Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Mantan Menhan AS: Trump Coba ''Pecah-Belah'' Amerika

Ia menuduh Presiden Trump mencoba untuk "memecah belah" Amerika Serikat dan gagal memberikan "kepemimpinan yang bijak"

Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Johnson Simanjuntak
zoom-in Mantan Menhan AS: Trump Coba ''Pecah-Belah'' Amerika
AP/Hennepin County Sheriffs Office via Kompas.com
Dari kiri, Derek Chauvin, J Alexander Kueng, Thomas Lane, dan Tou Thao. Chauvin didakwa melakukan pembunuhan tingkat dua atas George Floyd, seorang pria kulit hitam yang meninggal setelah ditahan olehnya dan petugas kepolisian Minneapolis lainnya pada 25 Mei. Ada pun Kueng, Lane, dan Thao dituduh membantu dan bersekongkol dengan Chauvin. 

TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON -- Mantan Menteri Pertahanan Amerika Serikat (AS) Jim Mattis mengeluarkan teguran keras kepada Presiden Donald Trump pada Rabu (3/6/2020), terkait menangani aksi unjuk rasa warga menuntut keadilan George Floyd.

Ia menuduh Presiden Trump mencoba untuk "memecah belah" Amerika Serikat dan gagal memberikan "kepemimpinan yang bijak" ketika gelombang berhari-hari berlangsung di Negeri Paman Sam.

Mattis mengundurkan diri pada Desember 2018 lalu, setelah Trump memerintahkan penarikan semua pasukan dari Suriah.

Mattis menyuarakan dukungannya terhadap aksi para demonstran yang anti-rasisme setelah kematian Floyd 25 Mei lalu.

"Donald Trump adalah Presiden pertama dalam seumur hidup saya yang tidak mencoba untuk menyatukan rakyat Amerika-bahkan tidak berpura-pura untuk mencoba," tegas Mattis seperti dilansir The Atlantic dab AFP, Kamis (4/6/2020).

Baca: PBB Soroti Rasisme yang Memicu Kerusuhan di Amerika

"Sebaliknya, ia mencoba untuk memecah belah kita," ujar pensiunan Jenderal Angkatan Laut ini.

"Kita menyaksikan konsekuensi dari tiga tahun tanpa kepemimpinan yang matang," jelasnya.

Berita Rekomendasi

Mattis mengaku "marah dan terkejut" setelah menyaksikan peristiwa seminggu terakhir, ketika melihat Trump mengancam akan mengerahkan militer untuk meredam aksi unjuk rasa warga.

Kemarahan warga itu dipicu oleh pembunuhan FLoyd pada 25 Mei.

Ia meninggal dengan tragis ketika lutut seorang perwira polisi kulit putih mencekiknya. Kematian Floyd terekam dalam video yang viral.

Demonstrasi sebagian besar berjalan damai, tetapi beberapa telah merosot menjadi kekerasan dan penjarahan di sejumah kota.

Menurut Mattis, suara tuntutan keadilan dari para demonstran adalah desakan "yang sehat dan menyatukan."

"Ketika saya bergabung dengan militer, sekitar 50 tahun yang lalu, saya bersumpah untuk mendukung dan membela Konstitusi," tegas Mattis.

"Tidak pernah saya bermimpi, pasukan yang mengambil sumpah yang sama akan diperintahkan dalam keadaan apapun untuk melanggar hak-hak konstitusional sesama warga negara," tegasnya.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas