70 Tahun Berlalu Sejak Perang Korea Utara dan Korea Selatan Berperang, Belum Ada Perjanjian Damai
Kedua negara pada dasarnya masih berperang, karena tidak ada perjanjian damai yang dibuat, hanya gencatan senjata.
Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Sri Juliati
TRIBUNNEWS.COM - Hari ini, 25 Juni 2020 merupakan peringatan 70 tahun perang antara Korea Utara dan Korea Selatan.
Kedua negara pada dasarnya masih berperang, karena tidak ada perjanjian damai yang dibuat, hanya gencatan senjata.
Seperti yang dilansir CNN, 70 tahun lalu, sekitar 135 ribu tentara Korea Utara menyerbu Korea Selatan, yang mengakibatkan perang dengan kerugian nyawa dan materiil.
Namun, Perang Korea terus saja dibayangi oleh Perang Dunia II, perang yang jauh lebih besar yang berakhir kurang dari lima tahun sebelumnya.
Bahkan Angkatan Darat AS menyebut perang Korea sebagai "Forgotten War" atau "Perang yang Terlupakan" meskipun lebih dari 36.000 nyawa Amerika hilang.
Baca: Korea Utara Tunda Aksi Militer Terhadap Korea Selatan
Baca: Kim Yo Jong Kerap Muncul, Analis Memprediksi Adik Kim Jong Un akan Segera Duduki Posisi Lebih Tinggi
Enam belas negara, termasuk Amerika Serikat, mengirim pasukan tempur untuk membantu Korea Selatan di bawah Komando PBB.
Sementara tentara China melakukan intervensi untuk pihak Korea Utara.
Perang pecah pada 25 Juni 1950, ketika pasukan Korea Utara menyerbu melintasi paralel ke-38 yang membagi Korea Utara dan Selatan.
Gencatan senjata yang ditandatangani pada 27 Juli 1953, bisa menghentikan konflik.
Namun, perang tidak pernah berakhir secara resmi karena tidak ada perjanjian damai.
Selama konferensi pada tahun 2018, Presiden Korea Selatan Moon Jae-in dan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un berjanji untuk secara resmi mengakhiri Perang Korea dan menegosiasikan perjanjian damai.
Akan tetapi upaya-upaya itu runtuh, karena adanya rencana Amerika Serikat untuk membuat Korea Utara menghentikan program senjata nuklir yang dapat mengancam AS.
Trump telah bertemu dengan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un tiga kali.
Tahun lalu menandakan pertama kalinya pemimpin AS yang menginjakkan kaki di negara komunis itu.