Jika AS Gabung Lagi dengan Kesepakatan Nuklir Iran, Arab Saudi: Negara Teluk Harus Diajak Konsultasi
Tanggapan Arab Saudi ketika Presiden terpilih AS Joe Biden mengisyaratkan akan membawa kembali Washington ke dalam Kesepakatan Nuklir Iran 2015
Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Muhammad Renald Shiftanto
Pangeran Faisal menambahkan, pemerintahan Arab Saudi meyakini mitra mereka, Eropa sepenuhnya menyetujui kebutuhan untuk melibatkan semua pihak regional guna mencapai sebuah resolusi.
Jerman mengatakan dalam beberapa hari terakhir bahwa kesepakatan nuklir Iran yang baru dan lebih luas harus dicapai untuk juga mengendalikan program rudal balistik Teheran.
Mereka memperingatkan bahwa Kesepakatan Nuklir Iran 2015 tidak lagi cukup.
Menteri Luar Negeri Jerman, Heiko Maas, yang saat ini menjabat sebagai Presiden Uni Eropa, berbicara tentang "perjanjian nuklir plus".
Baca juga: Korea Utara Luncurkan Monster Rudal Balistik Antarbenua di Parade Militer
Baca juga: Iran Kembangkan Rudal Balistik Terbaru Berdaya Jangkau 700 Km
Sasaran Rudal Balistik
Arab Saudi telah menjadi sasaran lusinan rudal balistik dan serangan drone sejak awal tahun lalu.
Termasuk serangan yang menghancurkan fasilitas Aramco di timur negara itu.
Akibat serangan tersebut, setengah dari produksi minyak mentah kerajaan itu runtuh.
Serangan itu diklaim oleh militan Houthi yang didukung Teheran di Yaman, di mana Arab Saudi mendukung pemerintah yang diakui secara internasional, tetapi AS mengatakan itu melibatkan rudal jelajah dari Iran.
Pangeran Faisal mengatakan, JCPOA terlalu pendek dalam jangka waktu 10 hingga 15 tahun.
Terlepas dari masalah program misilnya dan dukungan untuk kelompok proksi di seluruh wilayah, tidak cukup untuk mengatasi risiko penyebaran.
"Seperti yang telah kita lihat dari kemampuan Iran sekarang untuk dengan cepat meningkatkan kapasitasnya untuk meningkatkan cadangan uranium yang diperkaya, jangka waktu yang singkat tidak cukup untuk menahan kemampuan nuklir Iran," katanya.
Saat Arab Saudi melihat ke depan untuk membangun hubungan dengan pemerintahan AS yang akan datang.
Pangeran Faisal juga mengindikasikan kerajaan akan mempertahankan hubungan dengan Trump.
"Kerajaan selalu mengingat teman-temannya," katanya.
"Tentu saja kami akan terus, saya yakin, memiliki kontak yang bersahabat dengan Presiden Trump," tegasnya.
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)