Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Jual Gelang yang Diklaim Mampu Cegah Covid-19, Wanita di Malaysia Dikenai Denda Rp172 Juta

Seorang wanita di Malaysia didenda Rp172 Juta karena menjual gelang yang ia klaim bisa mencegah penularan virus corona.

Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Whiesa Daniswara
zoom-in Jual Gelang yang Diklaim Mampu Cegah Covid-19, Wanita di Malaysia Dikenai Denda Rp172 Juta
Kolase Tribunnews/Facebook Info Roadblock JPJ/POLIS
Seorang wanita di Malaysia didenda Rp172 Juta karena menjual gelang yang ia klaim bisa mencegah penularan virus corona. 

TRIBUNNEWS.COM - Seorang wanita di Malaysia menjual gelang yang ia klaim bisa mencegah penularan virus corona.

Ia pun didenda Rp172 Juta karena dianggap melanggar perlidungan konsumen.

Seperti yang dilansir World of Buzz, Direktur Penegakan Urusan Perdagangan dan Konsumen Domestik Datuk Iskandar Halim Sulaiman, menyebut ada sebuah postingan di media sosial yang mempromosikan produk yang diklaim mampu mencegah infeksi Covid-19.

Baca: Terobosan Baru di Dunia Perhotelan saat Pandemi Covid-19, Kini Ada Kasur Anti Virus

Baca: DPR Setujui Kementerian Pertanian Produksi Kalung Eucalyptus Anti-Corona

Gelang yang diklaim bisa cegah corona
Gelang yang diklaim bisa cegah corona (Info Roadblock JPJ/POLIS)

Produk tersebut yaitu gelang yang dijual dengan harga RM580 (Rp2 juta).

Sang agen penjualan langsung dipanggil untuk diinterogasi dan dikenai denda maksimum RM50.000 (Rp172 Juta).

Gelang yang diklaim bisa cegah corona
Gelang yang diklaim bisa cegah corona (Facebook Info Roadblock JPJ/POLIS)

"Tindakan wanita yang mempromosikan produk tersebut bertentangan dengan Pasal 10 (1) (h) Undang-Undang Perlindungan Konsumen 1999 dan telah diperparah dengan denda maksimal RM50.000."

Jika denda tidak dibayar, wanita tersebut mungkin dikenai denda yang lebih tinggi, yakni RM100.000 (Rp343 juta) atau menjalani hukuman penjara maksimal tiga tahun, atau keduanya.

Berita Rekomendasi

Terkait postingan yang viral tersebut, netizen beranggapan gelang tersebut lebih mirip ikat rambut.

Komentar di Postingan Gelang yang diklaim bisa cegah corona
Komentar di Postingan Gelang yang diklaim bisa cegah corona (via World of Buzz)

Ada pula netizen yang kecewa karena wanita itu mengambil keuntungan di masa-masa sulit ini.

Sementara itu, di Indonesia, sejumlah akademisi dan kaum terpelajar melahirkan temuan yang mereka anggap bisa mencegah penyebaran virus corona.

Teknologi canggih yang dikembangkan para anak bangsa ini memiliki aneka tujuan.

Ada yang diciptakan untuk menekan penyebaran corona, meningkatkan kewaspadaan masyarakat, hingga membantu para petugas medis.

Berikut sederet teknologi yang lahir di tengah pandemi yang dirangkum oleh Kompas.com:

1. Masker pintar, menyala jika melewati daerah berpasien Covid-19

Dosen Fakutas Teknik Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto, Jawa Tengah, Bangun Wijayanto, menciptakan masker pintar Iron Man.
Dosen Fakutas Teknik Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto, Jawa Tengah, Bangun Wijayanto, menciptakan masker pintar Iron Man. (KOMPAS.COM/DOK UNSOED)

Seorang dosen Fakultas Teknik Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto Jawa Tengah bernama Bangun Wijayanto menciptakan sebuah masker pintar.

Terinspirasi dari tokoh Iron Man, masker ciptaannya ini mampu menampilkan sejumlah data bagi penggunanya.

Bangun mengatakan, masker yang dilengkapi tiga lampu indikator itu akan menyala saat melewati daerah yang memiliki pasien Covid-19.

Lampu merah menyala jika melewati wilayah dengan pasien positif Covid-19. Kemudian, berwarna kuning ketika melewati wilayah yang mempunyai pasien dalam pengawasan (PDP).

Dia memanfaatkan informasi mengenai penyebaran Covid-19 dalam perangkat berbasis internet of things (IOT) yang praktis dan mudah diakses.

Data yang digunakan berasal dari data resmi yang tersedia di situs web resmi pemerintah kabupaten (pemkab).

2. Aplikasi data fightcovid19.id

Ahmad Alghozi (22) pengembang aplikasi fightcovid19.id. Aplikasi ini bekerja menggunakan gelang khusus yang dikenakan semua orang yang masuk ke Bangka Belitung. Sehingga bisa memantau penyebaran Covid-19.
Ahmad Alghozi (22) pengembang aplikasi fightcovid19.id. Aplikasi ini bekerja menggunakan gelang khusus yang dikenakan semua orang yang masuk ke Bangka Belitung. Sehingga bisa memantau penyebaran Covid-19. (KOMPAS.com/HERU DAHNUR)

Pemuda bernama Ahmad Alghozi (22) dan sejumlah temannya melahirkan sebuah aplikasi data bernama fightcovid19.id.

Alghozi merupakan alumni D3 Teknik Informatika, Universitas Telkom.

Aplikasi ini lahir dari keprihatinannya mengetahui banyaknya tenaga medis yang meninggal dunia.

"Niatnya cuma membantu untuk penanggulangan Covid-19 ini. Saya merasa sedih saat pertama kali mendengar ada dokter yang meninggal. Lalu dibuat aplikasi ini supaya sama-sama bisa menanggulangi wabah ini," kata Alghozi.

Sistem ini bekerja dengan memetakan setiap orang yang bergerak di suatu daerah.

Data dihimpun dari petugas pemerintah yang mengawal pintu masuk pelabuhan di darat, laut, dan udara. Data tersebut kemudian diinput ke sistem.

Penggunaan aplikasi ini didukung gelang penanda yang dipasangkan pada setiap orang yang melintas di pintu masuk.

"Gelang hanya untuk psikologis orang yang memakainya. Mereka harus ingat jika saat ini sedang ada wabah sehingga lakukan isolasi mandiri dan sewaktu-waktu berkoordinasi dengan petugas," ujar Alghozi.

Untuk mengerjakan proyek yang bertujuan bukan untuk profit ini, Alghozi rela keluar dari pekerjaannya di salah satu perusahaan teknologi.

Sebab, untuk merampungkan aplikasi diperlukan waktu 24 jam.

3. Profesor di Sumsel klaim temukan antivirus corona

Profesor Faisal Rizal yang mengklaim menemukan antivirus Covid-19 saat memberikan paparan kepada Gubernur Sumatera Selatan Herman Deru, Selasa (21/4/2020).
Profesor Faisal Rizal yang mengklaim menemukan antivirus Covid-19 saat memberikan paparan kepada Gubernur Sumatera Selatan Herman Deru, Selasa (21/4/2020). (HANDOUT/PEMPROV SUMSEL)

Seorang profesor di Sumatera Selatan bernama Faisal Rizal mengklaim telah menemukan antivirus corona.

Antivirus yang ditelitinya tersebut berupa produk gula yang dikembangkan menggunakan light technology.

Menurut Faisal, virus corona menyebar dan membelah diri ketika pasien diberi protein.

Sementara itu, gula tersebut berfungsi memecah protein menjadi asam amino sehingga diklaim mempercepat pencegahan dan pengobatan Covid-19.

"Jadi protein digunakan Covid-19 untuk membelah atau memperbanyak turunannya dan glukosa adalah energinya. Dampaknya, kita memiliki imunitas yang kuat. Tidak ada dampak buruk yang dihasilkan," kata Faisal.

Ia mengatakan telah mengujicobakan gula tersebut ke beberapa pasien Covid-19 di rumah sakit.

"Tingkat keberhasilannya sudah ada. Datanya kita dapat dari beberapa rumah sakit di luar Sumsel. Ada beberapa pasien yang sembuh. Proses penyembuhan biasanya tidak lebih dari lima hari," ujar dia.

Produk yang diklaim antivirus itu telah dipresentasikan di depan Gubernur Sumatera Selatan Herman Deru.

Dia meminta agar gula tersebut diuji melalui penelitian yang lebih mendalam sebelum diproduksi massal.

"Tapi, saya yakin ini baik. Apalagi dalam paparan yang dilakukan Prof Faisal disertai uji, sehingga ini sangat meyakinkan. Jika memang tidak ada dampak yang berarti, sebar saja ke masyarakat," kata Herman.

Sebagian artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Sederet Teknologi yang Lahir di Tengah Pandemi, Masker Pendeteksi Pasien Covid-19 hingga Robot Perawat"

(Tribunnews.com, Tiara Shelavie/Kompas.com)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas