Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Ahli Virologi Top Jerman Ragukan Klaim Strain Baru Covid-19 Sangat Menular

Pernyataan bahwa strain baru Covid-19 70 persen dapat menular lebih cepat pun belum bisa dibuktikan.

Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Hasanudin Aco
zoom-in Ahli Virologi Top Jerman Ragukan Klaim Strain Baru Covid-19 Sangat Menular
BBC
ilustrasi strain baru Covid-19 

TRIBUNNEWS.COM, BERLIN - Kabar ditemukannya varian baru virus corona (Covid-19) yang sangat menular di Inggris telah menyebabkan negara itu menerapkan aturan larangan bepergian bagi warganya.

Bahkan negara lainnya akhirnya memberlakukan penutupan perbatasan dan menutup sementara penerbangan ke dan dari Inggris karena khawatir virus baru ini menyebar secara cepat ke negara mereka.

Namun apakah strain baru Covid-19 ini lebih cepat menular dibandingkan pendahulunya ?

Dikutip dari laman Russia Today, Selasa (22/12/2020), Christian Drosten, seorang Ilmuwan top Jerman yang menjabat sebagai Kepala Departemen Virologi di Berlin's Charite Center, salah satu rumah sakit terbesar di Eropa, mengatakan bahwa mutasi itu kemungkinan tidak terlalu berbahaya seperti dugaan banyak orang.

Baca juga: Strain Baru Covid-19, Mutasi Virus Corona yang Pertama Kali Ditemukan di Inggris, Apa Gejalanya?

Pernyataan bahwa strain baru Covid-19 70 persen dapat menular lebih cepat pun belum bisa dibuktikan.

"Tiba-tiba angka 70 persen ini muncul, bahkan tidak ada yang tahu apa yang dimaksud dengan angka itu," kata Drosten kepada radio Jerman Deutschlandfunk.

Ahli Virologi ini meyakini bahwa belum ada cukup data yang bisa membuktikan strain baru virus ini lebih berbahaya dibandingkan pendahulunya.

BERITA TERKAIT

"Data yang diberikan oleh para Ilmuwan Inggris terkait strain baru pun masih belum lengkap. Bahkan hasil analisis awal, baru tiba dalam seminggu ke depan," jelas Drosten.

Fakta bahwa penemuan strain baru ini bertepatan dengan peningkatan tajam kasus infeksi baru Covid-19 di wilayah tenggara Inggris juga belum bisa disebut disebabkan oleh virus baru ini.

"Pertanyaannya adalah, apakah virus baru ini yang harus disalahkan atau apa ini hanya epidemi lokal? atau kita harus menyalahkan aturan lockdown yang tidak terlalu ketat dan penularan yang mungkin saja sudah terjadi di daerah di mana strain khusus ini kebetulan muncul," papar Drosten.

Baca juga: Ilmuwan Sebut Varian Baru Virus Corona di Inggris Lebih Rentan Menginfeksi Anak-anak

Menurutnya, masih terlalu dini untuk mengatakan apakah virus ini sebenarnya bisa menular lebih cepat atau tidak.

"Untuk mengujinya, seseorang perlu melihat siapa yang menginfeksi siapa dan berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk proses penularan," tutur Drosten.

Apa yang diketahui sejauh ini adalah mutasi yang ada pada strain baru memungkinkannya untuk membentuk ikatan yang lebih kuat dengan sel manusia.

Namun, itu tidak secara otomatis mengindikasikan virus melakukan reproduksi lebih cepat, karena virus tinggal di satu sel untuk jangka waktu yang lebih lama.

Ilmuwan ini juga menegaskan, mutasi virus covid-19 serupa sudah berulang kali muncul selama masa pandemi, namun menghilang dalam beberapa titik.

Strain baru ini, kata dia, tidak mungkin mempengaruhi efektivitas vaksin Covid-19, karena respons kekebalan yang dibentuk melalui vaksinasi adalah proses kompleks yang hampir tidak akan terpengaruh oleh perubahan kecil dalam struktur virus.

Kendati demikan, Drosten mengakui bahwa para pejabat banyak negara memiliki hak untuk menerapkan aturan tegas dengan melarang semua perjalanan ke dan dari Inggris untuk sementara waktu, karena situasi saat ini masih belum jelas.

Perlu diketahui, temuan jenis virus baru Covid-19 ini mendorong banyak negara menunda semua perjalanan ke dan dari Inggris.

Ada banyak negara yang masuk dalam daftar karantina internasional Inggris, yakni Belanda, Belgia, Italia, Prancis, Jerman dan Polandia, serta Rusia, kemudian ada pula beberapa negara di luar Eropa, yakni Iran, Argentina, Chile dan El Salvador yang turut memutuskan hubungan transportasi dengan negeri britania raya itu.

Sementara Turki dan Arab Saudi, tidak hanya menunda perjalanan ke Inggris saja, namun juga ke negara lainnya.

Langkah ini dilakukan saat Perdana Menteri (PM) Inggris Boris Johnson mengatakan bahwa virus baru ini 70 persen lebih cepat menular dan mengumumkan lockdown Tier 4 yang ketat di beberapa kota di negara itu, termasuk London. 

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas