Dokter Kulit Hitam Meninggal karena Covid-19, Diduga Didiskriminasi Rumah Sakit Hanya karena Rasnya
Seorang dokter Afrika-Amerika meninggal karena Covid-19 setelah berminggu-minggu mendapat diskriminasi dari rumah sakit.
Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Tiara Shelavie
"Beginilah orang kulit hitam terbunuh, ketika Anda mengirim mereka pulang dan mereka tidak tahu bagaimana berjuang untuk diri mereka sendiri," katanya di depan kamera.
"Saya harus berbicara dengan seseorang, mungkin media, seseorang, untuk memberi tahu orang-orang bagaimana saya diperlakukan di tempat ini."
Setelah dipulangkan, kondisi Moore kembali mmeburuk dan harus kembali ke rumah sakit waktu 12 jam, menurut pembaruan Facebook-nya.
Kali ini dia dirawat di Ascencion-St.Vincent di Carmel.
Tak lama setelah keluar dari IU Health pada 7 Desember, Moore mengatakan dia mengalami demam tinggi dan penurunan tekanan darah.
"Orang-orang itu mencoba membunuh saya. Jelas semua orang harus setuju bahwa mereka (mengeluarkan) saya terlalu cepat," tulisnya tentang IU Health.
"Mereka sekarang merawat saya untuk pneumonia bakterial serta pneumonia Covid. Saya mendapat perawatan yang sangat welas asih. Mereka menawarkan saya obat pereda nyeri," tulisnya untuk pelayanan di Ascencion-St.Vincent.
Menyoal hal ini, jubir IU Health menolak bicara dan merilis pernyataan resmi.
Meskipun ada perubahan perawatan yang lebih baik, kondisi Moore terus memburuk.
Baca juga: Perdamaian Arab-Israel: Hadiah Trump, Miliaran Dolar Buat Indonesia, hingga Tokoh PKS Sebut Haram
Baca juga: Kapasitas Rumah Sakit Mulai Penuh, Wali Kota Tangsel Wacanakan Indekos Tempat Isolasi Pasien Corona
Dia meninggal di rumah sakit tiga minggu setelah didiagnosis pada 29 November.
Pengalaman Moore dan kematian tragis memicu kemarahan dan kesedihan di media sosial.
Banyak yang menunjuknya sebagai contoh terbaru rasisme dan diskriminasi dalam perawatan kesehatan, serta jumlah korban Covid-19 yang tidak proporsional antara pasien kulit hitam dan kulit putih.
Moore meninggalkan putranya yang berusia 19 tahun dan baru saja lulus SMA, Henry Muhammed.
Dalam sebuah wawancara dengan New York Times, Henry mengatakan ibunya masih memikirkan orang lain sampai akhir usianya.
Selama percakapan terakhir mereka, Moore mengatakan dia akan membantu putranya kuliah.
Keluarga Moore mengatakan kepada New York Times bahwa dia lahir di Jamaika tetapi dibesarkan di Michigan.
Moore belajar teknik di Kettering University dan mendapatkan gelar kedokterannya dari University of Michigan Medical School, menurut keluarganya.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)