Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Kuwait berduka: Emir Sheikh Sabah Meninggal pada Usia 91 Tahun

Emir Kuwait Sheikh Sabah al-Ahmad al-Sabah meninggal pada Selasa (29/9/2028) waktu setempat di usia 91 tahun, bendera berkibar setengah tiang di Kuwai

Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Theresia Felisiani
zoom-in Kuwait berduka: Emir Sheikh Sabah Meninggal pada Usia 91 Tahun
Saudi Press Agency via AP
Raja Yordania Abdullah II, Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz al-Saud, Emir yang berkuasa di Kuwait, Sheikh Sabah Al-Ahmad Al Sabah, dan Penguasa Dubai Sheikh Mohammed bin Rashid Al Maktoum, serta Wakil Presiden juga Perdana Menteri UEA di Mekkah 

Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif, dalam sebuah tweet berbahasa Arab, memuji Sheikh Sabah karena memupuk "moderasi dan keseimbangan" di Kuwait dan wilayah tersebut.

"Hari ini kita kehilangan seorang kakak laki-laki dan pemimpin yang bijaksana dan penuh kasih ... yang tidak terhindar dari upaya untuk persatuan Arab," kata Raja Yordania Abdullah, juga di Twitter.

Sabah menjaga hubungan yang kuat dengan Amerika Serikat, yang memimpin koalisi yang mengakhiri pendudukan Irak pada 1990-1991 di Kuwait dan menggunakan negara Teluk sebagai landasan peluncuran untuk invasi Irak 2003.

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres memuji Emir sebagai "simbol kebijaksanaan dan kemurahan hati yang luar biasa, utusan perdamaian, pembangun jembatan".

Baca: Marzuki Badriawan: Gol Widodo ke Gawang Kuwait tahun 1996 Layak Menjadi Gol Terindah Piala Asia

SUKSESI HALUS

Dinar Kuwait jatuh terhadap dolar di pasar pada Selasa (29/9/2020) dan saham Kuwait jatuh, menjelang pengumuman resmi kematian Emir.

Di bawah konstitusi Kuwait, putra mahkota secara otomatis menjadi emir tetapi memegang kekuasaan hanya setelah mengambil sumpah di parlemen, yang pemilihannya jatuh tempo tahun ini.

Berita Rekomendasi

Suksesi ini tidak diharapkan untuk mempengaruhi kebijakan minyak atau strategi investasi asing melalui Kuwait Investment Authority, salah satu dana kekayaan berdaulat terbesar di dunia.

"Emir baru akan naik takhta menghadapi beberapa tantangan berat, termasuk krisis coronavirus, harga minyak yang rendah, dan politik luar negeri yang rumit," kata Capital Economics yang berbasis di London dalam sebuah catatan penelitian.(Reuters)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas