Konflik India-China: 20 Petarung MMA Diterjunkan ke Perbatasan Tiongkok-New Delhi
China terjunkan sekira 20 petarung MMA itu berasal dari Enbo Fight Club di provinsi Sinchuan di barat daya China.
Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Facundo Chrysnha Pradipha
TRIBUNNEWS.COM - China dikabarkan mendaftarkan satu regu petarung seni bela diri campuran ke dalam jajaran milisi perbatasannya.
CCTV menyiarkan pada 20 Juni 2020, sekira 20 petarung MMA itu berasal dari Enbo Fight Club di provinsi Sinchuan di barat daya China.
Para petarung MMA tersebut akan membentuk Plateau Resistance Tibfif Mastiffs, yang berbasis di Lhasa, Ibu Kota negara wilayah otonom Tibet.
Dikutip Tribunnews.com dari South China Morning Post, Enbo Fight Club dikenal karena menghasilkan petarung yang terus berkompetisi di turnamen internasional.
Kompetisi tersebut di antaranya Ultimate Fighting Champoonship di Amerika Serikat.
Lebih lanjut, pengumuman bahwa China menerjunkan petarung MMA di perbatasannya ini muncul setelah bentrokan mematikan antara pasukan Tiongkok dan India di perbatasan Himalaya.
Baca: Citra Satelit Ungkap Kamp China di Himalaya Makin Meluas, India Ingin China Stop Pembangunan
Tentara dari kedua negara dilaporkan terlibat pertempuran tangan-ke-tangan selama beberapa jam.
Sedikitnya 20 tentara India terbunuh dalam pertarungan tersebut.
Sementara itu, China belum merilis jumlah korban di pihaknya.
Misi 20 Petarung MMA
Masih dikutip Tribunnews.com dari South China Morning Post, disebutkan, tidak jelas apakah Mastiff Tibet akan dikerahkan ke perbatasan dengan India.
Tetapi, menurut laporan Tencent News, misi utama para petarung MMA tersebut adalah membantu pasukan patroli perbatasan dan pasukan khusus dalam pelatihan tempur tangan-ke-tangan.
"Jika negara membutuhkan kita, Enbo Fight Club dengan sepenuh hati akan menyelesaikan tugas yang menantang," kata pemilik Enbo Fight Club.
"Mengenai apakah (pejuang kami) ambil bagian dalam konflik beberapa hari lalu, jangan tanya saya," tambahnya.
Lebih lanjut, surat kabar remi dari militer, The PLA Daily melaporkan, perekrutan milisi lain, termasuk personil sipil yang memiliki beberapa spesialisasi juga dilakukan China.
Terutama spesialisasi pada teknologi komunikasi, pedakian gunung dan pertambangan.
Mereka, surat kabar tersebut menyebutkan, akan datang di bawah Komando Teater Barat Tentara Pembebasan Rakyat.
Bentrokan Tewaskan 20 Tentara India
Sebelumnya diberitakan, 20 tentara India terbunuh dalam konfrontasi dengan tentara China di perbatasan Himalaya pada Senin (15/6/2020) malam, CNN.com mengabarkan.
Insiden terjadi saat proses deeskalasi di Lembah Galwan, di area yang disengketakan Aksai Chin-Ladakh.
Di area tersebut, dikabarkan tentara dari kedua belah pihak telah berjaga-jaga selama beberapa minggu, sebelum komandan militer senior buka suara awal bulan ini.
Tentara India berkata pada awalnya tiga tentara gugur.
Namun pada Selasa (16/6/2020) menambahkan 17 tentara lainnya ikut gugur.
Tentara tersebut sebelumnya terluka parah.
Lalu suhu yang di bawah nol di dataran tinggi telah membuat kondisi mereka memburuk.
Kematian ini merupakan kematian militer pertama di antara dua negara bersengketa ini dalam kurun waktu 40 tahun terakhir.
Berdasarkan pernyataan dari pihak tentara India, China juga kehilangan tentaranya, namun tak diketahui jumlah pasti tentara yang meninggal dunia.
Pertikaian di Lembah Galwan
Dikutip Tribunnews dari Al Jazeera, peristiwa ini terjadi pada 15 Juni 2020 di Lembah Galwan, wilayah yang disengketakan, di daerah Himalaya yang gersang.
Baca: India Boikot HP China Pascabentrokan Tewaskan 20 Orang, Data Ungkap Kondisi Sebenarnya
Baca: Menteri India: Sejak 1962, China Tak Pernah Akui Jumlah Pasukannya Jadi Korban
Wilayah tersebut berada di sepanjang Garis Kontrol Aktual (LAC), dan merupakan perbatasan de facto antara India-China.
Dalam insiden mematikan itu, 20 tentara India dilaporkan tewas.
Sementara itu, Tiongkok belum secara resmi menyatakan korban dari bentrokan tersebut.
Apa yang Terjadi pada 15 Juni 2020?
Pertikaian yang terjadi pada 15 Juni 2020 dipicu oleh ketidaksepakatan atas dua tampon Tiongkok dan menara observasi, yang menurut pejabat India dibangun di sisi LAC.
Melalui sambungan telepon, Menteri Luar Negeri India Subrahmanyam Jaishankar memberikan penjelasan kepada Diplomat Senior China, Wang Yi.
Ia mengatakan, Pasukan Tiongkok disebut melanggar Garis untuk membuat 'struktur sementara' di Lembah Galwan.
Subrahmanyam menegaskan, bahkan setelah pejabat militer mencapai kesepakatan pada 6 Juni 2020 lalu untuk melonggarkan esensi.
Masalah muncul ketika patroli India mengunjungi daerah dekat punggungan untuk memverifikasi pernyataan China, bahwa pasukannya telah pindah kembali dari LAC.
Narasumber mengatakan, Pasukan China telah menipis, meninggalkan dua tampon dan pos-pos pengamatan kecil, yang dihancurkan tentara India.
Lebih lanjut, sekelompok besar tentara Tiongkok datang dan menghadapi pasukan India.
Tidak jelas apa yang terjadi selanjutnya, tetapi kedua belah pihak segera terlibat dalam bentrokan.
Tentara China dilaporkan menggunakan tongkat besi dan pentungan dengan paku, menewaskan 20 tentara India dan melukai puluhan lainnya.
China belum mengatakan apa-apa tentang kerugian dalam pertempuran tangan-ke-tangan.
Secara terpisah, pada Minggu, VK Singh, Menteri Federal India untuk Jalan dan Transportasi dan mantan Kepala Militer, mengklaim China kehilangan setidaknya 40 tentara dalam bentrokan itu, tanpa memberikan bukti apa pun.
Global Times mengatakan telah ada korban Tiongkok, tetapi tidak merinci.
Mengapa Bentrokan Terjadi?
Para ahli mengutip dua alasan untuk bentrokan di perbatasan India-China yang mematikan tersebut.
Menurut beberapa ahli, alasan utama terkait dengan langkah sepihak India tahun lalu mencabut Pasal 370 Konstitusi India.
Pasal tersebut diketahui telah menjamin ukuran otonomi bagi negara bekas Jammu dan Kashmir.
Masih dikutip dari Al Jazeera, daerah tersebut juga termasuk daerah yang disengketakan di wilayah Ladakh.
China, melihat langkah India secara sepihak mempengaruhi wilayahnya, mengecam keras langkah itu di Dewan Keamanan PBB tahun lalu.
Analis juga percaya ketegangan saat ini juga merupakan hasil dari penolakan China terhadap pembangunan infrastruktur India baru-baru ini di daerah perbatasan.
Untuk diketahui, India meresmikan jalan Darbuk-Shyok-Daulat Beg Oldie sepanjang 255 km, yang dibangun di sepanjang LAC, tahun lalu.
China dilaporkan keberatan dan melihat langkah itu sebagai ancaman terhadap kepentingannya di kawasan itu.
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)