Presiden Suriah Bashar Assad: Perang di Suriah Belum Berakhir, White Helmets Itu Teroris
Presiden Suriah Bashar Assad menyatakan kehadiran militer Rusia yang diundang Damaskus jadi titik balik perang melawan teroris di negaranya.
Editor: Setya Krisna Sumarga
Perang di Suriah saat ini memasuki tahun kesembilan. Pada Agustus 2015, Damaskus meminta bantuan militer kepada Moskow dalam melawan pasukan oposisi bersenjata, termasuk organisasi teroris.
Pasukan Rusia telah memberikan bantuan di lapangan dan memantau gencatan senjata serta memfasilitasi kembalinya pengungsi Suriah dan membantu pemulihan keadaan.
Tidak Ada Pasukan Iran di Suriah
Amerika Serikat selama bertahun-tahun hingga saat ini, menggunakan tuduhan pasukan Iran hadir di Suriah sebagai alasan untuk melanjutkan kehadiran militer mereka secara ilegal dan mendukung teroris.
Karena itu Presiden Suriah diminta mengomentari sikap AS yang menyatakan penarikan Iran dari Suriah harus menjadi prasyarat pemulihan kerja sama internasional dengan Damaskus.
"Pertama-tama, kami tidak memiliki pasukan Iran, dan itu sangat jelas," kata Assad. Ia menegaskan, bantuan Iran ke Damaskus terbatas pada pengiriman ahli militer, tetapi tidak terlibat pertempuran.
"Masalah Iran adalah dalih untuk menduduki tanah Suriah dan mendukung teroris," tegas Assad, putra pendiri Negara Suriah ini.
Baca: Jenderal Rusia Tewas Akibat Serangan Bom Tepi Jalan di Deir e-Zor Suriah
Baca: Israel vs Iran, Ulasan di Balik Huru-hara Suriah dan Agresifitas Turki
Sebagai contoh, dia berbicara tentang bagaimana AS meminta pihak berwenang Rusia tahun lalu untuk meyakinkan orang-orang Iran, mereka harus berada 80 kilometer (50 mil) dari Dataran Tinggi Golan.
Untuk kondisi itu, dijadikan alasan sekaligus imbalan penyerahan wilayah pendudukan Al-Tanf di perbatasan Suriah-Irak.
Menurut Presiden Suriah, Iran dengan mudah setuju, karena tidak ada pasukan Iran di sana. Tetapi realitasnya, pasukan AS tidak pernah mundur dari daerah tersebut.
Israel merebut Dataran Tinggi Golan sejak 1967, dan mencaploknya pada 1981, meskipun pencaplokannya tidak pernah diakui oleh PBB.
Dataran Tinggi Golan secara luas dipandang sebagai kawasan strategis yang sangat penting, terutama karena bisa memandang secara langsung wilayah Israel dari Suriah.
Bashar Tak Berharap dari Pemilu AS
Presiden Suriah juga mengatakan kepada Sputnik, dia tidak mengharapkan pemilihan presiden AS yang akan datang menghasilkan perubahan kebijakan Washington terhadap Damaskus.