Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Jerman Peringatkan Konflik Turki vs Yunani Mencapai Tahap Sangat Kritis

Presiden Turki Tayyip Erdogan memperingatkan Yunani, negaranya takkan mundur dari aktivitas kapal survei geologi Oruc Reis di Laut Mediterania Timur.

Editor: Setya Krisna Sumarga
zoom-in Jerman Peringatkan Konflik Turki vs Yunani Mencapai Tahap Sangat Kritis
AA/Ministry of National Defense
Kapal survei geologi Oruc Reis dikawal armada kapal perang Turki saat meneliti kandungan minyak dan gas di Laut Mediterania Timur. 

TRIBUNNEWS.COM, ATHENA - Menteri Luar Negeri Jerman Heiko Maas memperingatkan konfrontasi antara Turki dan Yunani di Mediterania timur telah mencapai tahap sangat kritis.

Maas menekankan kedua belah sebaiknya melakukan pembicaraan damai. Heiko Maas melakukan reli diplomatik panjang ke Athena dan Ankara Senin (24/8/2020) dan Selasa (25/8/2020).

“Tidak ada keraguan situasinya sangat kritis. Tidak ada yang ingin menyelesaikan masalah ini dengan cara militer, dan harus ada kemauan di kedua sisi untuk berdialog,” kata Maas dikutip kantor berita AFP dan Sputniknews, Rabu (26/8/2020).

Menteri Luar Negeri Jerman itu menambahkan, Yunani dan Turki berkeinginan meredakan ketegangan militer di Mediterania timur.

Ia memperingatkan lagi, percikan apa pun, sekecil apa pun, dapat menyebabkan bencana. Maas bertemu mitranya Menlu Yunani Nikos Dendias.

“Tidak ada yang bisa tertarik dengan itu, dan tentu saja tidak dalam konfrontasi militer antara mitra NATO dan tetangganya,” imbuhnya.

Baca: Erdogan Ingatkan Yunani Tidak Ganggu Kapal Turki di Mediterania

Baca: Sengketa Eksplorasi Gas Turki di Mediterania Timur, Militer Yunani Siaga Tinggi

Setelah bertemu Dendias, Maas terbang ke ibu kota Turki untuk mengadakan pembicaraan serupa dengan Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu.

Berita Rekomendasi

Kunjungan Maas ke Athena dan Ankara dilakukan menjelang pertemuan para Menlu Uni Eropa di Berlin akhir pekan ini, di mana konflik Turki-Yunani akan dibahas.

Jerman memimpin upaya Eropa untuk mencegah konflik militer langsung yang dapat membahayakan akses masa depan Eropa ke cadangan energi yang baru ditemukan.

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan telah memperingatkan Yunani, negaranya tidak akan mundur sedikit pun dari aktivitas kapal survey geologi Oruc Reis dan kapal perang yang mengawalnya di Laut Tengah.

Erdogan menyebut Yunani telah melemparkan dirinya ke dalam kekacauan yang tidak dapat menemukan jalan keluar.

Di tengah ketegangan Yunani-Turki ini, Prancis, Italia,dan  Yunani menggelar latihan maritim besar-besaran di Mediterania timur bersama Siprus.

Menggunakan nama sandi Eunomia, latihan aeronautika diluncurkan Rabu pagi di lepas pantai selatan Siprus, negara tuan rumah latihan perang.

Menteri Pertahanan Yunani, mengumumkan dimulainya latihan pada hari sebelumnya, dengan mengatakan latihan tersebut akan memperkuat supremasi hukum untuk menurunkan ketegangan.

Prancis, pada gilirannya, juga mengkonfirmasi berita tersebut, setelah mengirimkan fregat 'Lafayette', serta tiga jet tempur Rafale.

Kapal-kapal Italia dan Siprus juga dikatakan telah bergabung dalam latihan tersebut di bagian timur Mediterania.

Sehari sebelumnya, latihan terpisah dimulai di dekat pulau Kreta Yunani, kali ini melibatkan angkatan bersenjata Hellenic dan AS.

Serangkaian latihan militer tampaknya meningkatkan taruhan dalam perseteruan yang membara antara Yunani dan Turki.

Meski Yunani dan Turki sekutu dalam NATO, kedua negara telah berselisih atas sejumlah masalah, mulai dari perselisihan sejarah hingga klaim teritorial yang tumpang tindih di Mediterania Timur.

Ketegangan makin meningkat setelah Turki mengklaim menemukan cadangan gas dan minyak ditemukan di perairan yang kontroversial yang diklaim Turki.

Baca: Yunani-Turki Bersitegang, Prancis Kirim Kapal Perang dan Jet Tempur Rafale ke Mediterania Timur

Minggu ini, Ankara mengumumkan kapal penelitian Oruc Reisnya akan terus berlayar di perairan yang disengketakan antara Siprus dan Kreta.

Kabar tersebut telah menimbulkan kemarahan di Yunani yang memandang kegiatan penelitian itu melanggar hukum dan menganggapnya sebagai penghinaan terhadap kedaulatannya.

Menteri Luar Negeri Yunani Nikos Dendias mengeluarkan peringatan kepada Turki, dan menekankan Athena siap mempertahankan hak kedaulatannya.

Dendias menyarankan agar negaranya siap mengadakan dialog dengan Turki mengenai sengketa pengeboran gas, tetapi tidak di bawah ancaman militer.

Jerman dan Uni Eropa menurut klaim Dendias, berdiri dalam solidaritas dengan Yunani dalam sengketa tersebut.

Sebelumnya, Menteri Negara Yunani Giorgos Gerapetritis mengatakan Athena tidak akan terlibat dalam diskusi apa pun dengan Turki terkait sengketa pengeboran migas.

Dia menuntut agar Turki meninggalkan semua tindakan agresif, sebelum dialog dapat dilakukan.(Tribunnews.com/RussiaToday/Sputniknews/AlMasdarNews/xna)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas