saat terjadi protes keras atas kematian seorang pria kulit hitam oleh polisi.
Peristiwa penembakan tersebut hanya selang beberapa jam setelah Presiden Donald Trump berjanji untuk menggunakan militer AS untuk menghentikan bentrokan yang meluas di negeri Paman Sam.
Trump semakin menyulut kemarahan dengan berpose di sebuah gereja sambil memegang Alkitab, setelah petugas penegak hukum menggunakan gas air mata dan peluru karet untuk membersihkan jalan baginya untuk berjalan ke sana.
Demonstran membakar sebuah mal di Los Angeles, menjarah toko-toko di New York City, dan bentrok dengan polisi di St Louis, Missouri, dengan empat petugas dibawa ke rumah sakit dengan luka tembak yang tidak mengancam jiwa.
"Para petugas masih terlibat baku tembak di pusat kota dan kami akan membagikan lebih banyak info jika tersedia," kata Kepolisian St Louis di akun Twitter seperti dilansir Reuters. .
Trump mengutuk pembunuhan terhadap George Floyd, seorang warga Amerika keturunan Afrika berusia 46 tahun yang meninggal setelah seorang polisi kulit putih menjepit lehernya di bawah lutut selama hampir sembilan menit di Minneapolis pada 25 Mei, dan menjanjikan keadilan.
Tapi, "Wali Kota dan gubernur harus membangun kehadiran penegakan hukum yang luar biasa sampai kekerasan teratasi," kata Trump dalam konferensi pers di Rose Garden Gedung Putih, Senin (1/6), seperti dikutip Reuters.
"Jika sebuah kota atau negara menolak untuk mengambil tindakan yang diperlukan untuk mempertahankan kehidupan dan properti penduduk mereka, maka saya akan mengerahkan militer Amerika Serikat dan dengan cepat menyelesaikan masalah bagi mereka," tegasnya.
Setelah konferensi pers, Trump berjalan melalui area yang telah polisi bersihkan ke Gereja Episkopal St. John di dekat Gedung Putih, tempat ia berpose untuk berfoto bersama putrinya, Ivanka, dan Jaksa Agung AS William Barr.
Uskup Agung Gereja Episkopal di Washington DC Michael Curry termasuk di antara mereka yang mengkritik Trump yang menggunakan gereja bersejarah itu untuk berfoto.
"Dengan melakukan itu, dia menggunakan bangunan gereja dan Alkitab untuk tujuan politik partisan," ujar Curry di akun Twitter seperti dikutip Reuters. Gereja ini mengalami kerusakan akibat kebakaran kecil selama protes pada Senin (1/6) malam.
Gedung Putih mengatakan, sedang membersihkan daerah itu sebelum jam malam berlaku.
Beberapa jam kemudian, ribuan orang berbaris melewati Brooklyn sambil berteriak "Keadilan sekarang!". Sementara mobil melaju bersama di belakang, dengan beberapa pengemudi membunyikan klakson.
Gambar-gambar di televisi menunjukkan kerumunan orang menghancurkan jendela dan menjarah toko-toko mewah di sepanjang Fifth Avenue di Manhattan sebelum jam malam berlaku. Wali Kota Bill de Blasio mengatakan, jam malam diperpanjang mulai pukul 8 malam pada Selasa (2/6).
Dalam demonstrasi di Buffalo, New York, Senin (1/6) malam, dua polisi ditabrak mobil. Para pejabat Kepolisian menyebutkan, pengemudi dan penumpangnya sudah ditahan. Hanya tidak jelas, apakah insiden penabrakan itu disengaja atau tidak.
Polisi tembak mati pemilik resto
Kondisi keamanan di Amerika Serikat (AS) semakin rapuh. Seorang pemilik restoran kulit hitam ditembak mati di Kentucky pada Senin pagi (1/6) ketika polisi dan pasukan Garda Nasional menembakkan senjata ketika membubarkan kerumunan yang memprotes pembunuhan polisi terhadap warga Amerika keturunan Afrika George Floyd.
Walikota Kentucky Greg Fischer mengatakan pada konferensi pers pada hari Senin, kepala polisi di Louisville dipecat dan dua petugas diberi cuti administratif setelah pihak berwenang mengetahui bahwa petugas telah menembakkan senjata mereka tanpa menggunakan kamera tubuh untuk merekam apa yang terjadi.
"Kami mengalami tragedi mengerikan semalam di 26th dan Broadway. "Kami kehilangan seorang warga negara yang luar biasa bernama David McAtee," kata Fischer," seperti dikutip Reuters, Senin (2/6).
Kematian McAtee, yang memiliki resto Yaya's BBQ, menandai kedua kalinya polisi Louisville tidak menggunakan kamera tubuh selama insiden penembakan di mana seorang warga kulit hitam yang tidak bersenjata terbunuh. McAtee terbunuh tak jauh dari lokasi restonya.
