Warga Armenia Berkemas dan Tinggalkan Nagarno-Karabakh
Warga Armenia dilaporkan bergegas berkemas dan meninggalkan Nagarno-Karabakh setelah pemerintah menandatangani perjanjian damai dengan Azerbaijan.
Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Gigih
Penyerahan wilayah tersebut ditunda hingga 25 November untuk memberi waktu kepada orang-orang Armenia meninggalkan wilayah itu.
Banyak yang membakar rumah mereka untuk membuatnya tidak bisa dihuni oleh orang Azerbaijan yang masuk.
Sementara, masuknya pengungsi diperkirakan akan menimbulkan tantangan ekonomi, sosial dan kemanusiaan bagi Armenia.
Baca juga: 6 Minggu Perang, Armenia, Azerbaijan & Rusia Sepakat Damai dan Akhiri Konflik Nagarno-Karabakh
Baca juga: Azerbaijan Hancurkan Gudang Amunisi Tentara Armenia
Penjaga perdamaian Rusia
Meski kehilangan sebagian besar wilayah, keberadaan Nagarno-Karabakh terjamin karena dijaga Pasukan Perdamaian Rusia yang dikerahkan dalam lima tahun ke depan.
Diketahui, sekira 2.000 petugas akan menjaga kota Susha, kota terbesar ketua yang strategis.
“Kehadiran tentara Rusia di wilayah itu (Nagarno-Karabakh) menjadi satu factor penting dalam memastikan tak ada perang lagi,” tegas Perdana Menteri Armenia Nikol Pashiyan.
Misi Rusia juga akan menjaga koridor Lachin yang strategis, satu-satunya penghubung antara wilayah tersebut dan Armenia.
Baca juga: Konflik Armenia vs Azerbaijan: Iran Kritik Upaya Perdamaian Kelompok Minsk atas Nagarno-Karabakh
Baca juga:Rusia Mengirim 13 Jet Tempur MiG-29 ke Armenia
Melarikan diri dari Wilayah Pertempuran
Antara 75.000 dan 90.000 dari 150.000 penduduk di kawasan itu telah melarikan diri dari pertempuran, dan pemerintah setempat telah meminta penduduk untuk kembali.
Bus pertama mulai berdatangan di kota utama Gion, Stepanakert, pada akhir pekan.
Baca juga: Konflik Armenia vs Azerbaijan di Nagarno-Karabakh: PM Armenia Akui Ada Banyak Korban
Baca juga: Istri PM Armenia Jalani Pelatihan Militer dan akan Gabung dengan Pasukan Perang di Nagarno-Karabakh
Gencatan Senjata: Solusi abadi yang sulit dipahami
Solusi jangka panjang untuk konflik Nagorno-Karabakh, yang telah melanda Kaukasus Selatan sejak jatuhnya Uni Soviet pada tahun 1991, tidak diperdebatkan dalam perjanjian damai yang mengakhiri pertempuran terakhir.
Sejak pertengahan 1990-an, upaya yang dilakukan oleh para ketua kelompok Minsk, Rusia, Prancis, dan AS, belum membuahkan hasil yang langgeng.