Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Omar Nasiri Berhasil Memasuki Sarang Mujahidin di Kamp Khaldan Afghanistan (3)

Omar Nasiri mengetahui pembunuhan singa mujahidin Afghanistan Ahmad Shah Masood. Pelakunya petempur Al Qaeda yang dikirim dari Eropa.

Editor: Setya Krisna Sumarga
zoom-in Omar Nasiri Berhasil Memasuki Sarang Mujahidin di Kamp Khaldan Afghanistan (3)
Foto Buku Omar Nasiri
Buku Inside The JIhad ditulis Omar Nasiri, mata-mata berbagai lembaga intelijen Eropa yang sukses menyusupi Al Qaeda di Afghanistan. 

Samuel Paty, seorang guru sejarah di Prancis, tewas dipenggal pemuda berdarah Chechnya. Aksi ini menyodorkan fakta betapa paham radikal begitu dalam menyusupi bangsa Prancis. Omar Nasiri lewat bukunya “Inside The Jihad: A Spy’s Story”, menguak bagaimana kaum radikalis bekerja di Eropa. Banyak hal bisa dicegah, termasuk serangan maut  9/11 ke New York, jika saja Nasiri tak diremehkan. 

TRIBUNNEWS.COM, YOGYA – Setelah menyelesaikan misi ke Maroko, Omar Nasiri menemui Gilles di Brussel. Kali ini Gilles mengajak seorang pria bernama Thierry.

Tak perlu butuh waktu lama, Nasiri yakin Thierry ini orang penting. Benar saja, ia ternyata orang dari Surete de l’Etat, dinas rahasia Belgia.

Thierry mengambil segepok foto dari tasnya, menghamparkan di meja. Ada foto-foto wajah yang tak asing lagi baginya. Sudah sering Gilles menunjukkan padanya.

Ada wajah Amin, Yasin, Hakim, beberapa pria yang datang pergi ke rumah keluarganya. Lalu sebuah foto dirinya bersama Nabil, adiknya.

Baca juga: Omar Nasiri, Mata-mata Itu Hidup di Tengah-tengah Radikalis Aljazair di Brussel (1)

Baca juga: Omar Nasiri Mendengar Rekaman Dramatis Detik-detik Serbuan Pembajak Pesawat  Air France 8969 (2)

“Apa-apaan ini,” sembur Nasiri. “Kita telah membicarakan ini. Ini Nabil. Dia tak ada hubungannya dengan ini semua,” tegasnya. Gilles mencoba meredakan ketegangan.

“Oh tidak, tentu saja tidak. Foto itu tidak seharusnya di sini,” katanya sembari menyuruh Thierry menyingkirkan foto itu dari meja.

Berita Rekomendasi

Nasiri paham, itu isyarat. Thierry dan Gilles hendak menyapu semua di rumahnya. Termasuk Nabil yang tidak tahu apa-apa, dan bukan tidak mungkin dirinya.

Omar Nasiri Tahu Dinas Intelijen Itu Kejam 

Dinas intelijen itu menurut Nasiri, di manapun kejam, raja tega. Ia tahu, kapal Rainbow Warrior milik Greenpeace diledakkan di Selandia Baru karena menghalangi tes nuklir Prancis.

Sesudah pertemuan itu, Nasiri berpikir keras apa yang harus dilakukan. Hingga di suatu hari, saat tubuhnya menggigil karena flu, Nasiri meminta waktu bicara dengan Amin, Yasin, dan Hakim.

“Aku telah bekerja dengan DGSE selama ini,” aku Nasiri. Ketiga pria itu terpaku diam. Hening. Hanya Hakim yang mulutnya berkomat-kamit cepat.

Nasiri beralasan, ia terlibat DGSE demi mereka, demi mujahidin. “Aku tahu aku dapat melakukannya lebih banyak jika aku terlibat di dalamnya,” kata Nasiri terus member dalih.

Ketiga orang itu tidak banyak bereaksi. Mereka berusaha bereaksi setenang mungkin. “Tatapan mereka lebar dan kosong, bagaikan mata mayat hidup,” ujar Nasiri.

Nasiri meninggalkan ketiga orang itu. Ia tidak mempercayai Gilles, karena telah mengkhianatinya. Setidaknya ia yakin akan mengkhianatinya.

Nasiri juga tidak mempercayai kakaknya, serta Amin dan Yasin. Mereka pernah terang-terangan berencana membunuhnya. Kali ini, Nasiri tak bisa percaya siapapun.

Hari berikutnya, petaka itu benar-benar datang. Rumah ibunya digeruduk polisi. Hampir semua yang di rumah tersebut digelandang, kecuali ibunya.

Nasiri terhindar karena pagi-pagi ia meninggalkan rumah, pergi ke Museum Seni dan Sejarah Brussel. Ia baru pulang sesudah menjelang petang.

Ibunya sangat marah melihat penangkapan dan penggeledahan di rumahnya. Nabil akhirnya dilepaskan. Tapi tidak untuk Hakim, Amin, Tarek, dan Yasin.

Polisi Belgia mendapatkan tangkapan besar hari itu. Ada Tarek alias Ali Touchent, tokoh penting GIA di Eropa. Juga Ahmad Zaoi, profesor Aljazair yang diduga mengepalai operasi GIA di Eropa.

Juga ada Tarek ben Habib Maaroufi, warga Tunisia. Setahun kemudian Maaroufi dibebaskan dari penjara.

Pembunuhan Ahmad Shah Masood, Singa Mujahidin Afghanistan 

Setelah itu ia muncul sebagai penggerak Al Qaeda paling penting di Eropa. Awal September 2001, Maaroufi mengirimkan dua prajurit Al Qaeda dari Belgia ke Afghanistan.

Menyamar sebagai wartawan, dua orang itu menemui Ahmad Shah Masood, panglima perang Aliansi Utara, lawan terkuat Taliban.

Sejurus setelah bertemu Masood, kedua orang itu meledakkan diri di depan sasarannya. Masood tewas seketika.

Itulah langkah penting Osama bin Laden, sebelum dua hari berikutnya mereka meruntuhkan menara kembar WTC di New York.

Awal Mula Perjalanan ke Afghanistan  

Penangkapan kelompok GIA di Brussel memaksa Omar Nasiri pergi. Ia meninggalkan Brussel menuju Paris, menggunakan jaminan dan logistik DGSE.

Dinas rahasia itu menyiapkan misi baru, setelah Omar Nasiri kehilangan kesempatan kembali masuk ke lingkaran petempur GIA di Eropa.

Ia terbang ke Istanbul, dan terus memimpikan menyusup ke kamp-kamp mujahidin Afghanistan. DGSE masih terus menyokongnya, meski skeptis Nasiri akan mewujudkan impiannya.

“Aku akan masuk,” kata Nasiri. “Dan, aku akan kembali,” lanjutnya. Gilles dari DGSE tidak bereaksi. Wajahnya datar saja.

Beberapa hari kemudian, Omar Nasiri meninggalkan Istanbul, terbang ke Karachi, Pakistan. Ia melanjutkan penerbangan ke Islamabad, dan menumpang taksi menuju sebuah tempat di Rawalpindi.

Ia masuk ke cabang organisasi Jamaah Tablig. Dua minggu ia berada di tengah-tengah jamaah, pergi ke Lahore, sebelum Nasiri merasa putus asa, ia tidak menemukan jalan menuju Afghanistan.

Setelah memperpanjang visanya di Lahore, Nasiri nekat pergi ke Peshawar lewat udara. Di bandara, ia berjumpa seorang pria bernama Abu Anas.

Inilah orang yang membuka jalannya menuju ke kamp-kamp mujahidin di Hindhu Kush Afghanistan yang perkasa.  

Ia bergabung bersama sekelompok pemuda asal Saudi. Tunisa, dan Maroko, di sebuah kamp pengungsian. Nasiri mendapatkan nama baru Abu Bakar.

Setelah melewati berbagai ujian ketat dari kelompok yang diikutinya, Nasiri benar-benar mendapat kesempatan masuk Afghanistan.

Ia dibawa masuk ke Khaldan, kamp mujahidin yang terletak di sebuah ngarai subur yang memiliki sungai berair jernih.  Di tempat itu ia terpaksa berganti nama, Abu Imam.

Nama Abu Bakar telah dipakai orang lain di kamp itu. Hari pertama di kamp Khaldan dilalui Nasiri lancar-lancar saja. Ia diperkenalkan kepada puluhan penghuni kamp dari Arab, Afrika Utara, Asia Tengah.

Nasiri mulai menjalani rutinitas di kamp. Diawali salat Subuh, olah raga pagi, latihan fisik berlari, merangkak, melompat, dan berenang di sungai yang airnya sedingin es.

Ia disertakan dalam latihan angkut beban senjata, mulai senapan serbu, memanggul roket mini sembari mendaki bukit.

Nasiri juga diajarkan pengenalan aneka jenis senjata, amunisinya, pabrik pembuatnya, hingga detil komponen senjata mulai kokang, kapasitas laras, jarak kendali dan lain sebagainya.

Ia mencoba AK-47, Dushka caliber 12,7. Senjata buatan Soviet ini sangat berat. Suara tembakannya menggelegar memenuhi lembah.

Nasiri mempelajari RPG. Peluncur roket antitank buatan Soviet.  Instrukturnya bernama Abu Suhail, orang Yaman yang kemudian jadi orang yang sangat dekat dengannya.

“Aku mencintai latihan ini. Aku mencintai hampir segalanya tentang latihan ini. Aku menikmati perasaan ketiga memegang senapan, kepuasan setelah aku menembak,” kata Nasiri alias Abu Imam.

Penggunaan peluru di kamp itu nyaris tak dibatasi. Nasiri kemudian tahu, gudang amunisi kamp sangat besar. Letaknya di tiga gua di samping kamp.

Nasiri pernah masuk ke gua-gua itu. Gua pertama berisi timbunan kotak-kotak peluru yang memenuhi ruangan hingga lagit-langit gua.

Gua kedua tempat menyimpan ranjau, aneka ranjau bercap Rusia, Italia, Pakistan. Stok di dalam gudang itu seolah tiada habisnya. Gua ketiga sangat misterius. Nasiri dilarang memasukinya.

Bertemu Ahli Tempur Al Qaeda di Kamp Khaldan  

Kegiatan malam di kamp juga menunjukkan rutinitas. Setelah salat Magrib, mereka akan mengkaji Alquran serta hadist. Hukum jihad juga tiap malam dipelajari.

Jiwa-jiwa jihad para penghuni kamp benar-benar disiapkan hingga menempel ke tulang sumsum. Hukum peperangan secara Islam diajarkan sangat ketat.

Tidak boleh ada pembunuhan massal orang tak berdosa. Tidak boleh membunuh wanita dan anak-anak, mutilasi anggota tubuh musuh yang dibunuh, dan lain sebagainya.

Mereka mempelajari kekejaman demi kekejaman yang dilakukan di perang Korea, Vietnam, Hiroshima dan Nagasaki, kekejaman Hitler hingga penindasan di Palestina.

Abu Suhail secara rutin memimpin kajian keilmuan Islam, mempelajari karya-karya pemikiran Sayyid Qutb, ilmuwan Mesir. Inilah tokoh ideologis Ikhwanul Muslimin yang sangat berpengaruh.

Suatu hari, televisi tabung, benda anyar di kamp itu, memutar ceramah-ceramah Abdullah Azzam. Ini tokoh penting yang turut meletakkan pondasi kuat bagi Al Qaeda.

Abdullah Azzam seorang Yordania. Ia pindah ke Tepi Barat hingga pecah Perang Enam Hari. Sesudah itu pergi ke Mesir dan bertemu keluarga Sayyid Qutb.

Dari Mesir ia pindah ke Arab Saudi, mematangkan kampanye jihad global, sebelum pergi ke Pakistan membuka jalan mujahidin ke Afghanistan.

Cerita Nasiri di kamp Khaldan semakin hari semakin bertambah banyak. Bulan demi bulan berganti, ia menikmati kehidupan gandanya, sebagai mujahidin dan mata-mata.

Semua keterampilan perang telah dikuasainya. Peledakan, taktik pertempuran, penyerangan individu menggunakan motor, mobil, hingga penyerangan senyap.

Hingga suatu hari, pemimpin kamp Khaldan, seorang emir yang nantinya sangat berpengaruh di Al Qaeda, datang. Dialah Ibnu Syeikh al-Libi, veteran perang Afghanistan tahun 80an.(Tribunnews.com/Setya Krisna Sumarga - Bersambung)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas