Penembakan di Wina : Pria Ini Dipuji karena Bantu Selamatkan Korban saat Kaki Tertembak
Tiga pria dipuji karena membantu seorang petugas polisi dan seorang wanita tua selama serangan Senin (2/11/2020) di Wina, Austria.
Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Facundo Chrysnha Pradipha
Dia dibantu oleh Özen dan Gultekin, yang keduanya adalah keturunan Turki.
Sebelumnya Gultekin telah membawa wanita yang terluka itu ke restoran.
Sementara, Özen yang merupakan seorang seniman bela diri campuran dan pelatih pribadi, memberi tahu Kurier, mereka melihat polisi itu berdarah di lantai setelah tembakan meletus.
"Kami langsung tahu apa yang harus dilakukan, tidak ada pilihan selain membantu," katanya.
"Austria adalah rumah kami. Kami akan membantu kapan saja," tegasnya.
Baca juga: Teroris Serang Bangunan Sinagoga di Wina Austria, 7 Orang Tewas, Dilakukan di 6 Titik Berbeda
Baca juga: Terbaru, Serangan Teroris Tewaskan 7 Orang di Wina Austria: Teroris Mengamuk dan Meledakkan Diri
Menteri Dalam Negeri: Petugas Polisi Diselamatkan Warga Austria
Sementara itu, aparat polisi belum mengkonfirmasi rincian insiden tersebut.
Tetapi, Menteri Dalam Negeri Karl Nehammer mengatakan kepada media loka, petugas tersebut dibawa ke tempat aman oleh warga Austria dengan latar belakang migran.
"Tidak ada serangan teroris yang berhasil menghancurkan atau memecah belah masyarakat kita," tambahnya.
Duta Besar Turki untuk Austria, Ozan Ceyhun, juga menjamu Özen dan Gultekin di kedutaan Turki dan memuji tindakan mereka.
Keamanan telah diperketat di Wina saat polisi melakukan pengejaran terhadap penyerang lebih lanjut.
Baca juga: Terjadi Penembakan di Wina, KBRI Minta WNI Waspada
Dilaporkan 14 orang telah ditangkap setelah serangkaian penggerebekan polisi.
Tetapi pihak berwenang yakin pria bersenjata yang dibunuh oleh polisi mungkin bertindak sendiri.
Kanselir Austria Sebastian Kurz mengatakan, empat orang yang tewas adalah seorang wanita tua, seorang pria tua, seorang pria muda yang lewat dan seorang pelayan.
"Itu jelas serangan yang didorong oleh kebencian terhadap cara hidup kami, demokrasi kami", katanya.
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)