WHO: Covid-19 Bukanlah Pandemi Terakhir, Kita Harus Lebih Bersiap
Pandemi Covid-19 tidak akan menjadi pandemi terakhir yang dihadapi manusia di bumi, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan.
Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Sri Juliati
TRIBUNNEWS.COM - Pandemi Covid-19 tidak akan menjadi pandemi terakhir yang dihadapi manusia di bumi, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan.
Dilansir Mirror, Direktur Jenderal WHO, Dr Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan, jika manusia tidak mengubah cara kita berinteraksi dengan hewan dan mengatasi perubahan iklim, maka manusia segera berada di ambang pintu krisis lainnya.
"Upaya untuk meningkatkan kesehatan manusia sudah hancur, kecuali kita siap untuk mengatasi masalah kesejahteraan hewan dan perubahan iklim," ujarnya.
Ghebreyesus membuat peringatan keras dalam pesan video yang menandai Hari Kesiapsiagaan Epidemi Internasional yang pertama pada Minggu (27/12/2020).
Baca juga: Ancaman Varian Baru Covid-19, Pemerintah Larang WNA Masuk hingga Klaim Belum Ditemukan di Indonesia
Baca juga: GeNose, Alat Deteksi Virus Corona Karya Anak Bangsa Sudah Mulai Bisa Dipesan
Dalam klip pendeknya, ia mengatakan dunia harus belajar dari pandemi Covid-19 yang mematikan.
Virus itu telah menewaskan sedikitnya 1,7 juta orang sejak pertama kali diketahui muncul di Kota Wuhan, China, pada Desember 2019 lalu.
Lockdown yang diberlakukan sejak itu untuk mengekang penyebarannya telah merontokkan ekonomi dan sangat membatasi kebebasan individu di seluruh dunia.
Dr Ghebreyesus mengatakan kepada masyarakat, "Sudah terlalu lama, dunia telah beroperasi dalam siklus kepanikan dan pengabaian," katanya.
"Kita membuang uang saat terjadi wabah, dan ketika sudah berakhir, kami melupakannya dan tidak melakukan apa pun untuk mencegah wabah berikutnya. Ini sangat picik, dan terus terang sulit untuk dipahami."
Dia menambahkan: "Sejarah memberi tahu kita bahwa Covid ini tidak akan menjadi pandemi terakhir, dan epidemi adalah fakta kehidupan."
"Pandemi telah menyoroti hubungan erat antara kesehatan manusia, hewan, dan planet."
"Setiap upaya untuk meningkatkan kesehatan manusia akan gagal kecuali mereka mengatasi kritis antara manusia dan hewan, dan ancaman perubahan iklim yang membuat bumi kita kurang layak huni."
Baca juga: Setelah Inggris dan Afrika Selatan, Varian Strain Virus Corona Ketiga Ditemukan di Nigeria
Baca juga: Strain Baru Virus Corona dari Inggris Kini Telah Mencapai Spanyol hingga Kanada
Tedros mengatakan semua negara harus berinvestasi dalam kapasitas kesiapsiagaan untuk mencegah, mendeteksi dan mengurangi segala jenis keadaan darurat.
Ia juga menyerukan penyediaan perawatan kesehatan primer yang lebih kuat.
Kepala badan kesehatan PBB mengatakan bahwa dengan investasi dalam kesehatan masyarakat, "kita dapat memastikan bahwa anak-anak kita dan anak-anak mereka mewarisi dunia yang lebih aman, lebih tangguh, dan lebih berkelanjutan".
Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa menyerukan hari internasional untuk mempromosikan pentingnya pencegahan, kesiapsiagaan, dan kemitraan dalam menangani epidemi.
Kepala WHO mengatakan pandemi seharusnya tidak mengejutkan.
Sebab, para ilmuwan dan badan kesehatan telah mengeluarkan peringatan tentang pemicu dan risiko pandemi jauh sebelum krisis.
Mr Ghebreyesus menambahkan:
"Dalam 12 bulan terakhir, dunia kita telah terbalik. Dampak pandemi jauh melampaui penyakit itu sendiri, dengan konsekuensi yang luas bagi masyarakat dan ekonomi."
"Kita semua harus mempelajari pelajaran yang diajarkan pandemi kepada kita."
Baca juga: Akurasi Capai 84 Persen, CePAD Lolos Standar WHO untuk Rapid Test Antigen
Pemimpin kesehatan global itu juga baru-baru ini mengomentari mutasi virus corona baru yang melanda Inggris dan Afrika Selatan.
Varian virus baru yang pertama muncul di Inggris Tenggara dengan cepat menyebar ke seluruh wilayah dan London.
Hal itu mendorong para ilmuwan pemerintah untuk memperingatkan bahwa varian itu lebih ganas daripada strain aslinya.
Lebih banyak strain yang berasal dari Afrika Selatan kemudian ditemukan di Inggris, memicu perintah Pemerintah yang mendesak bagi siapa pun yang kembali dari negara itu untuk karantina.
Mengomentari munculnya varian baru, Ghebreyesus mengatakan "tidak ada bukti" strain baru itu "lebih mungkin menyebabkan penyakit parah atau kematian".
Ilmuwan Pemerintah Inggris dan kepala pengembang vaksin Pfizer mengatakan mereka tidak memiliki alasan untuk percaya bahwa strain tersebut tidak akan ampuh terhadap vaksin yang saat ini sedang diluncurkan.
Kepala WHO memperingatkan awal bulan ini bahwa vaksinasi yang meluas masih belum cukup untuk menghentikan penyebaran virus.
Untuk mengakhiri pandemi, negara-negara masih perlu melanjutkan pengawasan virus, pengujian, mengisolasi dan merawat kasus, serta melacak dan mengkarantina kontak, mengkomunikasikan peringatan kesehatan dan mendorong perilaku hati-hati, katanya.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)