Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Ledakan Beirut: Protes Anti-Pemerintah Meletus hingga 2 Pejabat Mengundurkan Diri Pasca Tragedi

Puluhan orang melakukan aksi unjuk rasa di kawasan pemerintahan di Beirut, Lebanon pasca ledakan dahsyat pada Kamis (6/8/2020).

Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Garudea Prabawati
zoom-in Ledakan Beirut: Protes Anti-Pemerintah Meletus hingga 2 Pejabat Mengundurkan Diri Pasca Tragedi
Global News (Youtube)
Puluhan orang melakukan aksi unjuk rasa di kawasan pemerintahan di Beirut, Lebanon pasca ledakan dahsyat pada Kamis (6/8/2020). 

TRIBUNNEWS.COM - Puluhan orang melakukan aksi unjuk rasa di kawasan pemerintahan di Beirut, Lebanon pasca ledakan dahsyat pada Kamis (6/8/2020).

Demonstrasi anti-pemerintah ini berujung bentrokan antara pasukan keamanan dengan massa.

Petugas berwajib menghujani massa dengan gas air mata di sekitar kawasan tersebut.

Puluhan orang ini mempersoalkan ledakan yang terjadi di area pelabuhan Beirut, Selasa (4/8/2020).

Baca: Cerita Pengantin yang Tengah Berfoto saat Detik-Detik Ledakan Beirut: Apakah Saya Akan Mati?

Baca: 16 Orang Ditahan Terkait Ledakan di Beirut Lebanon, Penyelidikan Masih Berlanjut

Sejumlah gedung, bangunan, dan kendaraan hancur berantakan terdampak ledakan dahsyat yang terjadi sehari sebelumnya di kawasan pelabuhan, di Kota Beirut, Lebanon, Rabu (5/8/2020) pagi waktu setempat. Dua ledakan besar terjadi di Kota Beirut menyebabkan puluhan orang meninggal, ribuan lainnya luka-luka, dan menimbulkan berbagai kerusakan pada bangunan di kawasan ledakan hingga radius puluhan kilometer. Penyebab ledakan masih dalam penyelidikan pihak yang berwenang. AFP/Patrick Baz
Sejumlah gedung, bangunan, dan kendaraan hancur berantakan terdampak ledakan dahsyat yang terjadi sehari sebelumnya di kawasan pelabuhan, di Kota Beirut, Lebanon, Rabu (5/8/2020) pagi waktu setempat. Dua ledakan besar terjadi di Kota Beirut menyebabkan puluhan orang meninggal, ribuan lainnya luka-luka, dan menimbulkan berbagai kerusakan pada bangunan di kawasan ledakan hingga radius puluhan kilometer. Penyebab ledakan masih dalam penyelidikan pihak yang berwenang. AFP/Patrick Baz (AFP/Patrick Baz)

Di mana pemerintah berkesimpulan bahwa musibah terjadi karena 2.750 ton amonium nitrat disimpan secara serampangan.

Adapun bahan yang biasa digunakan untuk pupuk dan juga rentan meledak itu disimpan di gudang pelabuhan selama 6 tahun, terhitung dari 2013.

Banyak warga Lebanon yang menilai ledakan tidak lain disebabkan kelalaian pemerintah.

BERITA TERKAIT

Dikutip dari BBC, insiden ini membunuh 137 orang dan melukai 5.000 lainnya. 

Ledakan meluluhlantakkan seluruh distrik di ibu kota hingga banyak bangunan hanya tersisa puing-puing saja.

Bahkan hingga berita ini diturunkan, masih ada puluhan korban yang belum ditemukan.

Media dalam negeri mengabarkan bahwa 16 orang telah ditahan terkait penyelidikan penyebab ledakan.

Baca: Bank Dunia Siap Mobilisasi Bantuan Pembiayaan untuk Lebanon

Selain itu, sejak bencana ini terjadi terdapat dua pejabat pemerintahan yang mengundurkan diri.

Anggota parlemen Marwan Hamadeh mengundurkan diri pada Rabu, sementara itu Dubes Lebanon untuk Yordania Tracy Chamoun sehari setelahnya.

Tracy mengatakan bahwa di masa bencana dibutuhkan pergantian kepemimpinan baru.

Sebelumnya pada Kamis, Presiden Prancis Emmanuel Macron juga mengunjungi Beirut dan mengatakan Lebanon perlu perubahan besar dari pemerintah.

Dia juga meminta penyelidikan internasional atas bencana tersebut.

Kronologi Parkirnya Ribuan Ton Amonium Nitrat

Di 2013 silam, MV Rhosus berangkat dari Batumi, Georgia, menuju Mozambik, menurut jalur kapal dan catatan sang kapten kapal Boris Prokoshev.

Kapal itu membawa 2.750 metrik ton amonium nitrat, bahan kimia industri yang biasa digunakan di seluruh dunia sebagai pupuk dan bahan peledak untuk pertambangan.

Kapal berbendera Moldova itu sempat singgah di Yunani untuk mengisi bahan bakar.

Ketika itulah pemilik kapal memberi tahu awak kapal asal Rusia dan Ukraina bahwa dia telah kehabisan uang.

Baca: Pasca-ledakan Beirut, 65 Mahasiswa Indonesia di Lebanon dalam Kondisi Aman

Api berkobar dan asap mengepul usai terjadinya ledakan dahsyat di kawasan pelabuhan, di Kota Beirut, Lebanon, Selasa (4/8/2020) waktu setempat. Dua ledakan besar terjadi di Kota Beirut menyebabkan puluhan orang meninggal, ribuan lainnya luka-luka, dan menimbulkan berbagai kerusakan pada bangunan di kawasan ledakan hingga radius puluhan kilometer. Penyebab ledakan masih dalam penyelidikan pihak yang berwenang. AFP/STR
Api berkobar dan asap mengepul usai terjadinya ledakan dahsyat di kawasan pelabuhan, di Kota Beirut, Lebanon, Selasa (4/8/2020) waktu setempat. Dua ledakan besar terjadi di Kota Beirut menyebabkan puluhan orang meninggal, ribuan lainnya luka-luka, dan menimbulkan berbagai kerusakan pada bangunan di kawasan ledakan hingga radius puluhan kilometer. Penyebab ledakan masih dalam penyelidikan pihak yang berwenang. AFP/STR (AFP/STR)

Oleh karena itu kapal MV Rhosus harus mengambil kargo tambahan untuk menutupi biaya perjalanan, sehingga kapal akhirnya berlabuh ke Beirut.

Kapal itu merupakan aset dari perusahaan bernama Teto Shipping yang kabarnya dimiliki seorang pengusaha Khabarovsk yang tinggal di Siprus.

Sesampai di Beirut, MV Rhosus ditahan otoritas pelabuhan karena sebuah pelanggaran dalam operasi kapal, menunggak biaya ke pelabuhan, dan pengaduan dari awak kapal Rusia dan Ukraina.

Baca: Kunjungi Beirut, Presiden Perancis Emmanuel Macron Janji Akan Mobilisasi Bantuan Untuk Lebanon

Baca: Irak akan Kirim Bantuan Minyak ke Lebanon Pasca Ledakan Beirut

Sejak saat itulah kapal yang disebut 'bom mengambang' ini menetap di Beirut, Lebanon.

Menurut Direktur Bea Cukai Lebanon, Badri Daher kapal itu akhirnya menetap di pelabuhan Beirut.

Padahal pihaknya selama ini sudah memperingatkan bahwa kargo itu sama halnya dengan 'bom mengambang'.

"Karena bahaya ekstrim yang ditimbulkan oleh barang-barang yang disimpan ini dalam kondisi iklim yang tidak sesuai, kami mengulangi permintaan kami kepada Otoritas Pelabuhan untuk segera mengekspor kembali barang-barang untuk menjaga keamanan pelabuhan dan mereka yang bekerja di dalamnya," bunyi permintaan Direktur Bea Cukai sebelumnya, Chafic Merhi.

Permohonan untuk memindahkan kapal Rusia ini ditulisnya pada 2016 silam dan ditujukan kepada hakim yang terlibat.

(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas