Reaksi Para Pemimpin Dunia atas Pembunuhan Ilmuwan Nuklir Iran Mohsen Fakhrizadeh
Ilmuwan nuklir top Iran Mohsen Fakhrizadeh tewas dalam penyergaban di dekat Ibu Kota Iran, Teheran pada Jumat (27/11/2020).
Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Tiara Shelavie
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengutuk pembunuhan Fakhrizadeh sambil mendesak pengekangan untuk menghindari "peningkatan ketegangan".
"Kami mendesak untuk menahan diri dan kebutuhan untuk menghindari tindakan apa pun yang dapat menyebabkan peningkatan ketegangan di kawasan itu," kata seorang juru bicara PBB.
"Kami mengutuk setiap pembunuhan atau pembunuhan di luar hukum," tegasnya.
Baca juga: Iran Bersumpah Akan Membalas Setelah Ilmuwan Nuklir Top Iran Ditembak Mati
Suriah
Menteri Luar Negeri Suriah Faisal Mekdad menuduh Israel dan "mereka yang mendukungnya" berada di balik pembunuhan Fakhrizadeh.
Menurutnya, pembunuhan terhadap ilmuwan nuklir tersebut merupakan tindakan yang hanya akan memicu lebih banyak ketegangan di wilayah tersebut.
Baca juga: Krisis nuklir Iran dalam 300 kata
Turki
Kementerian Luar Negeri Turki mengutuk pembunuhan Fakhrizadeh sebagai "pembunuhan keji" dan menyerukan agar para pelaku serangan dimintai pertanggungjawaban.
Dalam sebuah pernyataan pada Sabtu (28/11/2020), Kementerian Luar Negeri juga mendesak "semua pihak untuk bertindak dengan akal sehat dan menahan diri".
Sementara itu, juru bicara parlemen Turki menyebut mereka yang bertanggung jawab atas pembunuhan itu sebagai "teroris".
"Pembunuhan ilmuwan Iran adalah tindakan terorisme. Apakah itu dilakukan oleh organisasi ilegal atau "legal" atau negara tidak ada bedanya, "kata Mustafa Sentop di Twitter.
Jerman
Jerman menyerukan ketenangan dan mengatakan semua pihak harus menghindari mengambil langkah apa pun yang dapat menyebabkan eskalasi.
"Kami menyerukan kepada semua pihak untuk menghindari mengambil tindakan apa pun yang dapat mengarah pada eskalasi baru," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Jerman.
Baca juga: 4 Pakar Nuklir Iran yang Tewas Dibunuh, Mossad, Dinas Rahasia Israel Jadi Tertuduh Utama