Ternyata Taman Meiji Jingu di Tokyo Jepang adalah Hutan Buatan Manusia yang Sukses
Komiyama mengatakan bahwa dia merasakan emosi semacam ini ketika menghadiri festival musim gugur Meiji Jingu setahun sekali.
Editor: Johnson Simanjuntak
Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Tahun ini perayaan 100 tahun taman Meiji Jingu Koen yang ada di belakang stasiun Harajuku Tokyo dan rasanya banyak orang Indonesia ke Tokyo pasti pernah mampir ke sana.
Ternyata itu dari dulunya kosong, bukan hutan. Tetapi dibuat menjadi hutan buatan oleh 110.000 tenaga sukarela anak muda Jepang dari dari semua wilayah di Jepang membangun taman itu menjadi hutan yang sukses saat ini.
Pembangunan Kuil Meiji Jingu melibatkan layanan tenaga kerja muda umumnya.
Salah satu pelakunya adalah Tetsuo Komiyama (85) di Kota Gotemba yang ayahnya juga berpartisipasi dalam layanan di waktu yang hampir bersamaan.
Komiyama mengatakan bahwa dia merasakan emosi semacam ini ketika menghadiri festival musim gugur Meiji Jingu setahun sekali.
"Ayah saya, Eisaku, berusia 18 tahun ketika ia terutama terlibat dalam membuat taman Meiji Jingu. Keringat ayahku tumpah di sekitar sini," katanya sambil menunjukkan tempat asal pembangunan pintu masuk taman Meiji Jingu.
Biro Konstruksi Kuil Meiji meminta kelompok pemuda di Jepang dan 209 kelompok dari 43 prefektur berpartisipasi.
Dalam pembukaan "Service Diary", Komiyama senang dapat berpartisipasi dalam pembangunan, "Saya merasa terhormat untuk sisa hidup saya, dan itu adalah perayaan yang harus menjadi era sampai anak-anak dan cucu-cucu saya."
Di latar belakang 100.000 sumbangan pohon dan 110.000 orang dari seluruh penjuru tempat di Jepang berdatangan sukarela membangun taman itu. Membawa pohon dari masing-masing tempat di Jepang.
Anggaran untuk membeli pohon tidak tercatat untuk konstruksi . Yang pasti harga naik tajam karena booming Perang Dunia I, yang mengakibatkan kekurangan tenaga kerja.
Ada suatu kenyataan. Namun, keadaan ini membantu Meiji Jingu menjadi "kebanggaan nasional." Inilah alasan mengapa lebih dari 3 juta orang setia selalu mengunjungi Hatsumode (festival malam tahun baru) setiap tahun. Rasa bangga kepada persatuan dan kesatuan bangsa Jepang membangun taman Meiji Jingu.
Sama seperti bangganya bangsa Indonesia bersatu tanggal 28 Oktober 1928 menyatukan pendapat satu bangsa, satu tanah air satu bahasa Indonesia.
Associate Professor Noboru Hirayama dari Kyushu Sangyo Univ. Menunjukkan bahwa "Hatsumode of Tokyo telah berubah dengan kelahiran Kuil Meiji". Sampai saat itu, Hatsumode adalah bagian dari keberuntungan pengrajin dan pedagang, dan intelektual.