Pemuda Malaysia Meninggal dalam Kecelakaan yang Disebabkan Microsleep, Tidur Singkat Merenggut Nyawa
Pemuda Malaysia Meninggal dalam Kecelakaan yang Disebabkan Microsleep, Tidur Singkat Merenggut Nyawa
Penulis: Tiara Shelavie
Editor: bunga pradipta p
"Dulu penelitian terkait ini dilakukan di kalangan mahasiswa. Responden diminta untuk menekan tombol saat lampu menyala. Orang yang cukup tidur akan memiliki konsentrasi tinggi dalam memencet tombol. Namun lain halnya dengan orang yang mengantuk atau kurang tidur," paparnya.
Secara sains, microsleep disebabkan oleh otak yang tidak dapat bertahan di antara rasa lelah dan kondisi terjaga.
Namun, tak semua bagian otak tertidur.
“Jika kejadiannya begini: lagi menyetir, terus tiba-tiba bertanya sendiri ‘kok sudah sampai sini ya?’ Nah itu artinya separuh otak sudah tertidur. Kita berkendara by instinct,” tutur Dr Andreas.
Menurut Dr Andreas, para pengendara mobil sangat rentan untuk microsleep.
Saat tubuh kurang tidur, lanjutnya, kemampuan berkendara sudah turun.
“Kemampuan konsentrasi, kewaspadaan, dan respon sudah turun,” tambahnya.
Gejala mengantuk paling umum menurut Dr Andreas adalah menguap, dan mata berair.
“Apalagi kalau kepala sudah bersandar. Itu sudah sangat bahaya,” tuturnya.
Cegah microsleep
Dr Andreas menekankan, berkendara dalam kondisi mengantuk lebih berbahaya dibandingkan mabuk.
Dr Andreas mengatakan ada beberapa hal yang penting untuk dilakukan untuk mencegah microsleep.
“Obatnya ya tentu saja tidur. Pinggirkan kendaraan dulu, kemudian tidur barang 15 atau 30 menit,” tuturnya.
Jika berkendara jarak jauh, lanjut Dr Andreas, seminggu sebelumnya harus cukup tidur sekitar tujuh sampai sembilan jam setiap malam.