Seperti para pengunjuk rasa di seluruh negeri, para pengunjuk rasa di Louisville marah dengan perlakuan terhadap George Floyd, seorang pria kulit hitam berusia 46 tahun yang meninggal di tahanan polisi Minneapolis setelah dijepit di bawah lutut petugas kulit putih selama hampir sembilan menit.
Tetapi mereka juga memprotes para perwira Louisville yang menembak wanita kulit hitam berusia 26 tahun bernama Breonna Taylor pada 13 Maret 2020 lalu ketika menjalankan perintah "no knock" search warrant di apartemennya.
Sekadar tahu, di AS, no knock search warrant adalah surat perintah yang dikeluarkan pengadilan yang memungkinkan petugas penegak hukum memasuki properti tanpa pemberitahuan terlebih kepada penghuni.
Ini untuk menghindari penghuni menghilangkan barang bukti atau untuk meminimalisir ancaman terhadap keselamatan petugas dalam menjalankan tugasnya.
Protes atas ketidaksetaraan rasial telah melanda kota-kota besar AS selama seminggu, ketika para pejabat memperpanjang jam malam dengan harapan mencegah penjarahan dan perusakan yang telah berlangsung berhari-hari.
Fischer menambahkan, bagaimanapun, bahwa pihak berwenang tahu dua polisi Louisville dan dua tentara Garda Nasional telah menembakkan senjata mereka.
"Para petugas mengatakan mereka membalas tembakan setelah seseorang menembak mereka, kata Fischer.
Toko milik WNI Dirusak massa
Satu toko milik warga negara Indonesia di Washington DC, Amerika Serikat, mengalami kerusakan sebagai dampak dari demonstrasi yang diwarnai kerusuhan menyusul kematian seorang warga kulit hitam, George Floyd, di tangan polisi.
Beberapa WNI di Amerika menyebut belum berkomunikasi dengan kedutaan maupun konsulat jendera Indonesia di sana.
Pemerintah melalui Kementerian Luar Negeri menyebut telah meningkatkan intensitas komunikasi dengan warga negara Indonesia di Amerika dan mengimbau mereka untuk tinggal di rumah dan mematuhi penerapan jam malam.
Pantauan Kemlu, tidak ada WNI yang menjadi korban akibat aksi unjuk rasa yang berujung kerusuhan tersebut.
Berdasarkan data agregat perwakilan RI terdapat hampir 100.000 WNI yang tinggal di Amerika Serikat, dimana 50% di antaranya tinggal di Los Angeles.
Pengamat politik internasional dari LIPI, Nanto Sriyanto menyebut salah satu penyebab kerusuhan rasial tersebut akibat dari politik belah bambu yang dijalankan Presiden Amerika Donald Trump.
Gelombang protes besar yang terjadi di Amerika dipicu oleh tindakan polisi Minneapolis, Derek Chauvin yang menindih dengan lutut leher petugas keamanan berkulit hitam George Floyd yang menyebabkan sulit bernafas dan meninggal dunia.
Kedai kopi WNI: 'Dua bulan tutup, buka hari pertama langsung rusak'
Sebuah kedai kopi miliki WNI di Washington DC rusak akibat kerusuhan.
Padahal, kata pemilik kedai kopi, Vivit Kavi, tokonya baru buka pertama kali setelah tutup hampir dua bulan akibat virus corona.
"Itu terjadi di malam kami baru buka pertama kalinya pada 30 Mei lalu setelah tutup sejak 17 Maret lalu," kata Vivit.
Vivit menjelaskan saat buka, ia merasa senang dan banyak pengunjung datang membeli kopi dari tokonya.
"Pengujung datang dari jam 9 sampai 2 siang. Di antara itu protes ada tapi aman. Lalu kami tutup jam 4 sore. Lalu menjelang malam, pendemo tidak terkontrol.
"Dari protes damai menjadi rusuh. Sekitar jam 12 malam mulai terjadi pengerusakan dan pembakaran. Toko kami rusak kacanya," kata Vivit.
Vivit menambahkan kedai kopinya memiliki dua lapis kaca, lapisan terluar pecah, namun lapis dalam aman.
"Untung kaca dalam masih aman, dan tidak ada orang masuk yang menjarah," katanya.
Ia pun mengungkapkan belum tahu kapan akan kembali lagi buka karena berdasarkan keterangan polisi ada kemungkinan kembali muncul aksi demonstrasi.
"Kita akan memantau hari demi hari. Tapi harapan kita akhir pekan ini sudah buka.
"Rasanya itu, dari senang banget karena sudah mulai buka tiba-tiba kejadian seperti ini, seperti diangkat-angkat terus dijatuhkan ke jurang, sama kayak naik kereta luncur," ungkapnya.
Berita ini tayang di kontan: https://internasional.kontan.co.id/news/demo-di-as-makin-mencekam-4-polisi-tertembak?page=all