Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Mulai dari Eks Kepala Pentagon Hingga Pemuka Agama Kritik Keras Cara Trump Tangani Kerusuhan

Cara Presiden Donald Trump tangani kerusuhan di Amerika Serikat tuai kecaman dari berbagai pihak. Siapa saja?

Penulis: Imanuel Nicolas Manafe
zoom-in Mulai dari Eks Kepala Pentagon Hingga Pemuka Agama Kritik Keras Cara Trump Tangani Kerusuhan
AFP
Presiden AS Donald Trump berjalan melewati tembok yang dicoret-coret pendemo ketika menuju Gereja Episkopal St John's yang lokasinya tak jauh dari Gedung Putih. 

TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON DC - Sejumlah mantan pejabat Amerika Serikat mengomentari bagaimana Presiden Donald Trump menganangi gelombang demonstrasi terkait kematian George Floyd.

Diketahui, Donald Trump telah mengerahkan militer untuk meredam gelombang demonstrasi hingga menggunakan agama sebagai 'tameng'.

Baca: Pimpinan DPR Imbau WNI di AS Tak Ikut Demo Terkait George Floyd

 Melansir Kompas.com, salah satu yang mengkritik cara Donald Trump yakni mantan Kepala Pentagon, jim Mattis.

Pada  Rabu (3/6/2020), Jim Mattis memberi tuduhan terhadap Donald Trump dengan mengatakan bahwa Trump berusaha memecah belah Amerika Serikat.

Dia juga mengatakan kalau Trump telah gagal memberikan kepemimpinan yang dewasa ketika negara itu dilanda kerusuhan protes berhari-hari.

Mattis yang mengundurkan diri pada Desember 2018 atas perintah Trump yang menarik penuh pasukan dari Suriah ini juga menyuarakan dukungan bagi para demonstran yang melakukan protes anti-rasialisme.

Dia berkata sebagaimana dilansir media Perancis AFP, "Donald Trump adalah presiden pertama dalam hidup saya yang tidak mencoba untuk menyatukan orang-orang Amerika dan bahkan tidak berpura-pura mencobanya," ungkap Mattis dalam tulisannya di situs web The Atlantic.

Berita Rekomendasi

"Dia malah mencoba mencerai-beraikan kita," ujar Mattis sang jenderal pensiunan marinir yang sebelumnya pernah berargumen bahwa tidak pantas baginya untuk mengkritik presiden yang masih menjabat.

"Kita menyaksikan konsekuensinya dalam tiga tahun dalam kepemimpinan (Trump) yang mumpuni," tulisnya.

Mattis juga mendeskripsikan dirinya 'marah dan takut' setelah menyaksikan peristiwa sepekan terakhir yang menunjukkan Trump mengancam akan menurunkan pasukan militer atas gelombang protes rusuh yang tak berkesudahan di berbagai kota.

Kerusuhan itu dipicu oleh pembunuhan terhadap George Floyd pada 25 Mei lalu, seorang pria kulit hitam yang mati lemas di bawah lutut seorang polisi kulit putih, yang kematiannya direkam dalam sebuah video amatir warga dan menjadi viral.

Demonstrasi sebagian besar telah damai, tetapi beberapa telah berubah menjadi kekerasan dan penjarahan saat malam tiba.

Mattis menulis bahwa seruan para pemrotes untuk keadilan yang sama adalah "permintaan yang sehat dan bersifat menyatukan, sesuatu yang kita semua harus bisa lakukan sebelumnya."

Dia juga menyalahkan keputusan menggunakan pasukan aparat dalam memukul mundur pendemo dari jarak dekat di Gedung Putih pada Senin (1/6/2020) agar Trump dapat lewat dan berpose di depan Gereja Episkopal St. John sambil memegang Alkitab.

Peristiwa foto op itu telah menjadi penangkal atas kritik yang dilangsungkan kepada penanganan Trump terhadap krisis, dengan para pemimpin agama, politisi dan masyarakat internasional yang mengekspresikan marah atas foto itu.

"Ketika saya bergabung dengan militer, kira-kira 50 tahun lalu, saya bersumpah untuk mendukung dan membela Konstitusi," kata Mattis.

"Saya tidak pernah bermimpi bahwa pasukan yang mengambil sumpah yang sama akan diperintah dalam keadaan apa pun untuk melanggar hak-hak Konstitusi sesama warga negara mereka," katanya.

"Apalagi untuk memberikan foto aneh untuk komandan terpilih dengan kepemimpinan militer yang berdiri di sampingnya."

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul: Mantan Kepala Pentagon: Trump Berusaha 'Memecah Belah' Amerika

Pemuka Agama Kecam Donald Trump

Melansir BBC Indonesia, Donald Trump dikritik keras oleh Keuskupan Agung Washington DC gara-gara memanfaatkan agama sebagai tameng terkait kerusuhan di Amerika Serikat.

Diketahui, Donald Trump sempat berfoto dengan memegang Alkitab di depan gereja.

Setelah itu, dia mengunjungi Kuil National Saint John Paul II di Washington DC, Selasa (2/6/2020). 

Uskup Agung Washington, Wilton D Gregory, menyebut kunjungan itu sebagai "penyalagunaan" dan manipulasi atas Kuil Nasional Saint Paul II.

Dia pun menyebut aksi presiden tersebut "membingungkan" dan "tercela".

Dalam sebuah pernyataan menjelang kunjungan Trump ke Kuil Nasional Saint John Paul II, Uskup Agung Wilton D Gregory mengatakan itu melanggar prinsip-prinsip gereja, menambahkan bahwa umat Katolik semestinya membela hak semua orang.

Uskup Agung tersebut juga mengutuk upaya pembubaran unjuk rasa di luar Gedung Putih sehari sebelumnya demi Trump bisa berkunjung ke sebuah gereja, tempat ia memegang Alkitab di depan media yang tengah meliputnya.

Saint John Paul "tidak akan memaafkan penggunaan gas air mata dan penghalang lainnya untuk membungkam, menyebarkan atau mengintimidasi [pendemo] demi kesempatan untuk berpose di depan tempat ibadah," ujarnya.

Uskup Agung Gregory adalah orang Afrika-Amerika pertama yang memimpin keuskupan.

Adapun Kuil Saint John Paul II dikelola oleh Knights of Columbus, sebuah organisasi yang beranggotakan umat Katolik yang semuanya laki-laki, yang melakukan lobi-lobi untuk kepentingan politik konservatif.

Uskup Episkopal Washington, Mariann Budde, juga mengutuk tindakan presiden itu.

Sementara di Inggris, para uskup agung York dan Canterbury mengatakan kerusuhan itu mengungkap "kejahatan supremasi kulit putih yang sedang berlangsung".

Sutradara Sebut Donald Trump Sebagai Bandit

Sementara itu, sutradara film Amerika yang berkulit hitam, Spike Lee, mengatakan tanggapan Presiden Trump terhadap kematian George Floyd, menunjukkan bahwa ia adalah seorang bandit yang berusaha menjadi diktator.

Lee, yang mengangkat ketidakadilan rasial di Amerika Serikat dalam film-filmnya, mengatakan warga di Amerika Serikat marah karena sistem dibentuk untuk membuat mereka gagal.

Di sisi lain, kalangan penyiar, selebriti dan layanan streaming musik mematikan atau setidaknya mengubah layanan mereka pada Selasa (2/6/2020), sebagai bentuk solidaritas terhadap aksi protes menentang pembunuhan George Floyd.

Baca: Menhan AS Tolak Permintaan Presiden Trump Kerahkan Militer untuk Tangani Kerusuhan

Sedangkan calon presiden dari Partai Demokrat, Joe Biden, mengkritik saingannya, Presiden Trump, yang disebutnya menggunakan krisis ini untuk menarik pendukungnya.

Sementara itu, sheriff Las Vegas mengatakan bahwa seorang petugas tewas tertembak setelah polisi berusaha membubarkan kerumunan pada Selasa (2/6/2020), dan empat petugas terluka pada hari Senin (1/6/2020). (Kompas.com/BBC Indonesia)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas