Hubungan Korea Utara-Korea Selatan Makin Panas, Menteri Unifikasi Korsel Mengundurkan Diri
Presiden Korea Selatan, Moon Jae-in menerima surat pengunduran diri dari menteri unifikasi, pada Jumat (19/6/2020).
Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Sri Juliati
TRIBUNNEWS.COM - Presiden Korea Selatan, Moon Jae-in menerima surat pengunduran diri dari menteri unifikasi, Kim Yeon-chul, Jumat (19/6/2020).
Menteri yang bertanggung jawab atas hubungan antar Korea ini memilih undur diri di tengah memanasnya hubungan Pyongyang dan Seoul.
Sejatinya sejak Rabu (17/6/2020) lalu, Menteri Unifikasi Korea Selatan Kim Yeon-chul sudah menawarkan diri untuk mundur dari jabatannya, dikutip dari Reuters.
Kim Yeon-chul dinilai bertanggung jawab atas hubungan antar-Korea yang makin memburuk.
Dikutip dari Time, Kim Yeon-chul sudah meminta untuk berhenti pasca Korea Utara meledakkan kantor komunikasi di perbatasan.
Baca: Hubungan Dua Korea Makin Panas, Menteri Unifikasi Korea Selatan Mundur
Baca: BTS Jadi Satu-satunya Artis Korea yang Masuk Daftar Album Terbaik Rolling Stone 2020
Kim Yeon-chul ditunjuk Moon sebagai menteri unifikasi pada April tahun lalu, saat pembicaraan antara pemerintahan Trump dan Pyongyang mulai berantakan.
Kim meninggalkan pekerjaannya tanpa mengadakan satu pertemuan dengan Korea Utara.
Dia mengatakan ingin mengundurkan diri untuk mengambil tanggung jawab atas ketegangan antar-Korea.
Belum jelas siapa yang Presiden Moon pertimbangkan untuk menggantikan Kim.
Muncul seruan agar Moon merombak kebijakan luar negeri dan personel keamanan nasional di tengah memburuknya hubungan dengan Korut ini.
Lagipula peran Seoul untuk menengahi perundingan nuklir antara AS dengan Pyongyang pun telah memudar karena keduanya tidak sepakat dalam pertukaran bantuan dan pelucutan senjata.
Baca: Pasukan Korut Mulai Berdatangan di Perbatasan Korea Selatan
Baca: Kim Yo Jong Minta Presiden Korea Selatan Minta Maaf karena Rusak Hubungan Antar Korea
Sebuah jajak pendapat merilis hasil, elektabilitas Presiden Moon turun menjadi 55 persen, level terendah dalam tiga bulan terakhir.
Menurunnya nilai Moon didasari kekhawatiran publik Korea Selatan atas kondisi Korea Utara saat ini.
Korea Utara menolak permintaan Seoul untuk memulai kembali proyek ekonomi antar Korea.
Sebelumnya proyek ini sempat terhenti karena Korut mendapat sanksi internasional atas program nuklir dan rudal.
Pyongyang juga mempermasalahkan pembelot di Korea Selatan yang terus mengirim selebaran propaganda ke Korea Utara.
Korea Utara menilai Korsel telah gagal menghentikan upaya pembelot dan melukai perjanjian 2018 silam.
Puncaknya negeri diktator itu menghancurkan gedung komunikasi antar-Korea yang berdiri di perbatasan.
Korea Utara mantap memutuskan untuk memangkas komunikasi dengan Selatan sekaligus mengirim pasukan militer.
Baca: Shin Tae-yong Ingin Timnas Indonesia TC di Korea Selatan, Ini Respons PSSI
Baca: Korea Utara Ancam Kerahkan Pasukan, Korea Selatan: Belum Ada Kegiatan Mencurigakan
Juru bicara Kementerian Unifikasi, Cho Hye-sil pada Jumat (19/6/2020) ini mengatakan ada seorang pembelot dari Korut yang telah diamankan pemerintah.
Pembelot itu berencana akan mengirim ratusan botol berisi beras, obat-obatan, dan masker medis ke Korea Utara dengan cara melarung ke laut pada Minggu nanti.
Dia menegaskan, pemerintah akan menghentikan aksi kelompok tersebut.
Lalu untuk para pendukung dan yang sedang berencana melakukan aksi serupa akan dijatuhi hukuman terkait perjanjian antar-Korea.
Di sisi lain, beberapa hari ini pejabat korea Utara tidak banyak mengeluarkan kritik kepada negara tetangga mereka.
Padahal sebelumnya Pyongyang membombardir Seoul dengan berbagai macam ancaman hingga makian.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)