Kim Jong Un Naik Pitam setelah Pembelot Korut Edit Foto sang Istri dalam Selebaran
Pemimpin Tertinggi Korea Utara Kim Jong Un dikabarkan marah besar karena foto sang istri Ri So Ju diedit dalam selebaran yang melecehkan.
Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Sri Juliati
TRIBUNNEWS.COM - Pemimpin Tertinggi Korea Utara Kim Jong Un dikabarkan marah besar karena foto sang istri diedit.
Dikutip Tribunnews dari New York Post, Kim Jong Un naik pitam setelah mengetahui foto sang istri diedit dalam selebaran yang melecehkan Ri Sol Ju.
Selebaran anti-Korea Utara itu dibagikan oleh pembelot Korea Utara ada ada di Korea Selatan.
Baca: Kim Jong Un Kembali Dikabarkan Tak Sehat, Dubes Rusia Angkat Bicara
Baca: Kim Jong Un Dikabarkan Ledakkan Kantor Penghubung karena Penggambaran Kotor Istrinya
Kim Jong Un dikabarkan meledakkan kantor penghubung antar Korea yang ada di Kaesong, karena selebaran tersebut dinilai sangat merugikan reputasi sang istri.
Menurut laporan yang dibagikan, Kim Jong Un juga mengancam akan mengambil tindakan militer.
Baca: Hidup Mewah dan Suka Foya-foya, Kim Jong Un Dikabarkan Punya Bisnis Narkoba dan Senjata
Tanggapan Duta Besar Rusia untuk Korea Utara
Lebih lanjut, dikutip dari Straits Times, Duta Besar Rusia untuk Korea Utara Alexander Matsegora memberikan tanggapannya terkait selebaran itu.
"Selebaran itu memuat propaganda kotor dan menghina, khusus ditujukan untuk pasangan pemimpin," kata Matsegora kepada outlet media Rusia TASS.
Ia menyebut foto Kim Jong Un di selebaran diedit dan melecehkan.
Baca: Pakar Korea Utara Sebut Kim Jong Un Memiliki Organisasi Rahasia untuk Pertahankan Hidup Mewahnya
Baca: 3 Hari Setelah Kim Yo Jong Ancam Korsel, Korut Ledakkan Kantor Penghubung antar-Korea di Perbatasan
Masih dikutip dari NY Post, kantor penghubung antar Korea di Kaesong, tepat di utara perbatasan, meledak pada 16 Juni setelah adik perempuan Kim, Kim Yo Jong memberi peringatan untuk Korea Selatan.
Hari berikutnya, Pyongyang mengumumkan akan melanjutkan latihan militer, meningkatkan kesiapan di kota-kota perbatasan dan membangun kembali pos penjagaan.
Aksi tersebut dianggap tindakan paling provokatifnya di perbatasan sejak Korea Utara menandatangani perjanjian dengan Korea Selatan untuk mengurangi ketegangan pada 2018.
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)