Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Peneliti Australia Sebut Jokowi Seperti Wali Kota di Istana Presiden

Presiden Joko Widodo telah disebut sebagai sosok yang " kontradiksi", namun pengertian ini tidak selalu buruk.

Editor: Hasanudin Aco
zoom-in Peneliti Australia Sebut Jokowi Seperti Wali Kota di Istana Presiden
Sekretariat Presiden
Presiden Joko Widodo (Jokowi) memimpin upacara penurunan bendera Sang Merah Putih di halaman Istana Merdeka, Jakarta, Senin (17/8/2020) sore. 

"Kelemahan kepemimpinannya terungkap oleh krisis Covid-19. Pemerintahannya menunjukkan jejak-jejak buruk: tidak menghargai pendapat pakar kesehatan, tidak mempercayai gerakan masyarakat sipil, dan gagal membangun strategi terpadu," katanya.

Meski demikian, Ben mengatakan sosok Jokowi masih tetap populer di tengah pandemi dengan nada kritik kepadanya pun terdengar "berbeda".

Strategi politik Jokowi sangat sederhana, yaitu mendengarkan apa yang dikehendaki rakyat dan mencoba mewujudkannya, seperti yang terlihat "efektif" saat ia menjadi Wali Kota Solo.

"Tapi ketika memerintah sebuah negara berpenduduk begitu banyak, ribuan pulau, beragam agama dan suku, serta 550 walikota dan gubernur terpilih, jadi 550 Jokowi lainnya yang ingin menjalankan kepemimpinannya masing-masing, maka politik menjadi semakin kompleks," jelasnya.

"Selama enam tahun berada di istana, dia belum bisa beranjak ke level strategis. Dia lebih sebagai seorang walikota di istana presiden," kata Ben Bland.

Ben mengatakan masih ada harapan untuk melihat kepemimpinannya berlanjut di Indonesia hingga 2024 mendatang.

"Tapi, kita perlu mengakui adanya kekecewaan terhadap Jokowi dari para pendukungnya sendiri," ujar Ben kepada ABC Indonesia.

Berita Rekomendasi

"Ini menunjukkan Indonesia sebagai sebuah negara yang besar, kompleks, dan terus menghadapi banyak tantangan," jelas Ben.

Ben juga mengatakan bahwa melalui bukunya, ia juga membahas sejumlah kontradiksi bukan sekadar pada sosok dan kepemimpinan seseorang, tapi mencakup hal yang lebih luas.

Upaya menjelaskan kontradiksi

Ben mengaku jika ia sudah menghabiskan hampir 20 tahun untuk memahami Indonesia, dimulai dengan menjadi seorang mahasiswa studi politik Indonesia, kemudian koresponden media internasional, dan kini sebagai pengamat di Lowy Institute.

Dalam delapan tahun terakhir, Ben mengatakan ia terpikat dengan kemunculan dan kerja keras Jokowi.

"Selain dari wawancara dengan presiden, saya juga berbicara dengan puluhan menteri, pejabat, pengusaha pendukung Jokowi serta pengikut-pengikutnya untuk memahaminya," jelas Ben.

Ben menuturkan dia menemui langsung warga masyarakat biasa di luar Jakarta, mendatangi berbagai tempat di Indonesia, dengan menggunakan pesawat, mobil, ferry, perahu, becak hingga dokar.

Halaman
123
Sumber: Kontan
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas