Deretan Negara dan Pimpinan Gereja yang Kecewa Lantaran Hagia Sophia Dikonversi Jadi Masjid
Amerika Serikat kecewa dengan keputusan Turki mengonversi Hagia Sophia menjadi masjid.
Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Garudea Prabawati
TRIBUNNEWS.COM - Amerika Serikat kecewa dengan keputusan Turki mengonversi Hagia Sophia menjadi masjid.
"Kami kecewa dengan keputusan pemerintah Turki untuk mengubah status Hagia Sophia," kata juru bicara Departemen Luar Negeri Morgan Ortagus, Jumat (10/7/2020), dikutip dari CNA.
Setelah merilis dekrit baru, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan Hagia Sophia terbuka untuk shalat mulai 24 Juli mendatang.
Ini diumumkan Erdogan selang satu jam setelah pengadilan tinggi mengabulkan permintaan konversi Hagia Sophia dari museum menjadi masjid.
Baca: Foto-foto Hagia Sophia, Museum di Turki yang Awalnya Katedral, Kini Resmi Diubah Jadi Masjid
Baca: Hagia Sophia Resmi Jadi Masjid, Mulai 27 Juli Bisa Digunakan Shalat dan Ikon Kristen Dilestarikan
Dalam putusannya, pengadilan tinggi Turki mengatakan perubahan Hagia Sophia dari masjid menjadi museum oleh pendiri Turki Modern, Mustafa Kemal Ataturk adalah ilegal.
Keputusan mengonversi Hagia Sophia menjadi masjid kembali disambut suka cita pendukung Islamis Turki.
"Allahu Akbar!"
"Tuhan Maha Besar!" ujar ratusan orang ketika pengadilan umum Turki mencabut status museum Hagia Sophia.
Seruan adzan bergaung dari menara-menara situs yang pernah menjadi katedral itu.
Meski banyak yang tidak setuju, Hamas dan Siprus Utara mengamini keputusan Turki mengubah situs menjadi pusat ibadah umat Islam.
Baca: Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan Umumkan Museum Hagia Sophia Resmi Diubah Menjadi Masjid
Baca: Mengenal Hagia Sophia, Situs Warisan Dunia yang Ingin Dirombak Turki Jadi Masjid
Republik Turki Siprus Utara (TRNC) yang hanya diakui Turki, senang dengan pembukaan Hagia Sophia sebagai masjid.
Senada dengan Siprus Utara, kelompok pejuang Palestina Hamas merasa bangga dengan perubahan Hagia Sophia.
"Pembukaan Hagia Sophia untuk berdoa adalah momen yang membanggakan bagi semua Muslim," kata Rafat Murra, kepala kantor pers internasional Hamas, dalam pernyataan tertulis.
Di sisi lain, banyak negara Eropa yang turut menyayangkan keputusan Turki ini.