Serangan Drone Tewaskan Komandan Garda Republik Iran dan Tiga Pengawalnya
Serangan drone yang belum diketahui siapa operatornya, menewaskan seorang komandan Korps Pengawal Revolusi Iran di perbatasan Suriah-Irak.
Editor: Setya Krisna Sumarga
Dua peluru mengenai tubuh Fahrizadeh di bagian samping dan satu peluru mengenai punggungnya, menyebabkan cedera berat di bagian sumsum tulang belakangnya.
Para pengawal berusaha melindungi tubuh Fahrizadeh yang terkulai. Seorang pengawal terkena beberapa tembakan.
Beberapa saat kemudian, sedan Nissan yang terparkir dan membawa senapan mesin berpengendali jarak jauh meledak hancur berkeping-keping.
Bantuan darurat dipanggil, mengevakuasi Fakhrizadeh dan korban luka lain ke klinik terdekat. Dari klinik itu Fakhrizadeh diterbangkan menggunakan helikopter ke Teheran.
Namun nyawa ilmuwan terkemuka itu tak bisa diselamatkan. Lokasi kejadian ke Teheran berjarak sekitar 150 kilometer.
Menurut koresponden Fars News dari informasi yang diperolehnya, operasi pembunuhan itu hanya berlangsung sekitar 3 menit ini.
Penelusuran yang dilakukan, identitas pemilik mobil Nissan segera diketahui. Namun ia telah meninggalkan Iran pada 29 Oktober 2020.
Mohsen Fakhrizadeh masuk daftar target pembunuhan kelompok teroris dan rezim zionis Israel selama hampir tiga dekade.
Dalam beberapa tahun terakhir, usaha pembunuhan terhadapnya oleh pihak asing terendus dan digagalkan berkali-kali
Namun berdasar foto-foto dari lokasi kejadian, sejumlah analis militer meragukan laporan Fars News. Tembakan sangat akurat tidak mungkin berasal dari senjata otomatis yang dikendalikan jarak jauh.
Petunjuk di lapangan lebih cocok deskripsi awal, operasi pembunuhan dilakukan langsung oleh operator yang terlatih melakukan penyerbuan cepat.
Outlet berita lain juga telah menerbitkan laporan kontradiktif dari pembunuhan itu, termasuk klaim keterlibatan agen militer Israel.
Pembunuhan terhadap Fakhrizadeh memicu kecaman luas dari Iran, yang secara eksplisit menuduh Israel bertanggung jawab atas serangan itu, dan mengancam akan membalas dendam untuk itu.
PBB dan Uni Eropa mengkritik operasi itu, tanpa menyebut Israel, sembari memperingatkan peristiwa ini meningkatkan ketegangan di wilayah tersebut.