Baru Berlibur 1 Hari di Yunani, Raja dan Ratu Belanda Langsung Pulang karena Dikritik Banyak Orang
Raja Willem-Alexander dan Ratu Maxima kembali ke Belanda pada hari Sabtu (17/10/2020) setelah menghabiskan satu hari di Yunani
Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Citra Agusta Putri Anastasia
TRIBUNNEWS.COM - Raja dan ratu Belanda menjadi korban travel shaming karena berlibur di tengah pandemi Covid-19.
Seperti yang dilansir Insider, Raja Willem-Alexander dan Ratu Maxima kembali ke Belanda pada hari Sabtu (17/10/2020) setelah menghabiskan satu hari di Yunani, di mana sang raja memiliki villa pribadi di sana.
Pasangan kerajaan Belanda ini pergi berlibur di tengah peningkatan kasus Covid-19 positif di Belanda.
Pemerintah bahkan mendorong diberlakukannya lockdown parsial sejak minggu lalu.
Bar dan restoran ditutup selama setidaknya empat minggu, menurut Associated Press.
Meskipun bepergian dari Belanda ke Yunani diizinkan, pemerintah Belanda melarang perjalanan yang tidak perlu sebagai bagian dari aturan penguncian parsial yang baru, menurut BBC.
Baca juga: Dikunjungi Raja Belanda, Simak Sejarah hingga Jam Buka Keraton Yogyakarta
Baca juga: Momen Jokowi Ajak Sedah Mirah Foto Bersama Raja Belanda, Sempat Diulang, Intip Pose Lucunya
Tidak lama dalam liburan mereka, Raja dan Ratu Belanda rupanya menyadari bagaimana reaksi publik tentang perjalanan mereka.
"Kami melihat reaksi orang-orang terhadap laporan di media," kata pasangan itu dalam sebuah pernyataan yang diterbitkan hari Jumat oleh Royal House of the Netherlands.
"Kami ingin memastikan bahwa penting untuk mengikuti pedoman untuk mengendalikan virus corona."
"Pembahasan tentang liburan kami tidak berkontribusi untuk itu."
Menanggapi serangan balik yang ditujukan kepada Raja Willem-Alexander dan Ratu Maxima, Perdana Menteri Belanda, Mark Rutte, menulis surat kepada parlemen.
Ia mengatakan bahwa ia memang mengetahui rencana raja dan ratu untuk bepergian.
Namun, dia "membuat penilaian yang salah" karena mengizinkan mereka pergi berlibur.
Rutte menulis bahwa ia terlambat menyadari bahwa liburan pasangan kerajaan "tidak dapat lagi diselaraskan dengan meningkatnya infeksi dan lockdown yang lebih ketat."