Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Teror Dahsyat di Nairobi dan Tanzania yang Mengubah Hidup Omar Nasiri (5)

Omar Nasiri bekerja untuk Dinas Intelijen Prancis, dan mengetahui betapa Dinas Rahasia Inggris ternyata tidak memahami anatomi gerakan radikalis.

Editor: Setya Krisna Sumarga
zoom-in Teror Dahsyat di Nairobi dan Tanzania yang Mengubah Hidup Omar Nasiri (5)
Foto Buku Omar Nasiri
Buku Inside The JIhad ditulis Omar Nasiri, mata-mata berbagai lembaga intelijen Eropa yang sukses menyusupi Al Qaeda di Afghanistan. 

Keesokan harinya, Gilles menemui Nasiri di hotel. Ia menyorongkan paspor dan kartu identitas baru atas nama Pablo Rodrigues. Nasiri senang. Ia lebih mudah memerankan diri sebagai orang Spanyol.

Hari berikutnya Nasiri dan Gilles berangkat ke London naik kereta Eurostar ke Dover. Melanjutkan perjalanan naik bus, turun di Stasiun Victoria. Gilles lalu menghilang di keramaian.

Hari baru Nasiri, mata-mata orang Maroko berpaspor Eropa, dimulai.  Ia sepenuhnya dipantau dinas rahasia Inggris. Bahkan, sejak meninggalkan Paris.

Markas Pemuda Four Feathers di Jalan Roosmore tujuan pertamanya membaur ke komunitas Muslim di London. Di tempat itu seorang pendakwah bernama Abu Qatada akan berceramah.

Lokasi itu tempat rutin berkumpulnya orang-orang dari Aljazair, Maroko, Tunisia, India, Pakistan, dan beberapa dari Afghanistan.

Menjelajahi Pusat-pusat Radikalisasi Abu Qatada

Nasiri memperhatikan dan mempelajari setiap detil orang yang berkumpul tiap Jumat dan akhir pekan.

Berita Rekomendasi

Ia mengingat seseorang yang pernah masuk di kamp ada di komunitas itu. Abu Walid namanya.

Pria itu kurus, selalu membantu Abu Qatada. Ia mengumpulkan sumbangan yang dimasukkan di kotak amal di markas komunitas tersebut.

Hingga suatu pertemuan yang diikuti Nasiri, tiba-tiba Abu Qatada memutuskan hubungan dengan Al Ansar, bulletin propaganda kelompok radikal Aljazair, GIA. Abu Qatada berbeda jalan jihad.

Kekejaman GIA di Aljazair saat itu mencapai puncaknya. Mereka membunuh siapa saja yang berbeda dan dianggap melawan gerakan mereka.

Keputusan Abu Qatada yang ceramahnya dalam tapi tidak provokatif itu, membuat popularitasnya di mata orang Aljazair dan radikalis ambruk. Jemaat kotbah Jumatnya merosot.

Beberapa pekan berikutnya, Nasiri menghadiri debat menghadirkan Abu Qatada, Abu Walid dan dua nama lain, Abu Hamza dan Abu Omar.

Abu Hamza pria yang terlihat aneh. Matanya ditutup sebelah. Kedua tangannya putus, digantikan lengan palsu berujung pengait seperti gambaran bajak laut.

Halaman
1234
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas