Pemimpin Tertinggi Iran Sindir Donald Trump, Petahana Kok Ngomongnya Pemilu Curang?
Dunia memperhatikan dengan seksama pesta demokrasi ini dan siapa yang kelak akan memimpin negara adidaya ini ke depan.
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, IRANG - Pemilihan presiden Amerika Serikat (AS) tidak saja menjadi pusat perhatian warga di negeri Paman Sam ini, tetapi juga dunia.
Dunia memperhatikan dengan seksama pesta demokrasi ini dan siapa yang kelak akan memimpin negara adidaya ini ke depan.
Pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, adalah salah satu pemimpin dunia yang mencermati pemilihan presiden di Amerika.
Dalam pidatonya di televisi nasional hari Selasa (3/11/2020), Khamenei mengolok-olok pemilu dengan mengutip klaim tidak berdasar yang disampaikan petahana Presiden Donald Trump tentang kecurangan pemilih.
“Jika kita melihat situasi di Amerika, ini sangat menarik disimak. Petahana presiden yang melangsungkan pemilu itu mengatakan ini adalah pemilu paling dicurangi dalam sejarah Amerika. Siapa yang mengatakannya? Presiden yang masih berkuasa dan melangsungkan pemilu ini. Penantangnya mengatakan Trump berniat melakukan kecurangan. Itulah demokrasi Amerika,” sindir Khamenei.
Baca juga: Mirip di Indonesia, Pilpres AS Belum Usai Tapi Sudah Ada yang Klaim Menang dan Ngomong Curang
Lebih jauh Khamenei menggarisbawahi sikap Iran sejak lama bahwa siapa pun yang terpilih, tidak menjadi kepentingan Iran.
“Hasil pemilu presiden ini bukan urusan kami,” dan menambahkan bahwa kebijakan Iran tidak akan dipengaruhi oleh hasil pemilu Amerika.
Pilpres AS: Donald Trump atau Joe Biden?
Iran merasakan dampak sangat besar setelah Presiden Trump pada tahun 2018 menarik mundur Amerika dari perjanjian nuklir dengan Iran – yang juga disepakati dengan lima negara adidaya lainnya pada tahun 2015 – dan melakukan tekanan maksimum yang merontokkan perekonomian Iran serta menghentikan penjualan minyak mentah secara terbuka ke luar negara itu.
Capres Partai Demokrat Joe Biden mengatakan akan mempertimbangkan untuk kembali menyepakati perjanjian nuklir Iran itu dan kemungkinan memberi imbalan untuk membantu perekonomian Iran.
Sebelumnya Presiden Rusia Vladimir Putin, dalam sebuah acara di ibu kota Moskow, mengomentari pemilu presiden Amerika, khususnya pada kinerja Partai Demokrat dengan mengatakan
“Di dalam Amerika dan arena internasional, Partai Demokrat mengikuti pendekatan sosialis. Hal ini mengingatkan saya pada demokrasi sosial di Eropa. Mungkin jika hal ini disadari oleh tim Biden, akan ada keputusan tentang pengeluaran anggaran serius di bidang perlindungan kesehatan dan bidang sosial lain, seperti pendidikan.”
Berbeda dengan Iran dan Rusia, Korea Selatan dan Venezuela sangat menantikan hasil pilpres Amerika.
Mengingat posisi Amerika sebagai sekutu terkuat Korea Selatan, hasil pilpres diperkiakan akan memengaruhi secara signifikan situasi politik di Semenanjung Korea.