Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Bukan Karena Virus Corona, Wabah Pes Sebabkan Satu Kota di China Kembali Diisolasi

Sejumlah laporan mengatakan seorang pasien wabah pes di kota Bayannur sedang dikarantina dan dalam kondisi stabil.

Editor: Hasanudin Aco
zoom-in Bukan Karena Virus Corona, Wabah Pes Sebabkan Satu Kota di China Kembali Diisolasi
AFP/HECTOR RETAMAL
Foto ilustrasi. 

TRIBUNNEWS.COM, CHINA - Bukan karena virus corona atau covid-19, pihak berwenang di China meningkatkan tindakan pencegahan setelah sebuah kota di wilayah otonomi Mongolia mengkonfirmasi satu kasus wabah pes.

Ini adalah wabah baru yang terindentifikasi di China.

Setelah sebelumnya di negara itu muncul wabah virus corona dan flu babi.

Sejumlah laporan mengatakan seorang pasien wabah pes di kota Bayannur sedang dikarantina dan dalam kondisi stabil.

Pasien itu bekerja sebagai gembala.

Sejauh ini pemerintah setempat sudah mengeluarkan peringatan level tiga.

Baca: Gejala Virus Flu Babi yang Dikhawatirkan Menjadi Pandemik Seperti Virus Corona

Wabah pes, yang disebabkan oleh infeksi bakteri, dapat mematikan namun bisa diobati dengan antibiotik yang tersedia secara umum.

BERITA REKOMENDASI

Kasus baru penyakit ini pertama kali dilaporkan pada Sabtu lalu di sebuah rumah sakit di wilayah Banner Tengah Urad, yaitu di kota Bayannur.

Si pasien dicurigai terinfeksi bakteri tersebut, namun belum jelas bagaimana atau mengapa pasien kemungkinan terinfeksi.

Peringatan level tiga ditetapkan di wilayah itu, yang berarti masyarakat dilarang berburu dan memakan hewan yang dapat membawa bakteri pes.

Masyarakat juga diminta melapor kepada otoritas terkait jika ada kasus yang dicurigai terpapar pes.

Mematikan, tapi bisa diobati


Kasus-kasus wabah pes atau bubonik – juga dikenal dengan istilah Maut Hitam (The Black Death) – telah dilaporkan secara berkala di seluruh dunia.

Negara Madagaskar di Afrika menghadapi lebih dari 300 kasus selama wabah pada 2017.

Pada Mei tahun lalu, dua orang di Mongolia, China, meninggal karena terpapar pes, setelah mengonsumsi daging mentah hewan marmot — sejenis tikus.

Baca: Fakta-fakta Flu Babi: Bisakah Manusia Terinfeksi? Ciri Gejala yang Timbul dan Obatnya

Seorang pejabat Organisasi Kesehatan Dunia, WHO, di Ulaanbaatar, ibu kota Mongolia, mengatakan kepada BBC bahwa daging dan ginjal marmot mentah dianggap sebagai obat tradisional untuk menunjang kesehatan.

Hewan pengerat dikenal sebagai pembawa wabah bakteri, dan umumnya dikaitkan dengan kasus wabah di Mongolia. Itulah sebabnya, berburu marmot merupakan tindakan ilegal.

Wabah pes ditandai dengan pembengkakan kelenjar getah bening. Kemungkinan sulit untuk mengidentifikasi gejala di tahap awal, yang biasanya berkembang setelah tiga hingga tujuh hari, mirip dengan flu.

'Kami tahu cara mencegahnya'

Namun demikian, wabah pes kemungkinan tidak akan menyebabkan epidemi, kata ahli.

"Tidak seperti di abad ke-14, kami sekarang memiliki pemahaman tentang cara penularan penyakit ini," kata Dr Shanti Kappagoda, dokter penyakit menular di Stanford Health Care, kepada situs berita Heathline.

"Kami tahu cara mencegahnya. Kami juga bisa merawat pasien yang terinfeksi dengan antibiotik yang efektif."

Mau Hitam alias Black Death - istilah lain pes - menyebabkan sekitar 50 juta orang meninggal di seluruh Afrika, Asia dan Eropa pada abad ke-14.

Wabah terakhir yang menakutkan terjadi di London pada 1665, yang menewaskan sekitar seperlima penduduk kota itu.

Sumber: BBC Indonesia
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas