Bersuara Serak dan Berdehem di Sepanjang Pidato Kemenangannya, Joe Biden Buat Sebagian Orang Cemas
Kesehatan presiden terpilih Amerika Serikat Joe Biden (78) menjadi sorotan saat dirinya batuk dan berdehem beberapa kali saat menyampaikan pidato
Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Gigih
Electoral College Konfirmasi Kemenangan Presiden Terpilih Amerika Joe Biden
Anggota electoral college berkumpul pada Senin (14/12/2020) malam waktu setempat atau Selasa pagi untuk memberikan suara resmi mereka.
Sky News melaporkan, California, negara bagian dengan populasi terbanyak, memberikan semua 55 suara elektoralnya kepada Joe Biden.
Jumlah tersebut secara resmi membuat Biden meraih suara aman 270 votes untuk bisa memasuki Gedung Putih.
Nantinya ketika semua negara bagian selesai menghitung, Biden akan mengungguli Trump dengan suara elektoral 306-232.
Baca juga: Electoral College Akan Resmikan Pemenang Pilpres Amerika 2020, Ini 5 Hal yang Jadi Sorotan
Baca juga: Kondisi Terbaru Cedera Kaki yang Dialami Joe Biden: Sembuh Sesuai Harapan Dokter
Sementara itu, Donald Trump mengumumkan bahwa Jaksa Agung William Barr akan mundur dari jabatannya.
William Barr mengundurkan diri di tengah ketegangan yang berkepanjangan dengan presiden atas klaim kecurangan pemilu dan penyelidikan terhadap putra Biden, Hunter.
"Sesuai surat, Bill akan pergi sebelum Natal untuk menghabiskan liburan bersama keluarganya," cuit Trump.
Donald Trump telah memalui jalan terjal untuk membuktikan klaimnya bahwa Joe Biden melakukan kecurangan.
Namun pengesahan kemenangan Biden dari Electoral College merupakan pukulan terbesarnya.
Setelah banyak gugatan hukum yang gagal untuk membatalkan pemilu, tibalah waktunya bagi 538 anggota Electoral College untuk bertemu di negara bagian masing-masing untuk memberikan suara mereka untuk presiden dan wakil presiden.
Pertemuan itu biasanya urusan yang prosedural saja.
Tetapi penolakan Trump untuk menerima Biden sebagai pemenang menimbulkan ketegangan dalam proses tersebut.
Di Michigan, gedung DPR negara bagian ditutup untuk umum karena dianggap menjadi target ancaman kekerasan, kata seorang pejabat.