Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Mantan Pasangan George Floyd: Pelaku Akan Kembali ke Keluarga Mereka, tapi Anakku Kehilangan Ayahnya

Mantan pasangan George Floyd, mencurahkan isi hatinya sembari menangis. Ia membandingkan nasib pelaku dan anaknya dengan George, Gianna Floyd.

Penulis: Citra Agusta Putri Anastasia
Editor: Whiesa Daniswara
zoom-in Mantan Pasangan George Floyd: Pelaku Akan Kembali ke Keluarga Mereka, tapi Anakku Kehilangan Ayahnya
BBC
Mantan pasangan George Floyd, mencurahkan isi hatinya sembari menangis. Ia membandingkan nasib pelaku dan anaknya dengan George, Gianna Floyd. 

TRIBUNNEWS.COM - Kematian George Floyd telah memicu protes besar-besaran di seluruh Amerika Serikat.

Protes meletus terhadap rasisme dan pembunuhan polisi terhadap warga kulit hitam Amerika.

Mantan pasangan George Floyd, Roxie Washington, pun akhirnya buka suara di depan publik terkait kematian George.

Roxie muncul bersama buah hatinya dengan George, Gianna Floyd, dalam konferensi pers dengan pengacara mereka di Minneapolis City Hall, Minnesota, Selasa (2/6/2020) waktu setempat.

Didampingi oleh pengacara dan kerabat George Floyd, Roxie naik ke mimbar bersama Gianna.

Baca: Demo Bela George Floyd di Yunani Rusuh, Demonstran Lempar Bom Molotov ke Arah Polisi

Baca: Ramai Kasus George Floyd, BTS Dukung #BlackLiveMatters: Kita Semua Punya Hak untuk Dihormati

Dalam video berdurasi 1:24 menit yang dibagikan oleh BBC, dengan terisak, Roxie mencurahkan isi hatinya tentang kematian George Floyd dan masa depan putrinya.

"Aku tidak dapat berkata-kata," ucap Roxie pertama kali, dengan raut wajah sedih dan mata sembab.

Berita Rekomendasi

Roxie mengungkapkan, dia hanya ingin semua orang tahu bahwa bagaimana pun, para polisi yang membunuh George akan tetap kembali kepada keluarganya.

Sedangkan, buah hatinya kehilangan seorang ayah untuk selamanya.

"Aku ingin setiap orang tahu bahwa pada akhirnya, mereka (polisi yang membunuh George) pulang ke rumah dan bersama dengan keluarga mereka," kata Roxie tak kuasa menahan tangis.

Mantan pasangan George Floyd, Roxie Washington, bersama buah hatinya, Gianna Floyd, saat konferensi pers di Minneapolis City Hall, Minnesota, Selasa (2/6/2020) waktu setempat.
Mantan pasangan George Floyd, Roxie Washington, bersama buah hatinya, Gianna Floyd, saat konferensi pers di Minneapolis City Hall, Minnesota, Selasa (2/6/2020) waktu setempat. (BBC)

Tampak kerabat George Floyd di belakang menenangkan Roxie.

Wanita berbaju biru itu mencoba tegar dan kembali meneruskan perkatannya sembari menangis.

"Gianna tidak mempunyai seorang ayah. Dia tidak akan pernah melihatnya tumbuh, lulus sekolah," ungkapnya.

"Dia tidak akan pernah mengiringinya ke altar," lanjut Roxie terisak, mencoba tak mengeluarkan lebih banyak air mata lagi.

Roxie pun membayangkan masa depan sang putri.

Ketika Gianna membutuhkan George, tak akan ada lagi sosoknya di sisi.

"Jika ada masalah yang dia miliki dan dia membutuhkan ayahnya, dia tak akan memiliki itu lagi," ujar Roxie.

Mantan pasangan George Floyd, Roxie Washington, bersama buah hatinya, Gianna Floyd, menangis saat konferensi pers di Minneapolis City Hall, Minnesota, Selasa (2/6/2020) waktu setempat.
Mantan pasangan George Floyd, Roxie Washington, bersama buah hatinya, Gianna Floyd, menangis saat konferensi pers di Minneapolis City Hall, Minnesota, Selasa (2/6/2020) waktu setempat. (BBC)

Wanita tersebut kembali mengusap air mata dan menahan tangis.

Sedangkan, Gianna hanya terpaku di samping Roxie.

Dengan tatapan polosnya, gadis 6 tahun itu tak berekspresi sedikit pun.

Baca: Pesan Dukungan Obama untuk Para Demonstran Tuntut Keadilan George Floyd di AS

"Aku disini untuk anakku, dan aku disini untuk George, karena aku menginginkan keadilan untuknya," kata Roxie.

Roxie melanjutkan, dia bersuara di depan publik karena mantan pasangannya tersebut adalah orang yang baik.

Tak peduli apa pun yang orang-orang pikirkan, Roxie menegaskan, George adalah pria yang baik.

Roxie.
Mantan pasangan George Floyd, Roxie Washington, bersama buah hatinya, Gianna Floyd, menangis saat konferensi pers di Minneapolis City Hall, Minnesota, Selasa (2/6/2020) waktu setempat. (BBC)

"Dan ini adalah bukti bahwa dia adalah pria yang baik," kata Roxie sembari menunjuk Gianna yang terus menatap ke depan.

Roxie tampak mengusap air mata dan terisak.

Orang-orang di belakangnya pun menghibur dan mencoba menguatkan Roxie.

Kemudian, mantan pasangan Floyd itu berbalik dari mimbar.

Ia pun pergi bersama Gianna.

3 Data yang Tunjukkan Bagaimana Hukum AS Perlakukan Kulit Hitam

Kematian George Floyd telah membuat warga Amerika Serikat geram.

Kerusuhan dan penjarahan pun terjadi di kota-kota di seluruh Amerika Serikat.

Di sisi lain, kasus ketidakadilan yang menimpa warga Afrika-Amerika tak hanya terjadi pada George Floyd saja.

Sejumlah demonstran melakukan aksi unjuk rasa atas kematian George Floyd, di Detroit, Michigan, Amerika Serikat, Minggu (31/5/2020) waktu setempat. Meninggalnya George Floyd, seorang pria keturunan Afrika-Amerika, saat ditangkap oleh polisi di Minneapolis beberapa waktu lalu memicu gelombang aksi unjuk rasa dan kerusuhan di kota-kota besar di hampir seantero Amerika Serikat. AFP/Seth Herald
Sejumlah demonstran melakukan aksi unjuk rasa atas kematian George Floyd, di Detroit, Michigan, Amerika Serikat, Minggu (31/5/2020) waktu setempat. Meninggalnya George Floyd, seorang pria keturunan Afrika-Amerika, saat ditangkap oleh polisi di Minneapolis beberapa waktu lalu memicu gelombang aksi unjuk rasa dan kerusuhan di kota-kota besar di hampir seantero Amerika Serikat. AFP/Seth Herald (AFP/Seth Herald)

Beberapa data seputar kejahatan dan keadilan di AS telah menunjukkan perlakuan yang diterima orang Afrika-Amerika dalam hal hukum dan ketertiban.

Baca: Seperti Apa Kondisi Penjara Level Maksimum Tempat Baru Polisi Penindih Leher George Floyd?

Baca: Demo Kematian George Floyd Mencekam, Empat Polisi di St. Louis Tertembak

Dilansir BBC, berikut paparannya:

1. Orang Afrika-Amerika ditembak

Persentase populasi yang ditembak fatal oleh polisi berdasarkan etnis.
Persentase populasi yang ditembak fatal oleh polisi berdasarkan ras. (US census bureau and Statista.com 2019)

Angka-angka yang tersedia di atas merepresentaskan insiden di mana polisi menembak dan membunuh orang.

Berdasarkan data statistik di atas, orang Afrika-Amerika memiliki peluang yang jauh lebih tinggi untuk ditembak secara fatal dibandingkan dengan jumlah keseluruhan dalam populasi AS.

Fakta menunjukkan, pada tahun 2019, meskipun orang Afrika-Amerika sejumlah kurang dari 14 persen dari populasi (menurut angka sensus resmi), mereka menyumbang lebih dari 23 persen dari 1.000 lebih penembakan fatal oleh polisi.

Angka itu relatif konsisten sejak 2017.

Sedangkan, jumlah korban kulit putih telah turun sejak itu.

2. Orang Afrika-Amerika lebih banyak ditangkap karena penyalahgunaan narkoba

Penangkapan penyalahgunaan narkoba berdasarkan ras.
Penangkapan penyalahgunaan narkoba berdasarkan ras. (Data FBI dan US Census Bureau 2018)

Warga kulit hitam memiliki tingkat yang jauh lebih tinggi daripada orang kulit putih dalam hal ditangkap karena penyalahgunaan narkoba.

Padahal, survei menunjukkan, penggunaan narkoba orang kulit hitam dan kulit putih berada pada tingkat yang sama.

Pada tahun 2018, sekitar 750 dari setiap 100.000 orang Afrika-Amerika ditangkap karena penyalahgunaan narkoba.

Sementara itu, sekitar 350 dari setiap 100.000 orang kulit putih Amerika ditangkap karena kasus yang sama.

Survei nasional sebelumnya tentang penggunaan narkoba menunjukkan, orang kulit putih dan Afrika-Amerika menggunakan narkoba pada tingkat yang sama.

Namun, orang Afrika-Amerika terus ditangkap pada tingkat yang lebih tinggi.

Sebagai contoh, sebuah studi oleh American Civil Liberties Union menemukan, orang Afrika-Amerika 3,7 kali lebih mungkin ditangkap karena memiliki mariyuana daripada orang kulit putih, meskipun tingkat penggunaan ganja mereka sebanding.

3. Lebih banyak orang Afrika-Amerika dipenjara

Populasi penjara per 100.000 orang berdasarkan ras.
Populasi penjara per 100.000 orang berdasarkan ras. (US Census Bureau, Bureau of Justice Statistics)

Menurut data terakhir, orang Afrika-Amerika dipenjara lima kali lipat dari orang Amerika kulit putih.

Jumlah orang Afrika-Amerika yang dipenjara juga hampir dua kali lipat dari orang Amerika keturunan Hispanik.

Pada tahun 2018, orang Afrika-Amerika merupakan 13 persen dari populasi AS.

Namun, jumlah ini mewakili hampir sepertiga dari populasi penjara negara itu.

Sementara itu, orang kulit putih Amerika mengisi 30 persen dari populasi penjara, meskipun mewakili lebih dari 60 persen dari total populasi AS.

Lebih dari 1.000 untuk setiap 100.000 warga Afrika-Amerika dipenjara.

Ini berbeda jauh dibandingkan 200 tahanan kulit putih untuk setiap 100.000 warga kulit putih Amerika.

Populasi penjara AS didefinisikan sebagai narapidana yang dihukum lebih dari setahun di penjara federal atau negara bagian.

Tingkat hukuman penjara telah menurun untuk orang Afrika-Amerika selama dekade terakhir.

Namun, mereka masih lebih banyak mengisi populasi penjara dibandingkan ras lain.

(Tribunnews.com/Citra Agusta Putri Anastasia)
Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas