Populasi Satwa Liar di Dunia Anjlok Hampir 70 Persen dalam Waktu Kurang dari 50 Tahun
Dalam World Wildlife Fund's (WWF) Living Planet Report, populasi satwa liar telah anjlok lebih dari dua pertiga dalam waktu kurang dari 50 tahu
Penulis: Citra Agusta Putri Anastasia
Editor: Daryono
![Populasi Satwa Liar di Dunia Anjlok Hampir 70 Persen dalam Waktu Kurang dari 50 Tahun](https://asset-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/populasi-satwa-liar.jpg)
Tak hanya itu, hampir 90 persen lahan basah global telah hilang sejak tahun 1700.
Baca: Balai Besar KSDA Sumut Salurkan Bantuan Perawatan Satwa ke Lembaga Konservasi
Baca: Si Abah Dilepasliarkan ke Habitat Aslinya di Suaka Marga Satwa Gunung Sawal Ciamis
Sebuah Tanda Bahaya
Para aktivis menyebut, tindakan untuk menghentikan penurunan jumlah satwa liar belum pernah terjadi sebelumnya.
Sir David Attenborough, pembuat dokumenter alam yang turut terlibat dalam proyek WWF, memperingatkan bahwa umat manusia harus membuat perubahan sistemik yang dramatis untuk melindungi kenakeragaman hayati.
Dalam esai untuk laporan tersebut, Sir David menulis, "(Mencapai) keseimbangan dengan alam lainnya dan menjadi penjaga planet kita akan membutuhkan perubahan sistemik dalam cara kita memproduksi makanan, menciptakan energi, mengelola lautan kita, dan menggunakan material."
"Namun, di atas segalanya itu akan membutuhkan perubahan dalam perspektif."
"Perubahan dari memandang alam sebagai sesuatu yang opsional atau 'menyenangkan untuk dimiliki' menjadi sekutu terbesar yang kita miliki dalam memulihkan keseimbangan dunia kita."
Dia juga berseru kepada negara-negara kaya untuk memberi kembali apa yang telah mereka 'ambil dengan banyak' selama ini.
Kepala eksekutif WWF, Tanya Steel, juga menyerukan agar lingkungan menjadi inti pengambilan keputusan.
"Kita membuat punah satwa liar dari muka bumi, membakar hutan, mencemari dan memancing di laut secara berlebihan, dan menghancurkan kawasan alam liar," ujarnya.
![Penangkapan ikan yang berlebihan berdampak pada biota laut. Namun, sukarelawan snorkeler berharap dengan mengumpulkan benih lamun dapat membantu meningkatkan jumlah ikan.](https://cdn-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/populasi-satwa-liar-3.jpg)
"Kita sedang menghancurkan dunia kita - satu tempat yang kita sebut rumah - mempertaruhkan kesehatan, keamanan, dan kelangsungan hidup kita di Bumi ini. Sekarang alam mengirimkan tanda bahaya yang putus asa, dan waktu hampir habis," imbuh Tanya.
Tanya mengatakan, saatnya manusia bertindak, bukan sekedar hitam di atas putih.
Menurutnya, di Inggris, warga perlu memantau undang-undang alam baru yang melindungi satwa liar, baik di dalam maupun luar negeri.
Baca: 144 Satwa Liar Endemik Translokasi ke Maluku, Tiba di Bandara Pattimura Ambon
Baca: Mengenal Sosok Aiptu Dwiyanto, Pawang Satwa K9 Terbaik se-Indonesia
Dengan KTT COP26 di Glasgow tahun 2021, pemerintah dianggap memiliki peluang besar untuk menunjukkan kepemimpinan global dalam mengamankan komitmen dan tindakan mendesak dari para pemimpin dunia.