Joe Biden Sementara Unggul 5.000 Suara dari Donald Trump di Pennsylvania
Calon Presiden Amerika dari Partai Demokrat Joe Biden unggul suara dari petahana Donald Trump di negara bagian Pennsylvania, Jumat (6/11/2020).
Editor: Adi Suhendi
Laporan wartawan tribunnews.com, Lusius Genik
TRIBUNNEWS.COM, PENNSYLVANIA - Calon Presiden Amerika dari Partai Demokrat Joe Biden unggul suara dari petahana Donald Trump di negara bagian Pennsylvania, Jumat (6/11/2020).
Dilansir Tribunnews.com dari live update ABC News, pada pukul 09:30 waktu Amerika, proses penghitungan suara di Pennsylvania telah mencapai 95 persen.
Biden sementara ini laporkan unggul 5.000 suara atas pesaingnya Donald Trump.
Baca juga: Update Pilpres AS: Joe Biden Rebut Pennsylvania dari Trump, 20 Suara Elektoral Terancam Diambil
Jika Biden berhasil memenangkan Pennsylvania, berarti Biden memenangkan pemilihan presiden (Pilpres) Amerika Serikat (AS).
Hingga berita ini diturunkan, proses penghitungan suara di Pennsylvania masih berlangsung.
Pennsylvania merupakan satu dari tiga negara bagian yang menjadi kunci bagi dua kandidat untuk memenangkan Pilpres AS.
Tiga negara bagian yang menjadi kunci kemenangan Pilpres AS di antaranya Wisconsin, Michigan dan Pennsylvania.
Baca juga: Update Pilpres AS 2020 - Joe Biden Unggul di Pennsylvania, Donald Trump Tersalip
Sebelumnya dilaporkan Biden unggul sekitar 20 ribu suara dari Trump di Wisconsin.
Biden memperoleh 1.630.337 suara atau setara 49,5 persen di Wisconsin, sementara Trump memperoleh 1.609.640 suara atau setara 48,8 persen.
Kemenangan di Wisconsin ini membuat Biden memperoleh 10 suara electoral collage yang membuatnya kian jauh meninggalkan Trump.
Sementara di Michigan Biden menang secara meyakinkan.
Baca juga: Gubernur Pennsylvania Kecam Gugatan yang Diajukan Tim Kampanye Trump
Perolehan suara antara Biden dan petahana Donald Trump di Michigan sementara ini terpaut cukup jauh, yakni mencapai 67.000 suara.
Angka kemenangan Biden ini sangat jauh jika dibandingkan Pilpres 2016 silam, di mana Trump memperoleh kemenangan atas Hillary Clinton di Michigan dengan perbedaan suara yang sangat tipis, yakni 11.000 suara.
Sebelumnya pasangan Biden - Kamala Harris juga berhasil mengungguli Donald Trump-Mike Pence di Georgia.
Perhitungan suara di Georgia telah mencapai 99 persen, yang menempatkan Biden unggul 917 suara atas Trump.
Ditentukan Electoral Collage
Pemilihan presiden Amerika Serikat ( pilpres AS) berlangsung pada 3 November 2020.
Sebagaimana pilpres-pilpres sebelumnya kemenangan bukan ditentukan oleh suara publik ( popular vote) tapi Electoral College (Dewan Elektoral).
Setiap empat tahun, orang-orang yang duduk di Dewan Elektoral adalah yang sebenarnya menentukan siapa presiden dan wakil presiden baru AS.
Berikut adalah penjelasan apa itu Electoral College dan mengapa jadi kunci kemenangan di pilpres AS.
Ketika orang-orang Amerika pergi ke TPS, mereka sebenarnya memilih sekelompok pejabat yang akan menduduki Electoral College.
Kata "college" di sini bermakna sekelompok orang dengan tugas bersama. Orang-orang ini disebut electors, dan tugasnya adalah memilih presiden serta wakil presiden.
Pertemuan Dewan Elektoral dilakukan 4 tahun sekali, beberapa minggu setelah hari pemilihan.
Bagaimana cara kerja Electoral College?
Dilansir dari BBC pada Rabu (28/10/2020), setiap negara bagian secara kasar punya jumlah electors sesuai jumlah penduduknya. Semakin banyak penduduknya, maka elector-nya semakin banyak.
Masing-masing dari 50 negara bagian AS ditambah Washington DC memiliki jumlah electoral votes yang sama dengan jumlah anggotanya di DPR ditambah dua Senator mereka.
California memiliki jumlah electors terbanyak yaitu 55, sedangkan negara-negara bagian yang berpenduduk sedikit seperti Wyoming, Alaska, dan North Dakota (serta Washington DC sebagai ibu kota) minimal punya 3, sehingga total ada 538 electors.
Setiap elector mewakili jatah satu electoral vote, dan capres harus meraup minimal 270 electoral votes untuk melenggang ke Gedung Putih.
Biasanya negara bagian memberikan semua suara Dewan Elektoral untuk capres yang memenangkan suara dari popular votes.
Misalnya jika seorang capres menang 50,1 persen suara di Texas, dia akan mendapat semua dari 38 electoral votes di negara bagian itu.
Oleh karena itu capres bisa menjadi presiden AS dengan memenangkan sejumlah negara bagian krusial, meski memiliki suara publik yang lebih sedikit dari seluruh negeri.
Hanya negara bagian Maine dan Nebraska yang menggunakan metode "distrik kongresional".
Artinya, satu elector dipilih di setiap distrik kongresional berdasarkan pilihan rakyat, sedangkan dua electors lainnya dipilih berdasarkan pilihan terbanyak rakyat di seluruh negara bagian.
Inilah sebabnya mengapa para capres menargetkan negara bagian tertentu, daripada mencoba memenangkan sebanyak mungkin suara publik di seluruh penjuru negeri.
Adakah capres yang kalah popular vote tapi menang pilpres?
Ada dua dari lima pilpres terakhir yang dimenangkan oleh capres dengan suara publik lebih rendah dibandingkan lawannya.
Terbaru, pada 2016 Donald Trump kalah hampir 3 juta suara publik dari Hillary Clinton tapi berhak menduduki kursi nomor 1 di Gedung Putih karena menang mayoritas di Electoral College.
Sebelumnya pada 2000 George W Bush juga menang di Electoral College dengan 271 suara, meski Al Gore dari Partai Demokrat unggul lebih dari 500.000 suara di popular votes.
Mundur lebih jauh ke belakang, ada tiga presiden lain yang menang pilpres walau kalah di popular votes yaitu John Quincy Adams, Rutherford B Hayes, dan Benjamin Harrison. Semuanya pada abad ke-19.