'Aktivitas' Terbaru Militer Korea Utara di Perbatasan Korsel
Militer Korea Utara kembali memasang pengeras suara di dekat Zona Demiliterisasi (DMZ).
Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Malvyandie Haryadi
Baru-baru ini, Korea Utara tiba-tiba bersuara lantang mementang aksi para pembelot mengirim selebaran propaganda dari Korea Selatan.
Bahkan Korea Utara menunjukkan bentuk kemarahan melalui aksi menghancurkan sebuah kantor penghubung Korea Selatan.
Baca: Korut Ancam Tambah Pasukan di Perbatasan, Korea Selatan: Belum Ada Tanda-Tanda Mencurigakan
Aktivis Park Sang-hak mengatakan organisasinya melayangkan 20 balon besar yang membawa 500 ribu selebaran, uang kertas senilai 2.000 dolar AS dan sejumlah buku kecil.
Pengiriman ratusan ribu selebaran itu dilakukan dari kota perbatasan Paju ke Korea Utara pada Senin malam.
Park, sebelumnya warga Korea Utara yang melarikan diri ke Korea Selatan, mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa selebaran itu adalah "perjuangan untuk keadilan demi pembebasan" Korea Utara.
Ia menyebut pemimpin Korea Utara Kim Jong un "jahat" dan pemerintahannya "barbarisme."
Park menegaskan, ia akan terus mengirimkan selebaran anti-Kim.
"Meskipun penduduk Korea Utara telah menjadi budak zaman modern tanpa hak-hak dasar, bukankah mereka memiliki hak untuk mengetahui kebenaran?" katanya.
Pejabat Korea Selatan telah berjanji akan melarang aksi pengiriman selebaran ke Korea Utara
Bahkan otoritas Korea Selatan mengatakan akan menuntut Park dan aktivis lainnya, yang telah mengirim selebaran ke arah Korea Utara selama bertahun-tahun.
Baca: Perang Propaganda, Korut Siapkan Serangan Balasan, 12 Juta Selebaran Anti-Korsel Bakal Disebar
Park menuduh pemerintah liberal Korea Selatan bersimpati dengan Korea Utara atau takut terhadap ancaman negara yang dipimpin Kim Jong Un itu.
Saudara Park, aktivis lain juga sebelumnya dari Korea Utara, minggu lalu membatalkan rencana untuk melepaskan botol diisi dengan beras kering dan masker dari pesisir pulau.
Pihak berwenang Korea Selatan mengatakan kegiatan Park hanya akan meningkatkan permusuhan dan berpotensi membahayakan warga perbatasan.
Pada 2014, pasukan Korea Utara melepaskan tembakan ke arah balon propaganda yang terbang ke wilayah mereka. Ini memicu saling tembak.