Menteri Luar Negeri Jepang Minta WHO Tingkatkan Kredibilitas Menangani Penyakit Menular
Motegi juga sangat berharap obat-obatan maupun vaksin corona dapat tersebar ke berbagai belahan dunia.
Editor: Dewi Agustina
Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Pemerintah Jepang berharap badan kesehatan dunia atau World Health Organization (WHO) meningkatkan kredibilitasnya dalam hal menangani penyakit menular di masa depan.
"Kita tidak mau mengomentari urusan negara lain dengan organisasi internasional. Namun saat ini baiknya kita fokus kepada penanganan pandemi corona supaya bisa cepat hilang," kata Menteri Luar Negeri Jepang, Toshimitsu Motegi, Selasa (2/6/2020).
Motegi juga sangat berharap obat-obatan maupun vaksin corona dapat tersebar ke berbagai belahan dunia.
"Kalau melihat keadaan sekarang semestinya WHO lebih baik lagi menanganinya karena menyangkut penyakit menular, apalagi yang berbahaya seperti corona ini," tambahnya.
Oleh karena itu di masa mendatang Jepang berharap lembaga kesehatan dunia itu bisa lebih profesional lagi dalam kerjanya terkait penyembuhan penyakit menular seperti ini jika suatu saat terjadi lagi.
"Kita berharap sekali kredibilitas WHO bisa ditingkatkan lebih baik lagi di masa depan dalam mengantisipasi dan menangani penyakit menular, sehingga korban tidak banyak seperti sekarang," harapnya.
AS ke Luar dari WHO
Sementara itu perseteruan antara Amerika Serikat (AS) dengan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencapai puncaknya.
Presiden AS Donald Trump menyatakan negaranya keluar dari keanggotaan WHO, Jumat (29/5/2020) waktu setempat atau Sabtu WIB.
Baca: Vino G Bastian Anggap Kesalahan Dwi Sasono Konsumsi Narkonba Bukan Seperti Penjahat Apalagi Koruptor
Trump menuduh organisasi PBB itu menjadi boneka China terkait pandemo Covid-19.
AS secara resmi bergabung di WHO pada 1948.
Saat melakukan jumpa pers harian di Taman Mawar, Gedung Putih, Washington DC, Trump mengatakan para pejabat China mengabaikan kewajiban mereka untuk melapor kepada WHO tentang virus corona, yang kini telah menewaskan ratusan ribu orang di seluruh dunia.
"China memiliki kendali penuh atas Organisasi Kesehatan Dunia meskipun hanya membayar 40 juta dolar per tahun dibandingkan dengan apa yang dibayar Amerika Serikat yaitu sekitar 450 juta dolar per tahun," katanya.
Keputusan mengejutkan itu dinyatakan Trump setelah minggu lalu Presiden China Xi Jinping berjanji memberikan 2 miliar dolar AS (sekira Rp 29,3 triliun) kepada WHO selama dua tahun ke depan guna membantu memerangi virus corona.
Jumlah itu hampir memenuhi seluruh anggaran program tahunan WHO untuk tahun lalu.
Trump bulan lalu menghentikan pendanaan untuk organisasi beranggotakan 194 negara itu.
Kemudian dalam suratnya tanggal 18 Mei, ia memberi WHO waktu selama 30 hari untuk berkomitmen melakukan reformasi.
Baca: Feby Febiola Usai Jalani Operasi Pengangkatan Kista, Bagaimana Kondisinya?
"Karena mereka telah gagal melakukan reformasi yang diminta dan sangat dibutuhkan itu, kita hari ini akan mengakhiri hubungan kita dengan Organisasi Kesehatan Dunia dan mengalihkan dana itu ke seluruh dunia yang layak mendapatkan kebutuhan kesehatan masyarakat global mendesak," kata Trump.
Belum ada kejelasan kapan keputusan itu mulai berlaku.
Resolusi bersama Kongres 1948 tentang keanggotaan AS di WHO mengatakan, negara itu berhak ke luar dari organisasi itu dengan pemberitahuan satu tahun sebelumnya.
WHO belum menanggapi permintaan komentar atas pengumuman Trump.
Sebelumnya, organisasi dunia itu membantah pernyataan Trump mereka mempromosikan "disinformasi" China tentang virus itu.
"Penting untuk diingat WHO adalah platform untuk kerja sama antarnegara," kata Donna McKay, Direktur Eksekutif Physicians for Human Rights.
"Menjauh dari institusi sangat penting itu di tengah pandemi bersejarah ini akan merugikan rakyat, baik di Amerika Serikat maupun di seluruh dunia."
Hingga saat ini AS menempati ranking pertama di dunia terkait jumlah kasus Covid-19 dana angka kematian.
Baca: 4 Hari Hilang Diduga Diculik Pria Bermobil, Perempuan Asal Jambi Ditemukan di Jakarta
Menurut catatan Universitas Johns Hopkins, setidaknya 102.836 orang meninggal dan 1.747.087 kasus tercatat di seluruh negeri.
Pada Sabtu (30/5/2020), Johns Hopkins melaporkan 1.068 kasus baru dan 27 kematian.
Diskusi mengenai Jepang dalam WAG Pecinta Jepang terbuka bagi siapa pun. Kirimkan email dengan nama jelas dan alamat serta nomor whatsapp ke: info@jepang.com