Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Kisah Letnan Hiroo Onada Berhasil Selamat Saat PD II, Sering Dijuluki Ninja Terakhir Jepang

Onoda dilatih sebagai perwira intelijen di kelas komando Futamata di Sekolah Nakano, sekolah pimpinan Angkatan Darat Jepang angkatan ke-14.

Editor: Dewi Agustina
zoom-in Kisah Letnan Hiroo Onada Berhasil Selamat Saat PD II, Sering Dijuluki Ninja Terakhir Jepang
Foto NHK
Letnan Hiroo Onoda, yang sering dijuluki juga sebagai ninja terakhir di Jepang. 

Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang

TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Seorang letnan angkatan darat, Hiroo Onoda (19 Maret 1022 - 16 Januari 2014) sering juga disebut sebagai ninja terakhir di Jepang.

"Kalau orang biasa mungkin sudah lama meninggal dunia. Onoda berhasil selamat di hutan Pulau Lubang Filipina sejak 1944 saat Perang Dunia II, akhirnya menyerahkan diri 9 Maret 1974," ungkap sumber Tribunnews.com, Senin (24/8/2020).

Ninja memang selalu penuh dengan rahasia, bahkan keluarganya sendiri juga tak akan diberitahukan kalau dirinya ninja.

Onoda dilatih sebagai perwira intelijen di kelas komando Futamata di Sekolah Nakano, sekolah pimpinan Angkatan Darat Jepang angkatan ke-14.

Pada 26 Desember 1944, dia dikirim ke Pulau Lubang di Filipina dan diperintahkan untuk melakukan semua yang dia bisa dilakukan untuk menghambat serangan musuh di pulau itu, termasuk menghancurkan landasan udara dan dermaga di pelabuhan.

Letnan Hiroo Onoda, yang sering dijuluki juga sebagai ninja terakhir di Jepang.
Letnan Hiroo Onoda, yang sering dijuluki juga sebagai ninja terakhir di Jepang. (Foto NHK)

Perintah kepada Onoda juga menyatakan bahwa dalam situasi apapun dia tidak boleh menyerah atau bunuh diri.

BERITA REKOMENDASI

Ketika dia mendarat di pulau itu, Onoda bergabung dengan sekelompok tentara Jepang yang telah dikirim ke sana sebelumnya.

Para perwira dalam kelompok itu dengan pangkat lebih tinggi dari Onoda dan mencegahnya melaksanakan tugasnya.

Akibatnya pasukan Persemakmuran Amerika Serikat dan Filipina dengan mudah merebut pulau itu ketika mereka mendarat pada 28 Februari 1945.

Dalam waktu singkat setelah pendaratan--semuanya kecuali Onoda--tiga tentara lainnya tewas atau menyerah. Onoda, yang telah dipromosikan menjadi letnan, memerintahkan orang-orang itu untuk turun ke bukit masuk ke hutan dan bersembunyi.

Baca: Gozahashiri, Sensasi Berlari di Atas Air Layaknya Latihan Seorang Ninja Jepang

Onoda melanjutkan kampanyenya sebagai pasukan Jepang, awalnya tinggal di pegunungan dengan tiga rekan tentara (Prajurit Yūichi Akatsu, Kopral Shōichi Shimada dan Prajurit Kelas Satu Kinshichi Kozuka).

Selama berada di sana, Onoda dan kawan-kawan melakukan aktivitas gerilya dan beberapa kali baku tembak dengan polisi.

Pertama kali mereka melihat selebaran yang mengumumkan bahwa Jepang telah menyerah pada bulan Oktober 1945.

Onoda tak percaya dengan selebaran tersebut sehingga terus berjuang dari dalam hutan. Menganggap semua itu hanya propaganda musuh.

Selebaran itu menuliskan surat perintah tentara Jepang agar menyerah yang dicetak dari Jenderal Tomoyuki Yamashita dari Angkatan Darat Daerah Keempat Belas.

Bukti kalau perang dunia telah selesai. Tapi Onoda tetap tak percaya dan terus sembunyi di hutan.

Mencederai diri untuk mengingat kembali memori yang terlupa oleh Ninja (kiri) dan hipnotis yang dimiliki Ninja (kanan).
Mencederai diri untuk mengingat kembali memori yang terlupa oleh Ninja (kiri) dan hipnotis yang dimiliki Ninja (kanan). (Koresponden Tribunnews.com/Richard Susilo)

Yuichi Akatsu meninggalkan yang lain pada bulan September 1949 dan menyerah kepada pasukan Filipina pada tahun 1950 setelah enam bulan sendirian.

Pada Juni tahun 1952, surat dan foto keluarga dijatuhkan dari pesawat mendesak mereka untuk menyerah, tetapi tentara yang masih bersembunyi termasuk Onoda kembali menganggap itu hanya tipuan.

Pada tanggal 7 Mei 1954, Shimada terbunuh oleh tembakan yang dilepaskan oleh regu pencari yang mencari orang-orang tersebut.

Kozuka terbunuh oleh dua tembakan yang dilepaskan oleh polisi setempat pada tanggal 19 Oktober 1972.

Onoda akhirnya menjadi sendirian di tengah hutan Filipina.

Pada tanggal 20 Februari 1974, Onoda bertemu dengan seorang pria Jepang, Norio Suzuki, yang sedang berkeliling dunia. Setelah pencarian selama 4 hari barulah ketemu Onoda.

Baca: Gaji Rata-rata Ninja Jepang Mencapai 2,8 Juta Yen Per Tahun

Onoda tetap tak mau ke luar dari hutan dan menyatakan, "Saya sedang menunggu perintah dari atasan."

Suzuki kembali ke Jepang dengan foto dirinya dan Onoda sebagai bukti pertemuan mereka, dan pemerintah Jepang menemukan komandan Onoda, Mayor Yoshimi Taniguchi, yang kemudian menjadi penjual buku.

Taniguchi terbang ke Pulau Lubang, dan pada 9 Maret 1974, dia akhirnya bertemu dengan Onoda dan memenuhi janjinya pada tahun 1944, "Apapun yang terjadi, kami akan kembali untukmu".

Taniguchi kemudian mengeluarkan Onoda perintah berikut:

"Sesuai dengan perintah Kekaisaran, Tentara Area Keempat Belas telah menghentikan semua aktivitas pertempuran. Sesuai dengan Komando Markas Besar tentara nasional No A-2003, Skuadron Khusus Markas Besar Staf dibebaskan dari semua tugas militer."

Para ninja sedang bertanding di Perfektur Mie Jepang.
Para ninja sedang bertanding di Perfektur Mie Jepang. (Istimewa)

"Satuan dan individu di bawah komando Skuadron Khusus harus segera menghentikan kegiatan dan operasi militer dan menempatkan diri mereka di bawah komando atasan terdekat. Ketika tidak ada perwira yang dapat ditemukan, mereka harus berkomunikasi dengan pasukan Amerika atau Filipina dan mengikuti arahan mereka."

Dengan demikian, Onoda dibebaskan dari tugasnya, dan dia menyerah.

Onoda menyerahkan pedangnya, senapan Arisaka Tipe 99 yang berfungsi, 500 butir amunisi dan beberapa granat tangan, serta belati yang diberikan ibunya pada tahun 1944 untuk bunuh diri jika dia tertangkap.

Pada hari penyerahannya, 11 Maret 1974, Presiden Filipina Marcos sempat menemuinya pula.

Sampai di Jepang Onoda masih menyebarkan ceritanya kepada masyarakat, membentuk sekolah mata-mata.

Pemerintah Jepang menawarinya sejumlah besar uang sebagai pembayaran jasanya sebagai pejuang tentara Jepang yang kembali, namun ditolaknya.

Para murid Grand Master Ninja Jepang, Masaaki Hatsumi (83) memberikan penghormatan pada leluhur terlebih dulu, sebelum memulai latihan Ninjutsu, ilmu dasar menjadi Ninja.
Para murid Grand Master Ninja Jepang, Masaaki Hatsumi (83) memberikan penghormatan pada leluhur terlebih dulu, sebelum memulai latihan Ninjutsu, ilmu dasar menjadi Ninja. (TRIBUNNEWS.COM/RICHARD SUSILO)

Ketika didesak padanya oleh simpatisan, dia menyumbangkan uangnya ke Kuil Yasukuni, tempat penghormatan abu jenazah disimpan para pejuang Perang Dunia II para tentara Jepang.

Onoda dilaporkan tidak senang menjadi subyek begitu banyak perhatian dan terganggu oleh apa yang dilihatnya sebagai layunya nilai-nilai tradisional Jepang.

Pada bulan April 1975, dia mengikuti teladan kakak laki-lakinya Tadao dan meninggalkan Jepang menuju Brasil, tempat dia memelihara ternak.

Ia menikah pada tahun 1976 dan mengambil peran utama di Colônia Jamic (Jamic Colony), komunitas Jepang di Terenos, Mato Grosso do Sul, Brasil.

Onoda juga mengizinkan Angkatan Udara Brasil untuk melakukan pelatihan di tanah yang dimilikinya.

Setelah membaca tentang seorang remaja Jepang yang telah membunuh orang tuanya pada tahun 1980, Onoda kembali ke Jepang pada tahun 1984 dan mendirikan kamp pendidikan Onoda Shizen Juku ("Sekolah Alam Onoda") untuk kaum muda, yang diadakan di berbagai lokasi di Jepang.

Baca: Mengangkat Karung Beras Seberat 60 Kg, Salah Satu Menu Pelatihan Ninja Jepang

Onoda mengunjungi kembali Pulau Lubang pada tahun 1996, menyumbangkan 10.000 dolar AS kepada sekolah setempat di sana.

Istrinya, Machie Onoda, menjadi kepala Asosiasi Wanita Jepang yang konservatif pada tahun 2006.

Selama bertahun-tahun, dia menghabiskan tiga bulan dalam setahun di Brasil.

Onoda dianugerahi medali Merit Santos-Dumont oleh Angkatan Udara Brasil pada tanggal 6 Desember 2004.

Pada tanggal 21 Februari 2010, Majelis Legislatif Mato Grosso do Sul memberinya gelar Cidadão ("Warga negara").

Onoda meninggal karena gagal jantung pada 16 Januari 2014, di Rumah Sakit Internasional St. Luke di Tokyo, karena komplikasi dari pneumonia.

Kepala Sekretaris Kabinet Jepang Yoshihide Suga mengomentari kematiannya: "Saya ingat dengan jelas bahwa saya diyakinkan akan akhir perang ketika Tuan Onoda kembali ke Jepang dan juga memuji keinginannya untuk bertahan hidup."

Sementara itu Buku "Rahasia Ninja di Jepang", pertama di dunia cerita non-fiksi kehidupan Ninja di Jepang dalam bahasa Indonesia, akan terbit 1 September 2020, silakan tanyakan ke: info@ninjaindonesia.com

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas