Survei IATA: Lebih dari 60 Persen Wisatawan Berencana Kurangi Travelling Pasca Pandemi
Sekitar 58 persen responden pelancong yang disurvei oleh agen penerbangan di 11 negara mengatakan bahwa mereka tengah menghindari perjalanan udara.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Sanusi
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, MONTREAL - Mayoritas warga di dunia berencana untuk menunda sementara perjalanan pariwisata maupun bisnis mereka, bahkan setelah pandemi virus corona (Covid-19) mereda.
Hal itu karena dipicu risiko kesehatan dan ketidakpastian ekonomi.
Seperti yang dihasilkan sebuah jajak pendapat yang diadakan baru-baru ini oleh Asosiasi Transportasi Udara Internasional (IATA).
Baca: Fakta 3 Pilot Ditangkap karena Narkoba, Akui Agar Lebih Fokus, Ada yang Kerja di Maskapai Pemerintah
Baca: IATA Memprediksi Industri Penerbangan Kembali Normal Pada 2023
Sekitar 58 persen responden pelancong yang disurvei oleh agen penerbangan di 11 negara mengatakan bahwa mereka tengah menghindari perjalanan udara.
Kemudian sekitar 33 persen lainnya tidak memiliki rencana untuk melakukan perjalanan dalam waktu dekat, demi menghindari pandemi ini.
Lalu kurang dari setengah responden atau sebanyak 45 persen mengindikasikan bahwa mereka akan kembali melakukan perjalanan pariwisata dalam beberapa bulan mendatang.
Kendati demikian, sebagian besar dari mereka yang disurvei masih bersedia melakukan perjalanan untuk mengunjungi keluarga dan teman-teman atau sekadar pergi berlibur.
Sedangkan, 66 persen mengaku akan melakukan lebih sedikit perjalanan untuk liburan dan bisnis, setelah kebijakan pembatasan dicabut.
Selanjutnya, 64 persen responden mengatakan mereka akan menunda perjalanan hingga faktor ekonomi membaik, merujuk pada kondisi keuangan secara pribadi dan global.
Seperti yang disampaikan Direktur Jenderal dan CEO IATA, Alexandre de Juniac dalam sebuah pernyataan.
"Krisis ini bisa diprediksi berlangsung sangat lama, para calon penumpang memberitahu kami bahwa mereka butuh waktu sebelum kembali ke kebiasaan perjalanan lama mereka," kata de Juniac.
Dikutip dari laman Russia Today, Minggu (12/7/2020), kualitas udara di kabin pesawat juga menjadi salah satu dari tiga kekhawatiran utama para pelancong saat mereka naik pesawat.
Mereka khawatir duduk bersebelahan dengan orang yang mungkin terinfeksi corona.
Menanggapi kekhawatiran itu, IATA mencatat bahwa kualitas udara di jet modern sebenarnya lebih baik jika dibandingkan tempat lainnya.
Hal itu karena ada sirkulasi udara di kabin setiap dua hingga tiga menit, berbeda dengan sirkulasi udara di gedung perkantoran yang mencapai dua hingga tiga kali per jam.
Dalam survei tersebut, para pelancong juga merasa khawatir saat berada di lingkungan bandara.
Karena mereka tidak hanya akan menggunakan moda transportasi yang padat dalam perjalanan menuju pesawat, namun juga menunggu dalam antrean dan menggunakan toilet umum.
Oleh karena itu, agar lebih aman, sebagian calon penumpang siap menjalani penyaringan di bandara keberangkatan atau mengikuti tes corona sebelum bepergian.
Sementara yang lainnya setuju dengan protokol kesehatan seperti wajib memakai masker dan mengikuti kebijakan pembatasan jarak sosial di dalam pesawat.
Menurut perkiraan Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB), pendapatan pariwisata global diprediksi turun antara 1,2 triliun dolar Amerika Serikat (AS) hingga 3,3 triliun dolar AS, tergantung pada berapa lama perjalanan internasional tetap terhenti.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.