Pascaledakan di Beirut Lebanon, Prancis Jadi Negara Pertama yang Kirim Bantuan
Prancis jadi negara pertama yang mengirim bantuan ke Lebanon pascaledakan terjadi di Beirut pada Selasa (4/8/2020) waktu setempat.
Editor: Pravitri Retno W
Dugaan Trump
Baca: Video Detik-detik Ledakan Besar di Beirut Lebanon, Kota Hancur Lebur hingga Mobil-mobil Terbalik
Baca: Ledakan di Beirut, KBRI: Kondisi WNI Aman
Presiden AS, Donald Trump, menyatakan dua ledakan yang mengguncang Beirut, ibu kota Lebanon, diduga merupakan serangan.
"Seperti serangan yang begitu mengerikan," ucap presiden berusia 74 tahun itu kepada awak media saat berada di Gedung Putih.
Trump menyatakan, dia sudah bertemu dengan para jenderalnya di mana mereka menyebut ledakan di Beirut itu bukan insiden yang biasa.
Dilansir AFP, Selasa (4/8/2020), dia mengatakan insiden yang menghantam ibu kota Lebanon tersebut bukan karena bahan peledak untuk manufaktur.
"Kemungkinan, berdasarkan keterangan mereka yang jelas lebih tahu daripada saya, ini adalah semacam bom."
Baca: Ledakan Dasyat di Beirut, Ribuan Orang Terluka
Baca: Ledakan Dahsyat di Beirut Terasa Hingga ke Siprus
"Ini serangan," papar Trump.
Sebelumnya, dua ledakan menghantam kawasan pelabuhan Beirut yang menggetarkan seluruh ibu kota.
Sebanyak 73 orang dinyatakan tewas.
Selain itu berdasarkan data yang disampaikan kementerian kesehatan Lebanon, sekitar 3.700 orang terluka dari seluruh ibu kota.
Perdana Menteri, Hassan Diab, menyatakan, ammonium nitrat yang berjumlah 2.750 ton menjadi penyebab dua ledakan yang membunuh 73 orang.
Pemerintah setempat langsung menyatakan Beirut sebagai zona bencana, dengan penyelidikan digelar untuk mengungkap siapa yang bertanggung jawab.
(Kompas.com/Shintaloka Pradita Sicca/Ardi Priyatno Utomo)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Respons Cepat, Pasca-ledakan di Beirut, Lebanon Berbagai Negara Tawarkan Bantuan" dan "Ledakan di Beirut, Lebanon, Trump Menduga karena Serangan"