Terburuk Sejak Perang Dunia II: Perekonomian Global Menyusut Lebih dari 5 Persen Tahun Ini
Pandemi virus corona (Covid-19) dan kebijakan penguncian (lockdown) yang diberlakukan banyak negara dinilai telah mengacaukan perekonomian global.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Willem Jonata
![Terburuk Sejak Perang Dunia II: Perekonomian Global Menyusut Lebih dari 5 Persen Tahun Ini](https://asset-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/kondisi-kota-jilin-china-yang-kembali-menerapkan-lockdown-karena-ada-klaster-baru-corona.jpg)
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM - Pandemi virus corona (Covid-19) dan kebijakan penguncian (lockdown) yang diberlakukan banyak negara dinilai telah mengacaukan perekonomian global.
Produk Domestik Bruto (PDB) global pun diproyeksikan berkontraksi 5,2 persen pada 2020.
Proyeksi penurunan ini diperkirakan akan menjadi yang terburuk sejak Perang Dunia II.
Selain itu, penurunannya bahkan hampir tiga kali lipat lebih curam dari resesi global yang terjadi pada 2009 lalu.
Baca: Bank Dunia Prediksi Perekonomian Indonesia Masih Tumbuh Dengan Baik
Dikutip dari laman Russia Today, Selasa (9/6/2020), dalam laporan Prospek Ekonomi Global, Bank Dunia memperkirakan bahwa pada tahun ini, pandemi ini akan mendorong sebagian besar negara ke dalam resesi.
Namun ekonomi maju seperti Amerika Serikat (AS) diproyeksikan akan mengalami penyusutan hingga tujuh persen.
Baca: Sri Mulyani Sempat Dipermalukan Bank Dunia Akibat Angka Stunting Tinggi
Bank Dunia telah menyatakan keprihatinan khusus atas situasi pasar yang sedang berkembang namun dengan sistem kesehatan masyarakat yang lebih lemah.
Karena lebih dari 60 juta orang diperkirakan akan berada dalam kemiskinan ekstrem.
Seperti disampaikan Wakil Presiden Bank Dunia untuk Pertumbuhan, Keuangan dan Lembaga yang Berkeadilan Ceyla Pazarbasioglu.
"Ini sangat serius, dengan krisis yang cenderung meninggalkan dampak jangka panjang dan menimbulkan tantangan global yang besar," kata Pazarbasioglu.
Menurut laporan Prospek Ekonomi Global, dalam wakti dekat ini investasi diprediksi akan tetap lebih rendah dan perdagangan global serta rantai pasokan akan terkikis sampai batas tertentu.
Bank Dunia memang telah menurunkan prakiraan pertumbuhan ekonomi untuk semua wilayah, namun secara khusus menandai Amerika Latin, Eropa dan Asia Tengah.
Hal itu karena dipicu tingginya angka pandemi di sana dan adanya risiko bahwa negara-negara di kawasan itu akan terdampak besar lantaran sangat bergantung pada sektor perdagangan, pariwisata, dan komoditas.
Laporan tersebut memperkirakan terjadinya penurunan sebesar 9,1 persen dalam PDB riil untuk Wilayah Euro (negara-negara Eropa).
Sedangkan untuk AS dan Jepang akan berkontraksi 6,1 persen.
Di AS, Bank Dunia pun mengharapkan terjadi rebound 4 persen pada 2021, dengan asumsi pemulihan kepercayaan konsumen dan investor yang mungkin saja didukung kebijakan 'skala besar', baik dari Federal Reserve maupun Kongres AS.
Sementara ekonomi terbesar kedua di dunia, China, diproyeksikan akan tumbuh satu persen tahun ini, turun dari 6,1 persen pada 2019, sebelum akhirnya bangkit kembali.
Sebelumnya, Bank Dunia memproyeksikan rebound ekonomi global sebesar 4,2 persen pada tahun 2021 dan memperingatkan bahwa skenario yang lebih buruk mungkin akan terjadi jika krisis kesehatan berlangsung lebih lama dari yang diperkirakan.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.