Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Beberapa Orang yang Terlibat Pembunuhan Ilmuwan Nuklir Iran Ditangkap: Tak Akan Lolos dari Keadilan

Beberapa orang yang terlibat dalam pembunuhan ilmuwan nuklir terkemuka di Iran, Mohsen Fakhrizadeh telah ditangkap.

Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Citra Agusta Putri Anastasia
zoom-in Beberapa Orang yang Terlibat Pembunuhan Ilmuwan Nuklir Iran Ditangkap: Tak Akan Lolos dari Keadilan
KHAMENEI.IR / AFP
Foto yang disediakan oleh situs web resmi Pemimpin Tertinggi Iran pada 27 November 2020, menunjukkan ilmuwan Iran Mohsen Fakhrizadeh pada 23 Januari 2019. Iran mengatakan Mohsen Fakhrizadeh, salah satu ilmuwan nuklir paling terkemuka, tewas dalam serangan terhadap mobilnya di luar Teheran yang dituduh musuh bebuyutan Israel berada di belakang dan bersumpah akan membalasnya. 

TRIBUNNEWS.COM - Beberapa orang yang terlibat dalam pembunuhan ilmuwan nuklir terkemuka di Iran, Mohsen Fakhrizadeh, telah ditangkap.

Demikian keterangan seorang penasihat juru bicara Iran, Selasa (8/12/2020) menurut kantor berita ISNA.

Menurut laporan Reuters, Iran menyalahkan Israel atas kematian Fakhrizadeh.

Sosok Fakhrizadeh dipandang intelijen Barat sebagai kunci program senjata nuklir rahasia Iran.

Teheran sudah lama membantah tuduhan itu.

Namun, mengenai tuduhan pembunuhan, Israel sampai saat ini tidak menyangkal maupun membenarkan hal tersebut.

"Pelaku pembunuhan ini, beberapa di antaranya telah diidentifikasi dan bahkan ditangkap oleh dinas keamanan, tidak akan lolos dari keadilan," kata penasihat ISNA, Hossein Amir-Abdollahian, kepada Al Alam TV.

Baca juga: Pejabat Senior Teheran: Oposisi Iran dan Israel Dicurigai dalam Kasus Pembunuhan Ilmuwan Nuklir

Baca juga: Pangeran Saudi Kritik Pedas Israel atas Palestina: Mereka Hancurkan Rumah & Bunuh yang Diinginkan

Foto yang disediakan oleh Kementerian Pertahanan Iran pada Senin 30 November 2020 menunjukkan anggota pasukan Iran membawa peti mati ilmuwan nuklir terkemuka Mohsen Fakhrizadeh selama upacara pemakamannya di ibu kota Iran, Teheran. Dengan pemakaman yang layak untuk
Foto yang disediakan oleh Kementerian Pertahanan Iran pada Senin 30 November 2020 menunjukkan anggota pasukan Iran membawa peti mati ilmuwan nuklir terkemuka Mohsen Fakhrizadeh selama upacara pemakamannya di ibu kota Iran, Teheran. Dengan pemakaman yang layak untuk "martir" terbesar Republik Islam, Teheran memberikan penghormatan terakhir kepada seorang ilmuwan yang tewas dalam pembunuhan yang disalahkan atas Israel, dan berjanji untuk melanjutkan pekerjaannya. Dalam sebuah dokumen yang bocor, klaim seorang jurnalis Iran, terungkap detail rinci dan rumit pembunuhan ilmuwan nuklir ini, dengan melibatkan 62 orang, 12 di antaranya adalah pembunuh yang memberondongkan peluruh ke mobil Fakhrizadeh, dan 2 sniper. (KEMENTERIAN PERTAHANAN IRAN / AFP)
Berita Rekomendasi

"Apakah Zionis (Israel) mampu melakukan ini sendiri dan tanpa kerja sama, misalnya, dinas (intelijen) Amerika atau dinas lain? Mereka pasti tidak bisa melakukan itu," kata Amir-Abdollahian.

Iran telah merilis rincian kontradiktif soal kematian Fakhrizadeh.

Dia disergap pada 27 November siang waktu setempat di mobilnya saat berada di jalan raya dekat Ibukota Teheran.

Seorang komandan senior Pengawal Revolusi mengatakan, pembunuhan itu dilakukan dari jarak jauh.

Alatnya mengadopsi kecerdasan buatan dan senapan mesin yang dilengkapi sistem pintar yang dikendalikan satelit.

Para saksi sebelumnya mengatakan kepada televisi pemerintah bahwa sebuah truk meledak sebelum sekelompok pria bersenjata melepaskan tembakan ke mobil Fakhrizadeh.

Para ahli dan pejabat mengatakan kepada Reuters pekan lalu bahwa pembunuhan Fakhrizadeh mengungkap celah keamanan, sehingga menunjukkan pasukan keamanan Iran mungkin telah disusupi.

Republik Islam ini disebut rentan terhadap serangan lebih lanjut.

Mengkhawatirkan, Iran Berjanji Membangun 2 Fasilitas Nuklir Baru

Kemungkinan balas dendam Iran atas pembunuhan Fakhrizadeh lebih dari sekadar peningkatan pengayaan uranium dan pengusiran pengawas senjata.

Dilansir Science Mag, dua ketentuan undang-undang yang disahkan parlemen Iran baru-baru ini membuat khawatir para ahli nonproliferasi pekan lalu.

Yang juga mengkhawatirkan adalah fasilitas baru yang diwajibkan hukum memungkinkan Iran membuat plutonium dan membuat uranium menjadi komponen bom.

Undang-undang tersebut dikerjakan selama berbulan-bulan, tetapi parlemen mempercepatnya setelah pembunuhan terhadap Mohsen Fakhrizadeh, menurut direktur unit penelitian Pengawal Revolusi berdasarkan International Atomic Energy Agency (IAEA).

Dewan Penjaga Iran minggu lalu menyetujui undang-undang tersebut.

Batasan potensial pada pemantauan IAEA menjadi perhatian khusus, kata seorang diplomat Eropa yang terlibat dalam negosiasi dengan Iran.

Baca juga: IRGC:Ilmuwan Nuklir Iran Mohsen Fakhrizadeh Dibunuh dengan Senjata Canggih yang Dikendalikan Satelit

Baca juga: Biden: Kesepakatan Nuklir Iran adalah Cara Terbaik untuk Hindari Perlombaan Senjata Timur Tengah

Fasilitas Bushehr dan lainnya di Iran diduga digunakan untuk membuat senjata nuklir
Fasilitas Bushehr dan lainnya di Iran diduga digunakan untuk membuat senjata nuklir (Sky News)

"IAEA akan menjadi buta di banyak bidang pembentukan nuklir Iran."

Pemerintahan Presiden Iran, Hassan Rouhani, menentang undang-undang tersebut.

Namun, Menteri Luar Negeri, Mohammad Javad Zarif, mengatakan pada forum internasional pekan lalu: "Kami akan menerapkannya. Kami tidak punya pilihan lain."

Namun, Zarif mencatat bahwa undang-undang tersebut dapat dibalik.

Iran bisa membatalkan undang-undang tersebut jika Amerika Serikat kembali ke kesepakatan nuklir 2015, yang secara resmi disebut Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA).

Dengan kesepakatan itu, Iran berjanji menahan program nuklirnya dengan imbalan bantuan terhadap sanksi ekonomi.

Pemerintahan Trump menarik diri dari JCPOA pada 2018, sedangkan Presiden terpilih Joe Biden berjanji untuk bergabung kembali.

JCPOA, kata para pendukung, memperpanjang waktu yang dibutuhkan Iran untuk mengumpulkan bahan fosil yang cukup untuk sebuah bom, dari beberapa minggu menjadi setidaknya 1 tahun.

(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas