Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Coca-Cola, Pepsi, dan Nestlé jadi Polutan Plastik Terbesar di Dunia Selama 3 Tahun Berturut-turut

Coca-Cola, PepsiCo, dan Nestlé dinobatkan sebagai polutan plastik terbesar di dunia selama tiga tahun berturut-turut.

Penulis: Citra Agusta Putri Anastasia
Editor: Pravitri Retno W
zoom-in Coca-Cola, Pepsi, dan Nestlé jadi Polutan Plastik Terbesar di Dunia Selama 3 Tahun Berturut-turut
rd.com
Coca-cola. Menurut audit tahunan milik gerakan Break Free From Plastic, Coca-Cola, PepsiCo, dan Nestlé dinobatkan sebagai polutan plastik terbesar di dunia selama tiga tahun berturut-turut. 

TRIBUNNEWS.COM - Coca-Cola, PepsiCo, dan Nestlé dinobatkan sebagai polutan plastik terbesar di dunia selama tiga tahun berturut-turut.

Ketiga perusahaan tersebut disebut "tidak mengalami kemajuan" dalam mengurangi limbah plastik.

Dalam sebuah audit tahunan milik gerakan global Break Free From Plastic, Coca-Cola menduduki peringat pertama sebagai pencemar plastik di dunia.

Diketahui, audit tahunan tersebut mengidentifikasi jumlah terbesar produk plastik dari merek global yang ditemukan di sejumlah besar negara.

Aksi itu dilakukan oleh hampir 14.734 sukarelawan di seluruh dunia.

Tahun ini, mereka mengumpulkan 346.494 sampah plastik.

Baca juga: Program Plastic Reborn 2.0 Hadirkan Solusi Pengelolaan Sampah Plastik Kemasan

63% di antaranya masih memiliki label merek.

BERITA REKOMENDASI

Hasilnya, ditemukan bahwa botol minuman Coca-Cola paling sering ditemukan dan dibuang di pantai, sungai, taman, dan tempat sampah lainnya di 51 dari 55 negara yang disurvei.

Pengunjung memilih botol Coca-Cola yang sesuai dengan namanya di sebuah pusat perbelanjaan di Jakarta Selatan, Senin (10/8/2015). Coca-Cola mengkampanyekan
Pengunjung memilih botol Coca-Cola yang sesuai dengan namanya di sebuah pusat perbelanjaan di Jakarta Selatan, Senin (10/8/2015). Coca-Cola mengkampanyekan "Share a Coke" yaitu pemuatan nama-nama populer di Indonesia dengan bertujuan untuk memberikan inspirasi kebahagiaan dan meningkatkan hubungan sosial dengan sesama. (TRIBUN/DANY PERMANA)

Sebanyak 13.834 produk plastik ditemukan berlabel merek Coca-Cola.

Sementara itu, sampah plastik merek PepsiCo ditemukan sebanyak 5.155 buah dan Nestlé sebanyak 8.633 buah.

Kecaman

Coca-Cola mendapat kecaman dari para aktivis lingkungan awal tahun ini, ketika pihaknya mengumumkan tidak akan meninggalkan botol plastik.

Apalagi, dalam sebuah survei oleh LSM Tearfun pada Maret 2020, Coca-Cola, PepsiCo, Nestlé, dan Unilever, menjadi penyebab menumpuknya setengah juta ton polusi plastik di enam negara berkembang setiap tahun.

"Perusahaan pencemar terbesar di dunia mengklaim bekerja keras untuk mengatasi polusi plastik."

"Namun sebaliknya, mereka terus memompa keluar kemasan plastik sekali pakai yang berbahaya," kata Emma Priestland, koordinator kampanye Break Free From Plastic, dilansir Guardian.

Baca juga: Seniman yang Viral Melukis dari Sampah Plastik Mengaku Karyanya Kurang Dihargai di Dalam Negeri

Ilustrasi sampah plastik.
Ilustrasi sampah plastik. (TRIBUNJATIM.COM)

Priestland mengatakan, satu-satunya cara untuk menghentikan gelombang sampah plastik yang berkembang adalah menghentikan produksi dan penggunaan sekali pakai, serta menerapkan sistem daur ulang.

"Coca-Cola, PepsiCo, dan Nestlé harus memimpin dalam menemukan solusi nyata untuk menemukan kembali cara mereka dalam membuat produk mereka," ujarnya.

Tanggapan Coca-Cola

Sementara itu, Coca-Cola mengatakan pihaknya berupaya menangani limbah kemasan.

Coca-Cola juga bekerja sama dengan pihak lain untuk menemukan solusi dan membantah klaim bahwa mereka tidak membuat kemajuan dalam mengurangi penggunaan plastik.

"Secara global, kami memiliki komitmen untuk mendapatkan kembali setiap botol pada tahun 2030, sehingga tidak ada yang berakhir sebagai sampah atau di lautan, dan plastik dapat didaur ulang menjadi botol baru," kata seorang juru bicara.

"Botol dengan 100% plastik daur ulang sekarang tersedia di 18 pasar di seluruh dunia, dan ini terus berkembang," imbuhnya.

Juru bicara mengatakan, Coca-Cola juga telah mengurangi penggunaan plastik dalam kemasan sekunder.

Secara global, ia menyebut, 20% produk Coca-Cola datang dalam kemasan isi ulang.

Baca juga: Selamatkan Bumi dari Sampah Plastik, Tahun Depan P&G Indonesia Kenalkan Kemasan Daur Ulang

Tanggapan PepsiCo dan Nestlé

Juru bicara PepsiCo turut buka suara mengenai hal ini.

Dia mengatakan, perusahaan mengambil tindakan untuk menangani pengemasan melalui kemitraan, inovasi, dan investasi.

"Kami telah menetapkan tujuan pengurangan plastik, termasuk mengurangi plastik murni dalam bisnis minuman kami sebesar 35% pada tahun 2025," kata juru bicara.

Pepsi Cola/
Pepsi Cola/ (LATIN CORRESPONDENT)

Selain itu, pihaknya juga menerapkan kemasan isi ulang dan daur ulang melalui bisnis, seperti SodaStream dan SodaStream Professional.

Melalui cara itu, diperkirakan 67 miliar botol plastik sekali pakai akan berkurang hingga 2025.

Juru bicara PepsiCo menambahkan, perusahaan berinvestasi dalam kemitraan untuk meningkatkan infrastruktur dan pengumpulan daur ulang.

Sementara itu, Nestlé menyatakan, perusahaan telah membuat "kemajuan yang berarti" dalam pengemasan yang berkelanjutan, meskipun masih banyak hal yang diperlukan.

Baca juga: Desain Kendaraan Pembersih Sampah Plastik Nirawak Karya Pelajar Indonesia Juara Kompetisi di Inggris

"Kami mengintensifkan tindakan kami untuk membuat 100% dari kemasan kami dapat didaur ulang atau digunakan kembali pada tahun 2025, dan untuk mengurangi sepertiga penggunaan plastik murni dalam periode yang sama."

"Sejauh ini, 87% dari total kemasan kami dan 66% kemasan plastik kami dapat didaur ulang atau digunakan kembali," ungkapnya.

Sampah Plastik yang Paling Banyak Ditemukan

Menurut sebuah studi tahun 2017, hingga 91% dari semua sampah plastik yang pernah dihasilkan belum didaur ulang dan akhirnya dibakar.

Sampah-sampah itu dibakar di tempat pembuangan sampah atau di lingkungan alam.

Audit global sampah plastik bermerek tahun ini mengungkapkan, sachet sekali pakai yang digunakan untuk menjual produk dalam jumlah kecil, seperti kecap, kopi, dan sampo, adalah jenis barang yang paling banyak ditemukan.

Setelahnya, ada sampah puntung rokok dan botol plastik.

Seorang warga menggunakan perahu  mencari plastik bekas diantara sampah yang terbawa aliran Sungai Citarum dibawah Jembatan BBS, Batujajar, Kabupaten Bandung Barat, Kamis (11/06/2020). Bagi mereka waktu setelah turun hujan di wilayah Kota Bandung merupakan kesempatan untuk mengais sampah plastik yang banyak terbawa aliran air sungai mengarah ke Jembatan BBS.
Seorang warga menggunakan perahu mencari plastik bekas diantara sampah yang terbawa aliran Sungai Citarum dibawah Jembatan BBS, Batujajar, Kabupaten Bandung Barat, Kamis (11/06/2020). Bagi mereka waktu setelah turun hujan di wilayah Kota Bandung merupakan kesempatan untuk mengais sampah plastik yang banyak terbawa aliran air sungai mengarah ke Jembatan BBS. (TRIBUN JABAR/ZELPHI)

"Mayoritas plastik yang kami temukan tidak dapat didaur ulang. Kami menemukannya di mana-mana, di aliran limbah kami, di tanah kami."

"Saat terkubur, itu mencemari tanah kita. Apa pun yang tidak dapat didaur ulang, tidak boleh diproduksi," jelas Simon Mbata, koordinator nasional South African Waste Pickers Association.

(Tribunnews.com/Citra Agusta Putri Anastasia)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas